Mohon tunggu...
Weny Friaty
Weny Friaty Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pikiran adalah kekuatanku, semangat adalah amunisiku. Mari bicara melalui karya. Kita pasti bisa...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sajak Galau

1 Maret 2012   09:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:41 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

I. NYANYIAN MALAM

Malam.......

Terus beranjak menjauh

berpacu dengan waktu

walau malam kian larut

hati tiada surut......

Dalam dimensi waktu

tanpa wajah dan suara

hanya jemari yang menari dengan lincah

merangkai kata demi kata

terkirim lewat kecanggihan dunia

melepas hasrat yang menggelora.....

Waktu kian bergulir

perlahan berganti hari

namun jemariku masih menari

seiring dentingan hati

yang kian penuh melodi

menggoda hati yang sedang lirih

ternyata malam tak selamanya sepi....

Malam yang larut

jemput aku dalam pelukmu

dekap aku dalam rindu

di peraduan hati yang syahdu

kutunggu engkau dalam mimpiku...

(Minas, 11 Nov 2010)

II. ISYARAT HATI

Dalam diam

kucoba terawangi langit hati

warnanya kini mulai membiru

tak lagi kelabu

Dalam diam

kuselami sanubari hati

masihkah ada ruang rindu

untukmu berlabuh

Dalam diamku

kau masih terus menunggu

Walau tahu hadirmu

antara ada dan tiada bagiku

Masih diamku,

lebih seminggu telah berlalu

langit memang telah membiru

namun bougenville belum saatnya tumbuh

setelah sekian lama layu

berguguran satu persatu

bilakah masanya itu......

aku tak tahu

(Minas, 10 Nov 2010)

III. ELEGI JIWA

Cintamu penuh duri

selalu menusuk hati

aku terluka dan berdarah lagi

tersiksa dalam perih.....

Air mata ini habis sudah

tak sanggup menangis lagi

hati ini penuh luka

tak mungkin bisa terobati

bibir ini kering sudah

tak mampu berkata lagi....

Jiwa merintih....

aku merana dalam sedih

adakah kau mengerti

(Minas, 8 November 2010)

IV. PUDAR

Senyummu…

tak lagi seindah pelangi

suaramu..
tak lagi menggetarkan hati
wajahmu…
tiada lagi seindah mentari

Cinta ini pudar sudah
entah kapan bersinar lagi
coba kau tanya hati
mengapa aku begini

(Minas, 8 November 2010)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun