Mohon tunggu...
Herwanto Weya
Herwanto Weya Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Satu hal yang saya ketahui adalah bahwa saya tidak tahu apa-apa!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mekanisme dan Faktor Orang Percaya pada Berita Palsu!

19 Januari 2023   13:17 Diperbarui: 19 Januari 2023   13:20 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Fenomena berita palsu dapat dikatakan sebagai sebuah persoalan klasik, hal ini berkaitan dengan fakta bahwa "Sejarah fake news telah dimulai sejak abad ke 13 SM. 

Dimulai pada masa Ramses the Great yang menyebarkan kebohongan dan propaganda dengan menggambarkan pertempuran Kadesh (red. The Great Battle of Kadesh) sebagai kemenangan yang menakjubkan bagi orang Mesir" (Rusdiana, 2018). Sedangkan, "Dalam cambridge dictionary, fake news didefinisikan sebagai "false stories that appear to be news, spread on the internet or using other media, usually created to influence political views or as a joke". 

Fake news juga sering disebut dengan yellow journalism, atau propaganda yang terdiri dari disinformasi atau kebohongan yang disengaja yang disebarkan melalui media berita cetak dan disiarkan secara tradisional atau media sosial online" (Rusdiana, 2018). 

Maka, tidak mengherankan jika fake news selalu menjadi topik perbincangan yang seakan-akan tidak akan pernah berakhir. Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa media-media berita terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, salah satunya adalah media konvensional atau tradisional, meskipun pengaruh dan dampaknya tetap ada, namun tidak terlalu signifikan karena daya jangkauannya yang memang masih relalitif terbatas.

Maka, kemudian dengan hadirnya berbagai macam terobosan baru berkat teknologi merevolusi semua hal dan juga aktivitas manusia. Salah satunya adalah transformasi media berita konvensional ke dalam dunia digital memberikan dampak yang sangat besar bagi umat manusia karena akses informasi tidak lagi menjadi terbatas layaknya pada media konvesional. 

Namun, jangkauannya yang luas dan dengan segala kemudahan akses informasi yang ditawarkannya justru semakin memperlebar penyebaran berita palsu karena ketidakterbatasan tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa "berita palsu" mendapatkan panggungnya secara lebih luas berkat adanya media sosial.

Arwendria dan Oktavia (2019) dalam penelitian memaparkan bahwa "Platform yang paling populer sebagai media penyebaran berita palsu adalah Facebook. Berdasarkan hasil survei oleh DailySocial (https://dailysocial.id) sebanyak 81,25% responden menerima berita palsu dari Facebook, diikuti oleh 56,55% responden dari WhatsApp, dan 29,48% responden dari Instagram. 

Dari hasil survei tersebut juga diketahui bahwa Twitter merupakan platform yang lebih aman (10,38%) jika dibandingkan media sosial lainnya". Hal ini membuktikan bahwa betapa maraknya sebuah berita palsu yang beredar di internet maupun website, terutama di media sosial. 

Hal tersebut bukan tanpa alasan karena media sosial telah menjadi tempat bagi banyak orang untuk saling berinteraksi dan bertukar informasi sehingga penyebarannya bisa lebih cepat karena mudah untuk dibagikan atau disebarluaskan.

Bahkan, "Pada akhir tahun 2016, Menteri Kominfo Rudiantara, menyatakan bahwa terdapat setidaknya 800.000 situs di Indonesia yang terindikasi sebagai penyebar berita palsu" (Rusdiana, 2018). 

Hal ini sekali lagi membuktikan bahwa penyebaran berita palsu melalui jejaring sosial jauh lebih cepat dan efisien dibandingkan media konvensional atau tradisional seperti koran maupun majalah. Sehingga dapat dikatakan bahwa media sosial tampaknya memiliki kontribusi besar dalam mempengaruhi banyak orang, baik dalam berperilaku, mengambil keputusan, bersikap, menyatakan pendapat maupun dalam konteks demokrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun