Beberapa hari setelah pemakaman Pak Rahman, keluarganya dihubungi oleh seorang notaris. Ternyata, Pak Rahman telah meninggalkan wasiat yang berisi pembagian sebagian besar hartanya untuk kegiatan sosial dan keagamaan.
Anak-anak Pak Rahman terkejut mengetahui hal ini. Mereka tidak menyangka bahwa ayah mereka telah merencanakan pembagian hartanya dengan begitu matang.
Sesuai dengan wasiat, sebagian besar harta Pak Rahman digunakan untuk membangun sebuah yayasan yang akan mengelola berbagai kegiatan amal. Dana tersebut digunakan untuk membantu warga kurang mampu, memberikan beasiswa, serta membangun sarana ibadah dan pendidikan di sekitar lingkungan tempat Pak Rahman tinggal.
Anak-anak Pak Rahman awalnya merasa keberatan. Namun, setelah melihat dampak positif yang diberikan oleh yayasan tersebut, mereka akhirnya menyadari bahwa inilah jalan yang dipilih ayah mereka untuk terus memberikan manfaat bagi sesama.
Kini, yayasan yang didirikan oleh Pak Rahman terus berkembang dan menjadi pusat kegiatan sosial bagi warga sekitar. Nama Pak Rahman pun terus dikenang sebagai sosok dermawan yang rela mengorbankan sebagian hartanya demi kebaikan orang lain.
Kisah Pak Rahman menjadi teladan bagi semua orang, bahwa sedekah dan berbagi tidak hanya memberikan manfaat bagi penerima, namun juga bagi si pemberi. Kebaikan yang dilakukan semasa hidup akan tetap dikenang dan memberikan dampak positif yang berkelanjutan.
Beberapa tahun berlalu sejak yayasan yang didirikan oleh Pak Rahman beroperasi. Kegiatan-kegiatan amalnya semakin berkembang dan menjangkau lebih banyak warga yang membutuhkan.
Salah satu program unggulan yayasan adalah pemberian beasiswa bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu. Mereka tidak hanya dibantu secara finansial, tetapi juga dibimbing dan didampingi agar dapat terus berprestasi.
Satu di antara penerima beasiswa tersebut adalah Dina, seorang gadis remaja yang tinggal di sekitar lingkungan yayasan. Ayah Dina adalah seorang buruh harian lepas yang penghasilannya tidak menentu. Sementara ibunya harus berjuang sendiri membesarkan 4 orang anak.
Dengan bantuan beasiswa dari yayasan, Dina bisa fokus belajar tanpa harus memikirkan biaya sekolah. Ia pun tumbuh menjadi siswi yang rajin dan berprestasi.
Suatu hari, Dina didampingi oleh pengurus yayasan menghadap Ibu Handayani, salah satu pengurus senior yayasan.