Mohon tunggu...
Weny Rachma
Weny Rachma Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa Yogyakarta

Sebuah pengetahuan akan pudar jika tak kau tuangkan dalam tulisan. Maka, menulislah sampai kau tiada tulisan tetap merdeka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kenali Aku

8 September 2019   07:00 Diperbarui: 8 September 2019   07:08 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap orang-pun tahu...
Makna dari pepatah ini
"Tak kenal maka tak sayang"
Maka... "Mendekat.. dan kau akan terpikat"

Wajahnya layu. Matanya lesu. Setiap orang yang melihat pasti akan mempunyai rasa kasihan. Bukan masalah fisik, tapi ini lebih parah. Orang tak mampu menterjemahkan keadaannya. Ia mengalami konflik batin yang mendalam. Bahkan orang tuanya pun tidak memahaminya. 

Tubuhnya terlihat tak mempunyai daya. Duduk bersandar di atas ranjang, kini telah menjadi hobinya. Di depan pintu ibu memandangi, mendekat duduk di sebelah Syifa. Ibu hanya diam, air matanya keluar tanpa dipinta Syifa tetap saja tanpa respon, seolah-olah tidak tau ada ibu di sampingnya.

Saat ini Ibu mencoba mengerti keadaanya. Ibu hanya tau bahwa anaknya sedang sakit dan tidak mau dibawa ke dokter. Sikap Syifa dibiarkan seperti ini, sampai dia benar-benar kembali dalam dirinya. Hari sudah semakin malam. Ibu mengusap kepala Syifa sampai tertidur pulas. Garis senyumnya masih belum nampak. Tujuan Ibu saat ini merubah Syifa menjadi seperti dulu.

Jalanan masih tertutup embun, adzan shubuh mulai terdengar. Ibu sudah mulai bangun dan melakukan aktivitas sehari-hari. Pandangannya ke arah kiblat. "Subhanallah" ujar ibu dalam hati. Mata ibu tanpa berkedip, bahkan tubuhnya terdiam layaknya patung. 

Terkejut bukan main, melihat Syifa yang khusuk berdoa di hadapan Sang Kholiq. Ia baru usai melakukan shalat tahajud. Air mata ibu menetes pelan. Kali ini bukan air mata kecewa ataupun sedih. Tapi, ini air mata kebahagiaan melihat putrinya yang berubah secara tiba-tiba. 

Duduk di belakang Syifa seraya memanjatkan puji syukur atas semua ini. Ibu berharap semoga Syifa senantiasa istiqomah di jalan yang benar.

Usai berdoa Syifa menolehkan kepala kebelakang. Ia memeluk Ibu dengan erat seraya meminta maaf atas perbuatan konyolnya yang dibuat beberapa hari ini. Mendengar adzan yang berkumandangn, Syifa dan Ibu pergi ke mushola yang berada di sebelah rumah begitu juga dengan bapaknya. 

Keadaan kembali seperti sediakala, dimana keharominasan kembali dirasakan. Puji syukur atas nikmat sang pencipta, keajaiban yang datang secara tiba-tiba.

Pagi yang berwarna dengan aroma kebahagiaan. Bahkan burung-burung di ranting ikut bersiul riang menyambut Syifa yang sedang menyapu halaman depan rumah. Warga yang berprofesi sebagai petani berlalu-lalang. Garis senyum Syifa mulai diperlihatkan setiap ada orang yang menyapa lewat depan rumahnya. 

Kini hatinya memang benar-benar berubah. Saatnya badan diistirahatkan sembari memainkan ponsel kesayangannya. Handphone Syifa bergetar lama, banyak pesan yang masuk. Maklum saja sudah dua minggu Syifa tidak memainkan handphonenya. Pesan dari Ferdian menggerutu. Ferdian pacar Syifa, mereka sudah hampir dua tahun menjalin hubungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun