Mohon tunggu...
wachyu yuliyanti
wachyu yuliyanti Mohon Tunggu... -

simple but sure

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Seni, Estetika dan Kreativitas

4 November 2010   02:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:51 3984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Seni yang berfungsi sebagai media ekspresi seniman dalam menyajikan karyanya tidak untuk hal yang komersial, seperti : musik kontenporer, tari kontenporer, dan seni rupa kontenporer. (seni pertunjukan yang tidak bisa dinikmati pendengar/pengunjung, hanya bisa dinikmati oleh para seniman dan komunitasnya)

f. Fungsi Guna (seni terapan)

Karya seni yang dibuat tanpa memperhitungkan kegunaannya, kecuali sebagai media ekspresi (karya seni murni) atau pun dalam proses penciptaan mempertimbangkan aspek kegunaannya, seperti : perlengkapan/peralatan rumah tangga yang berasal dari gerabah ataupun rotan.

g. Fungsi Kesehatan (terapi)

Seni sebagai fungsi untuk kesehatan, seperti pengobatan penderita gangguan physic ataupun medis distimulasi melalui terapi musik (disesuaikan dengan latar belakang pasien). terbukti musik telah terbukti mampu digunakan untuk menyembuhkan penyandang autisme, gangguan psikologis trauma pada suatu kejadian dsb. pada tahun 1999 Siegel menyatakan bahwa musik klasik menghasilkan gelombang alfa yang menenangkan dapat merangsang sistem limbic jarikan neuron otak dan gamelan menurut Gregorian dapat mempertajam pikiran.

ESTETIKA

Istilah Estetika dipopulerkan oleh Alexander Gottlieb Baumgarten (1714 - 1762) melalui beberapa uraian yang berkembang menjadi ilmu tentang keindahan.(Encarta Encyclopedia 2001, 1999). Baumgarten menggunakan instilah estetika untuk membedakan antara pengetahuan intelektual dan pengetahuan indrawi.

Estetika adalah salah satu cabang filsafat. Secara sederhana, estetika adalah ilmu yang membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni.

Mayesky (1990) menyatakan estetis berkenaan pada satu apresiasi bentuk keindahan dan perasaan haru atau kekaguman. Misalnya melihat keindahan tenggelamnya matahari, mendengarkan ritme rintik air hujan. Setiap individu memiliki pemikiran yang bersifat individual untuk hal yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkaan.

Muharam (1991) menyatakan estetika umumnya dikaitkan dengan pengetahuan keindahan, sedang batasan singkat estetika adalah filsafat dan pengkajian ilmiah dari komponen estetika dan pengalaman manusia. Selanjutnya dikatakan pengalaman estetis menekankan pada melakukan hal-hal untuk sesuatuyang orisinil, artinya keindahan akan menjadi sempurna jka keindahan itu diciptakan bukan ditiru atau dimanipulasi.

Estetika dapat dipandang dari berbagai aspek, tetapi pegangan untuk memahami nilai-nilai estetika yang dipergunakan dalam karya seni terdapat nilai bahwa estetika terdiri dari :

a.Absolutisme; doktrin tentang pembakuan suara atau pengakuan mengenai keindahan. Penilaian dengan doktrin ini tidak dapat ditawar lagi, artinya: karya yang tidak memenuhi syarat maka karya itu tidak mempunyai nilai.

b.Anarki; doktrin ini menyerahkan penilaian kepada masing-masing pribadi secara murni, subjektif dan tak perlu tanggung jawab.

c.Relativisme; doktrin ini menggunakan kriteria atau pembakuan tentang nilai estetika yang tidak mutlak (absolut), tetapi masih objektif dalam pemikiran karena hanya berasal dari keinginan dan motivasi manusia pribadi.

KREATIVITAS

A.HAKIKAT KREATIVITAS

Campbel (1995) menyatakan kreatifitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya baru, berguna, dan dapat dimengerti. Baru berarti bersifat inovasi, belum ada sebelumnya, segar, menarik dan aneh. Berguna berarti dapat memberikan kepuasan, praktis, memudahkan, memperlancar, dan sebagainya. Dapat dimengerti berarti dapat dibuat dalam kesempatan lain. Selanjutnya Olsen (1989) menyatakan kreativitas adalah kemampuan untuk mrncipta atau berkreasi. Sedangkan kreatif terdiri dari dua unsur, yaitu kefasihan dan keluwesan.

Utami Munandar Parnes ( dalam Issenberg, 1993:4) menyatakan kreativitas sebagai proses berfikir dan merespon yang meliputi menghubungkan dengan pengalaman sebelumnya, merespon stimulus (objek, simbol, ide, orang, situasi) dan paling tidak menghasilkan kombinasi yang unik.

Mayesky (1990) menyatakan kreativitas sebagai suatu cara berpikir dan bertindak atau membuat sesuatu yang asli untuk individu dan orang lain. Selanjutnya Seefeldt (1994:419) menyatakan kreativitas merupakan kekuatan untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan orisinil.

B.KARAKTERISTIK KREATIVITAS

Dari pengertian kreativitas Campbel (1995:27-44) dapat diketahui bahwa terdapat tiga ciri umum orang kreatif, yaitu:

1.Ciri-ciri pokok : (a) memiliki kelincahan mental (berpikir ke segala arah atau berfikir divergen), (2) fleksibilitas konseptual, (3) orisionalitas, (4) ia suka hal-hal bersifat komplek, kurang suka pada hal-hal sederhana, dan (5) memiliki kecakapan dalam banyak hal.

2.Ciri-ciri yang memungkinkan ; (a) suka bekerja keras, (b) berpikir mandiri, dan (3) pantang menyerah.

3.Ciri sampingan : kurang memperdulikan yang dipikirkan orang lain dan terkadang mengalami kekacauan psikologis.

Guilford, 1957; Jackson, 1956 ( dalam Issenberg, 1993) menyatakan empat kriteria orang kreatif, yaitu: (1) perilaku kreatif adalah asli, (2) kecocokan dan relevansi; apa yang dihasilkan sesuai dengan apa yang diharapkan orang, (3) lancar; hasilnya baru dan berarti bagi orang lain, dan (4) fleksibel; ia bekerja tidak serampangan tetapi mau menyesuaikan dengan penggunaan cara-cara kerja penyelidikan dan pendekatan baru.

Dari pendapat tersebut secar nyata orang dikatakan kreatif jika memiliki pemikiran orisinil, rasa ingin tahu, kerja keras, lincah dan fleksibel dalam berpikir, serta kemandirian.

C.PROSES KREATIF

Campbell (1995) mengemukakan lima tahap perkembangan kreativitas, sebagai berikut: (1) persiapan; berusaha memiliki dasar pengetahuan, mempelajari latar belakang masalah, seluk beluk problematik masalah. Pada tahap ini, individu menyiapkan minat. Kreativitas akan muncul jika ada minat terhadap objek tertentu, (2) konsentrasi; pumusatan pikiran dalam mencari berbagai ide, gagasan, melakukan berbagai kegiatan, (3) inkubasi; merupakan tahap untuk mengambil waktu untuk meninggalkan perkara, istirahat, santai, mencari kegiatan lain yang melepaskan diri dari kesibukan perkara, (4) Iluminasi; merupakan suatu tahap memperoleh gagasan, pemecahan masalah, cara kerja dan jawaban baru, dan (5) verifikasi/produksi; menghadapi dan memecahkan masalah sesuai dengan perwujudan ide, gagasan, penyelesaian masalah, dan cara kerja.

D.KARAKTERISTIK ANAK KREATIF

Torrance (dalam Bernard, 1970) mengemukakan karakteristik anak kreatif yaitu sebagai berikut: (1) cenderung memiliki respon bebas, (2) cenderung menyampaikan persepsi secara abstrak, (3) memiliki keinginan ideal, (4) suka humor dan bekerja, (5) suka bermain dan melucu, santai, (6) bertindak impulsif. (7) suka melakukan perubahan, petualangan, (8) cenderung ceroboh dan kurang teratur, dan (9) tidak pemalu menyampaikan kebaikan atau kebenaran.

Maxim (dalam Issenberg, 1993) menyatakan anak menggunakan kemampuan kreatif memiliki tipe: (1) mengeksplorasi, eksperimen, manipulasi, bermain, bertanya, membuat dugaan, dan mendiskusikan penemuan, (2) menggunakan imajinasi dalam bermain peran, menceritakan sejarah, senang bekerja untuk memecahkan masalah dan menyampaikan perasaan mereka, (3) konsentrasi pada suatu tugas dalam waktu yang relatif lama, (4) mencoba menyusun yang tidak teratur dengan mengorganisasi pengalaman mereka, (5) melakikan sesuatu yang baru dengan orang tua dan famili, dan (6) menggunakan repetisi sebagai suatu kesempatan untuk belajar dari pengalaman daripada bosan.

Issenberg (1993) menyatakan bahwa secara umum perilaku anak kreatif adalahlebih banyak aktif daripada pasif, anak memiliki inisiatif, dapat tampil dengan semua anak dalam berbagai situasi.

E.PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK

Lowenfeld dan Britain (1982:8) menyatakan delapan cara yang dapat dilakukan untuk mendorong perkembangan kreativatas anak, antara lain: (1) kelancaran berpikir, (2) fleksibilitas, (3) orisionalitas, (4) memperluas (elaboration) berpikir, (5) program keberanian mengambil resiko, (6) kompleksitas,(7) rasa ingin tahu (quriosity), dan (8) imajinasi.

Untuk mencapai tahap-tahap kreativitas estetis melalui konsep pembelajaran melalui seni dapat dicapai melalui beberapa tahap, antara lain pengetahuan, apresiasi dan keterampilan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun