Mohon tunggu...
Herwanto Weya
Herwanto Weya Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Satu hal yang saya ketahui adalah bahwa saya tidak tahu apa-apa!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengapa Harus Belajar Filsafat!?

16 Januari 2023   06:27 Diperbarui: 16 Januari 2023   06:37 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Akan tetapi, katakanlah jika parameter yang digunakan adalah undang-undang atau ketentuan dari pemerintah yang hanya mengakui enam agama, sekarang pertanyaannya adalah darimana kita mengetahui dan mengklaim bahwa apapun aliran kepercayaan "agama" yang bermunculan selain enam agama tersebut adalah sesat "menyesatkan" jelas kita tidak bisa/dapat mengukurnya hanya berdasarkan agama, nilai-nilai, dogma-dogma, maupun keyakinan-keyakinan yang kita anut dan kita jadikan sebagai pedoman hidup kita dan bukanlah kewenangan dan kapasitas penulis untuk menjawabnya. 

Namun, apa yang sudah dipaparkan diatas merupakan sebuah fenomena kompleks dan dalam kondisi semacam inilah filsafat sangat dibutuhkan untuk memetahkan persoalan-persoalan tersebut. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa pentingnya belajar filsafat agar tidak terjebak pada patokan maupun batasan-batasan nilai-nilai yang telah menjadi pedoman kita. 

Sebab, menurut pengalaman penulis ketika seseorang belajar filsafat artinya ia bukan hanya sekedar mempelari teori tertentu, tetapi lebih dari itu dan hal yang paling penting adalah ia diharapkan mampu berpikir kritis, logis, rasional, independen, fleksibel, dan skeptis terhadap berbagai macam  persoalan yang dihadapkan kepadanya serta yang terpenting dari semuanya adalah ia tidak hanya terpaku pada satu sudut pandang semata, melaingkan dapat menjangkau, memahami, merenungi, dan memproses setiap persoalan "masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda-beda, dititik inilah peranan filsafat sangat amat dibutuhkan.

Selain itu, sebagai orang yang menyukai hal-hal berbau sains saya pernah dikejutkan dengan pernyataan kontroversial  yang pernah dilontarkan oleh Stephen Hawking bahwa "filsafat sudah mati", namun dari pernyataan itu saya mulai menpertanyakan bagaimana ia bisa sampai pada sebuah kesimpulan semacam itu? Apa yang melatarbelakangi pernyataannya itu? Dalam konteks apa ia memandang dan mengatakan bahwa filsafat sudah mati? 

Bukankah ini berarti Hawking secara tidak langsung sudah berfilsafat karena pernyataan bahwa "filsafat sudah mati" tidak mungkin keluar begitu saja, pasti ia sudah melakukan pengamatan dan menganalis serta berpikir tentang perang filsafat bagi kemajuan dan kelangsungan peradapan umat manusia, menurut asumsi penulis mungkin ia memandang bahwa filsafat tidak lagi memiliki kontribusi dan memudar sehingga Hawking membuat pernyataan seperti itu, ataukah ia menunjukkan ketidaksukaannya pada filsafat karena ia seorang saintis, jelas tidak ada yang tahu pasti. 

Namun, ada hal sederhana yang penulis amati adalah bahwa pernyataan Hawking tersebut merupakan sebuah paradoks. Alasannya karena meskipun ia mengatakan bahwa filsafat sudah mati, tetapi ia sendiri tidak dapat melepaskan dirinya dari yang namanya proses berfilsafat meskipun dalam konteks yang sederhana. Lalu pertanyaannya adalah bagaimana seseorang dapat mengatakan bahwa filsafat sudah mati, sedangkan ia sendiri berfilsafat ketika merumuskan pemikirannya. Begitulah kuat dan hebatnya filsafat, sekalipun ada yang mengatakan bahwa "filsafat sudah mati", tetapi orang yang membuat pernyataan tersebut tidak pernah mampu untuk keluar dari bayang-bayangnya.

 Apa yang sudah dipaparkan diatas bukanlah sebuah kritik pada Hawking, melaingkan saya mencoba menempatkan diri saya sebagai orang yang mencoba menganalis argumentasi tersebut dengan tidak serta merta menelan mentah-mentah pernyataan itu, tetapi saya mencoba untuk merumuskan pemikiran saya sendiri "independen", terbuka dengan kemungkinan lain juga kritik, serta skeptis dan mencoba untuk lebih fleksibel dalam menyikapi argumentasi tersebut. Hal sederhana semacam inilah yang memudar dalam kehidupan masyarakat saat ini, akibatnya orang menjadi egois, individualis, dan tertutup dengan dunia diluar dirinya. Sehingga menjadi semakin jelas bahwa mengapa kita harus belajar filsafat tujuannya adalah agar kita tidak terpaku pada berbagai hal yang mengikat, tetapi menjadi pribadi yang otentik dan lebih sensitif serta terbuka terhadap berbagai macam persoalan, baik persoalan pribadi "hidup", lingkungan, keluarga, masyarkat, dan lain sebagainya.

SALAM!

DAFTAR PUSTAKA

Farhan, I. (2017). Gerakan agama baru di Indonesia: studi Aliran Kepercayaan (agama) suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu. JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama Dan Kemanusiaan, 3(1), 30--53. https://doi.org/10.24235/jy.v3i1.2124

Sutaba, I. M. (2018). Kultus nenek moyang: kesinambungan budaya Nusantara ( the ancestor cult: a sustainability of Nusantara culture ). Kebudayaan, 13(2), 133--148. https://doi.org/10.24832/jk.v13i2.202

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun