Munculnya pandemi Covid-19 di Indonesia membuat ekonomi di Indonesia menurun, hal ini menyebabkan banyaknya kalangan siswa berprestasi yang tidak memiliki biaya kesulitan untuk melanjutkan Pendidikan diluar negeri. Sehingga banyaknya calon mahasiswa saling berlomba lomba menunjukan dirinya untuk lebih baik supaya mendapatkan beasiswa. Hal ini menjadikan banyaknya kalangan calon mahasiswa mempelajari Bahasa dan kebudayaan di negara yang ingin di tempuh pendidikannya. Karena pemerintah telah mengeluarkan kebijakan untuk tetap di rumah saja maka, perkembangan ekonomi di Indonesia semakin memburuk sehingga banyaknya mahasiswa yang tidak dapat melanjutkan pendidiknya. Dampak buruknya membuat banyak pelajar yang tidak dapat melanjutkan pendidikannya di jenjang yang lebih tinggi. Dalam mempelajari Bahasa dan kebudayaan lebih baik mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan kajian kultural Komunikasi.
Apa itu kajian Kultural komunikasi?
Sebelum masuk kedalam manfaat mempelajari budaya dan bahasa. Kajian kultural komunikasi merupakan sebuah studi yang lahir ditengah tengah semangat Neo-Maxisme yang berupaya untuk mengartikan Marxisme sebagai perlawanan terhadap dominasi budaya (Astuti, 2013, h.57). Kajian kultural komunikasi lebih mengkaji persoalan dari suatu kehidupan kebudayaan dan relasinya dengan kekuasaan. Sehingga dalam mempelajari kajian kultural komunikasi akan memiliki banyak manfaat yang didapat untuk  Kajian kultural tidak ingin berhenti hanya dasar dari suatu budaya. Namun, ini tidak diartikan sebagai suatu hal yang memiliki kepentingan dari beberapa pihak.
Cultural Studies memiliki tujuan untuk mengkaji berbagai kebudayaan dan praktik budaya serta kaitannya dengan kekuasaan (Tanudjaja, 2009).
Keuntungan mempelajari kajian budaya komunikasi terlebih dahulu akan mendapatkan banyak manfaat yang mudah setelah mendapatkan beasiswa. Hal ini akan menjadi sangat penting jika sudah menguasai bahasa dan budaya. Manfaat Kajian Kultural Komunikasi sebagai berikut:
Pertama, akan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan karena dalam mempelajari kajian kultural budaya terlebih dahulu akan menjadikan kita mudah beradaptasi. Contohnya, jika ada seorang calon mahasiswa yang mendapatkan beasiswa di jepang dan sebelum mempelajari budaya dan bahasa jepang, mahasiswa tersebut akan lebih cepat beradaptasi dengan lingkungannya dikarenakan wawasan dan pengalaman yang diterima lebih banyak jika mempelajari budaya dan bahasa terlebih dahulu.
Kedua, Lebih cepat dalam mengembangkan diri karena jika sudah masuk ke budaya luar negeri akan lebih cepat menyesuaikan dan mengembangkan diri dengan lingkungan yang ada di luar negeri. Sebagai contoh jika sudah mempelajari budaya dan juga masuk ke dalam komunitas tersebut justru akan lebih mudah mengerti arah komunitas tersebut maka tidak akan terjadi Culture shock.
Ketiga, akan menambah wawasan karena jika kita mempelajari kajian kultural komunikasi akan membuat kita lebih banyak mengenal kebudayaan dan bahasa baru sehingga kita langsung dapat berperan aktif.
Keempat, Menghargai keberagaman budaya karena dengan adanya keberagaman budaya menjadikan kita menjadi lebih tolerasi dan juga menghargai keberagaman budaya yang ada, karena di Indonesia sangat banyak budaya dan juga bahasa yang bergitu beragam sehingga secara tidak langsung kita harus toleransi dengan keberagamana budaya yang ada karena dapat mempu membuat keberagaman budaya menjadi sebuah hal yang berdampak baik dalam membentuk identitas diri.
Kelima, Meningkatkan kualitas diri karena dalam mempelajari kajian kultural komunikasi manusia menjadi lebih cepat meningkatkan kualitas diri dengan banyaknya budaya, bahasa yang dipelajari terlebih dahulu.
Dalam mempelajari Kajian Kultural komunikasi akan makin banyak lagi manfaat yang akan di dapat dan diperoleh. Karena dalam mempelajari itu menjadikan kita sebagai kepribadian yang lebih toleran akan keberagaman budaya. Karena budaya yang baru akan tetap terus akan dating di tengah tengah kehidupan kita.
Daftar Pustaka
Astuti, S.I. (2003). Cultural Studies dalam Studi Komunikasi: Suatu Pengantar. Jurnal Mediator, 4(1).
