Mohon tunggu...
Wf Novitasari
Wf Novitasari Mohon Tunggu... Guru - Guru Biologi di SMA Negeri 6 Metro Lampung

Sang Pembelajar Sepanjang Hayat dan suka berbagi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 1.2 PGP

12 September 2023   22:28 Diperbarui: 12 September 2023   22:39 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Koneksi Antar Materi Modul 1.2 mempunyai tujuan pembelajaran khusus, yaitu Calon Guru Penggerak mampu menghasilkan kesimpulan berdasarkan materi Modul 1.2. berupa Nilai & Peran Guru Penggerak serta kaitannya dengan Modul 1.1. yaitu Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Calon Guru Penggerak melakukan refleksi menggunakan Model 4P (Peristiwa, Perasaan, Pembelajaran dan Penerapan kedepan/rencana).

Peristiwa atau momen yang paling penting yang dapat mencerahkan bagi saya dalam proses pembelajaran Modul 1.1 hingga Modul 1.2 adalah, pada Modul 1.1 terdapat kalimat Ki Hadjar Dewantara yang membuat saya terinspirasi, yaitu "Sebagai seorang guru, kita harus bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak, bukan untuk meminta sesuatu hak, melainkan untuk memuliakan dan menghargai sang anak". Setelah membaca kalimat itu, saya merasa tertampar dan bertanya dalam hati "Mengapa selama ini saya belum mendekati anak dengan hati suci? Saya masih terbelenggu dengan adanya ikatan-ikatan tertentu, sehingga saya belum tulus dalam mendekati mereka". 

Selain itu, pelajaran yang dapat mencerahkan saya adalah, pendidikan itu bukan untuk merubah kodrat manusia, namun pendidikan itu membantu murid untuk memaksimalkan potensi yang ada didalam diri. Pendidikan dianalogikan sebagai petani yang akan menanam bibit. Sebagus apapun bibit yang dimiliki, jika tanpa dilakukan perawatan dan pemeliharaan yang maksimal, maka tidak akan bisa menghasilkan tanaman yang berkualitas. Begitupun sebaliknya, walaupun berasal dari bibit yang kurang bagus namun jika diberikan perawatan, maka akan bisa menghasilkan tanaman yang berkualitas. Dari kalimat tersebut, saya sadar bahwa pemahaman saya selama ini salah. Saya menganggap bahwa murid adalah selembar kertas kosong tanpa isi, sehingga bisa ditulis apapun sesuai dengan kehendak orang tua atau guru. Namun ternyata murid sudah mempunyai potensi-potensi dan karakteristik tertentu yang unik/istimewa, sehingga tugas orang tua/guru hanya berusaha untuk "menebalkan" potensi-potensi yang positif tersebut, serta membuat "buram" potensi-potensi yang negatif.

Sedangkan pada Modul 1.2 mempelajari tentang Nilai-Nilai dan Peran Guru Penggerak. Dari nilai-nilai tersebut kita diharapkan mampu menumbuhkembangkan Profil Pelajar Pancasila pada diri sendiri, untuk kemudian menularkan pada murid. Nilai-nilai dan peran dari Guru Penggerak tersebut harus mampu menumbuhkan kemajuan sekolah dan ekosistem pendidikan agar berpihak pada murid. 

Modul 1.2 juga mempelajari konsep Manusia Merdeka. Ki Hadjar Dewantara mengingatkan pada kita tentang konsep manusia merdeka, yaitu: mereka tidak terperintah, mereka dapat menegakkan dirinya, tertib mengatur perikehidupannya, sekaligus tertib mengatur perhubungan mereka dengan kemerdekaan orang lain. Dari pernyataan beliau, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan adalah upaya sadar untuk menumbuhkan manusia-manusia yang merdeka yang memiliki kebijaksanaan, karena sesuangguhnya kemerdekaan kita dibatasi oleh kemerdekaan orang lain.

Selain itu, modul ini juga membahas tentang tahap perkembangan psikososial Erik Erikson  yang merupakan psikolog. Beliau meyakini bahwa kepribadian seseorang itu tumbuh dalam rangkaian tahapan (8 tahapan). Namun, pada pendidikan guru penggerak, dipelajari 6 tahapan saja, yaitu tahap 1 (usia 0-1,5 tahun), tahap 2 (usia 1,5-3 tahun), tahap 3 (usia 3-5 tahun), tahap 4 (usia 5-12 tahun), tahap 5 (usia 12-18 tahun), dan tahap 6 (usia 18-40 tahun). Tiap tahapan menggambarkan dampak dari pengalaman sosial pada mereka. Tak kalah pentingnya juga adalah materi mengenai Wiraga-Wirama Ki Hadjar Dewantara, yang menuliskan bahwa setiap insan manusia memiliki cara pandangnya sendiri terhadap dunia sesuai dengan usia dan tahap tumbuh kembangnya. Ki Hadjar Dewantara meyakini bahwa proses belajar harus selaras dengan kodrat anak, karena beliau paham bahwa dalam tiap periode usia anak memiliki kekhususan yang harus dijadikan bahan pertimbangan dalam proses belajarnya.

Kaitan antara Modul 1.1 dan 1.2 yang saya pahami adalah bahwa antara Modul 1.1 dan Modul 1.2 tidak dapat dipisahkan, keduanya memiliki relevansi yang luar biasa. Pada modul 1.1, Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Peran seorang pendidik adalah menuntun peserta didik agar tidak "kehilangan arah" dan menemukan kemandirian serta kemauan secara sadar untuk terus belajar.  Hal tersebut ada kaitannya dengan modul 1.2 yang membahas mengenai nilai-nilai dan peran guru penggerak, karena jika guru penggerak tidak memiliki nilai-nilai dan memahami perannya, maka tujuan pendidikan mulia yang sudah dirumuskan oleh Ki Hadjar Dewantara tidak akan tercapai.

Perasaan saya setelah mempelajari Modul 1.1 dan 1.2 melalui alur MERDEKA adalah, saya merasa tercerahkan dan termotivasi supaya dapat mengejawantahkan nilai-nilai dan peran guru penggerak dalam semua kegiatan di sekolah. Nilai-nilai dan peran guru penggerak bukan hanya berhubungan dengan proses pembelajaran murid, namun juga sebagai coach bagi guru lain, mendorong iklim kolaborasi positif dan menggerakkan komunitas praktisi. 

Pembelajaran yang saya dapatkan setelah mempelajari Modul 1.1 dan 1.2 adalah, dahulu saya menganggap bahwa murid adalah selembar kertas kosong tanpa isi, sehingga bisa ditulis apapun sesuai dengan kehendak orang tua atau guru. Namun ternyata murid sudah mempunyai potensi-potensi dan karakteristik tertentu yang unik/istimewa, sehingga tugas orang tua/guru hanya berusaha untuk "menebalkan" potensi-potensi yang positif tersebut, serta membuat "buram" potensi-potensi yang negatif. Saya juga dahulu menganggap bahwa murid dapat diperlakukan sama dan harus bisa menguasai semua mata pelajaran dengan baik, namun ternyata setiap murid memiliki potensi, karakteristik, minat dan bakat yang berbeda-beda, sehingga tugas guru hanyalah sebagai fasilitator yang harus menggali setiap potensi, minat dan bakat pada murid yang berbeda-beda tersebut. 

 Penerapan ke depan (rencana) berupa pengembangan diri yang dapat saya lakukan sendiri mulai dari sekarang, untuk membantu menguatkan nilai-nilai dan peran saya sebagai guru penggerak adalah: 

  • Memahami potensi, minat dan bakat murid secara menyeluruh, melalui penerapan asesmen awal non kognitif dan kognitif
  • Mendekati anak dengan "hati", menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan dan berpusat pada murid
  • Melaksanakan proses pembelajaran berdiferensiasi
  • Menghadirkan model dan metode pembelajaran serta membuat bahan ajar yang efektif, yang dapat menumbuhkan motivasi semangat untuk terus belajar sepanjang hayat
  • Melakukan refleksi setelah proses pembelajaran dan mau menerima umpan balik (masukan positif) dari siapapun
  • Aktif mengikuti kegiatan pengembangan keprofesian, komunitas sekolah dan MGMP
  • Membangun kerjasama/kolaborasi dengan rekan sejawat dan seluruh pemangku kepentingan untuk memajukan sekolah
  • Berbagi ilmu dengan rekan sejawat

Salam Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun