Di sebuah perempatan jalan, saya pernah melanggar rambu lalu lintas. Saya sadar bahwa yang saya lakukan itu salah, namun toh beberapa kali saya melakukannya, karena antrian di lajur itu pendek. Saya tahu itu salah, tetapi berhenti berkali-kali menunggu lampau menyala hijau tentu tidak nyaman. Nah, suatu kali tepat setelah melanggar rambu itu mobil saya dihentikan polisi. “Tahu pak apa salahnya?” tanya polisi itu. Tentu saja saya tahu apa kesalahan saya, namun toh saya menjawab,” Hm … apa ya pak? Masak sih?” Khas orang bersalah yang pura-pura tidak tahu kesalahannya. Polisi itu kemudian menerangkan kesalahan yang sebenarnya saya sudah tahu.
Ia meminta sim dan stnk saya sambil berkata,” Bagaimana ini pak?” Harusnya saya menjawab,” Ya pak, saya salah, silakan ditilang.” Namun saya terdiam. Sambil memeriksa sim dan stnk itu polisi itu bertanya,” Bapak maunya bagaimana?” Saya pun menjawab mantap,” Saya sih maunya dimaafkan sama bapak.” Polisi itu tersenyum dan mengembalikan sim-stnk saya,” Ya pak. Jangan diulangi lagi. Bapak khan pendeta, pemimpin umat, harus jadi contoh yang baik.”
Sebagai orang yang bersalah atau berdosa, kita rindu mendapatkan kemurahan hati. Kita rindu diampuni walaupun kita menyadari betapa besarnya kesalahan atau dosa kita. Kita rindu bukan saja dimaafkan manusia, namun juga diampuni Tuhan.
Tuhan mengerti kerinduan hati yang terdalam ini. Itu sebabnya, firman Tuhan yang saya bacakan tadi berkata,” Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.” (Lukas 2:10-11). Jangan takut! Ada berita sukacita. Tuhan mengerti kerinduan hati kita terbesar untuk mendapatkan pengampunan. Telah lahir bagi kita, ya bagi kita yang berdosa ini : juruselamat, Kristus!
Inilah Natal : kemurahan hati Allah di tengah kesalahan dan dosa kita. Kemurahan hati yang bukan murahan. Alkitab mengatakan,” Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Kemurahan hati yang mesti Allah curahkan dengan merelakan Yesus Kristus datang ke dunia ini : lahir, melayani dan mati untuk menyatakan betapa berharganya hidup mu dan hidupku. Berapa banyak dari kita mau menyerahkan anak kita untuk keselamatan orang lain? Tidak ada bukan? Namun, bapa sorgawi rela memberikan Yesus Kristus bagi keselamatan kita.
Bersediakah kita menyambut kemurahan hati-Nya dengan pertobatan alias pengakuan bahwa kita telah bersalah di hadapan sesama dan Tuhan? Bersediakah kita menerima kemurahan hati-Nya?
*) Didasarkan pada Titus 3:4-7
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI