Mohon tunggu...
Weny Rachma
Weny Rachma Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa Yogyakarta

Sebuah pengetahuan akan pudar jika tak kau tuangkan dalam tulisan. Maka, menulislah sampai kau tiada tulisan tetap merdeka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kenali Aku

8 September 2019   07:00 Diperbarui: 8 September 2019   07:08 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa diduga hafalanya sudah mendekati juz 29. Bahakan orangtua Syifa bahagia mendengarnya, seminggu yang lalu kedua orangtuanya menjenguk Syifa beserta kedua adiknya. Bagi Syifa kedatangan mereka adalah penyemangat terbesar yang membuatnya seperti ini.

Nafasnya hampir entah pergi ke mana usai mengaji. Sebaliknya juga merasa lebih lega. Tinggal beberapa langkah untuk mendapatkan sebuah mahkota. Pada dasarnya menghafal itu mudah, tapi menjaganya itu lebih sulit. Butuh banyak Muroja'ah untuk kedepannya. Malam ini Syifa memilih mencurahkan perasaan dengan coretan tinta hitam di atas kertas putih. 

Tangannya menari tanpa henti, bahkan sudah dua lembar lebih penuh dengan perasaannya. Panggilan dari arah barat menyebut nama "Syifa", membuatnya menghentikan tarian pena.

"Iya mbak, ada apa? Mengapa memanggilku?" tanya Syifa penasaran. Ini tidak seperti biasannya mbak Lena ketua pondok memanggilku tiba-tiba.

"Kamu ada panggilan dari dalem dek. Cepatlah ke sana, abah telah menunggumu" jawab mbak Lena dengan keburu-buru. Kali ini memang penuh dengan teka-teki. Dengan cepat Syifa memakai hijabnya dan berjalan menuju dalem.

Hati bergetar kencang, tangan gemeteran. Abah telah pinarak di hadapan Syifa, seraya mengamatinya. Ia hanya tertunduk dan menunggu ngendikan dari abah. "Syifa, hafalanmu sudah sampai mana. Sudah siapkah kamu untuk menikah?" Syifa benar-benar terkejut mendengar pertannyaan abah. Untuk menjawab pun ia terlihat bingung. "Tak perlu kau jawab sekarang, aku memberimu waktu sampai esok pagi. 

Sekarang pergilah ke kamarmu" lanjut abah tanpa memeberi kesempatan untuk berfikir di tempat. Syifa menganggukan kepala sebagai tanda setuju.

Jawaban untuk pertanyaan abah sudah dipersiapkan matang-matang. Syifa sudah benar-benar siap. Bahkan tadi malam Syifa tidak tidur untuk merangkai jawaban yang tepat.

"Assalamualaikum bah" salam Syifa diambang pintu.

"Walaikumsalam. Langsung kau jawab aja Fa, pertannyaan abah tadi malam"

"Alhamdulillah Bah, Syifa tinggal ikut ujian khatmil Quran. Masalah jodoh itu Syifa serahkan kepada Allah. Jika memang sudah ada, Syifa insyaallah bersedia. Alhamdulillah skripsi Syifa juga sudah selesai bah" jawab Syifa pelan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun