Mohon tunggu...
Wenti Indrianita
Wenti Indrianita Mohon Tunggu... Penulis - A mother of four daughter.

Tertarik pada opini dan review seputar motherhood dan psikologi. Silakan berkunjung juga ke reviewindri.com

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Berhati-hatilah Memilih Pasangan Hidup

30 Juli 2023   13:01 Diperbarui: 30 Juli 2023   13:21 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu lalu aku membaca berita tentang kekerasan yang dilakukan oleh suami kepada istrinya yang sedang hamil. Sungguh mengerikan ketika melihat ada video yang memperlihatkan sang suami memukuli istrinya di depan orang-orang sementara orang-orang tersebut tak mampu berbuat banyak. Pertanyaannya, kenapa hal tersebut sampai terjadi? Bagaimana mungkin seorang suami tega memukuli istrinya yang sedang hamil? 

Peristiwa kekerasan dalam rumah tangga memang kerap kali kita baca di media kita.  Ada pula korbannya yang sampai meregang nyawa. Begitu mirisnya. Apalagi jika kita bicara dampaknya terhadap anak-anaknya kelak.

Tentu jika semua sudah terjadi, maka sang korban perlu melaporkan peristiwa tersebut kepada pihak berwenang. Kekerasan dalam rumah tangga menurut saya bukanlah suatu hal yang dapat ditolerir. Namun semua peristiwa ini mungkin bisa jadi pelajaran, terutama bagi siapapun yang belum berumah tangga bahwa penting sekali untuk berhati-hati dalam memilih pasangan.

Saya pernah membaca sebuah curhatan seorang ibu. Ia mengatakan bahwa ia memiliki masalah dalam rumah tangganya. Sang suami ternyata mengkonsumsi narkoba. Tak hanya itu, ia pun juga suka berjudi. Permasalahannya adalah, sang istri sebenarnya sudah melihat red flag itu ketika ia belum menikahi suaminya.

Saat itu sang suami yang masih berstatus pacarnya memang sudah pernah mengkonsumsi narkoba. Ia mengatakan bahwa hal itu terjadi karena dia memiliki masalah dengan keluarganya. Sang perempuan pun merasa iba. Apalagi sang lelaki berjanji jika ia menikah dengannya maka ia akan berubah dan tidak akan mengkonsumsi narkoba lagi. Akhirnya mereka pun menikah dalam kondisi sang suami yang secara mental masih belum sepenuhnya "sehat". 

Setelah menikah, mereka dikaruniai satu anak dan suami ternyata mengulangi perbuatannya lagi. Tak hanya itu, ia pun juga melakukan perjudian dan tidak bisa menjalani perannya sebagai suami dan seorang ayah dengan baik.

Apa hikmah yang dapat kita ambil?

Jangan Sok Pahlawan

Coba kita pikir saja sendiri. Orang tuanya sendiri saja tidak bisa mengubahnya, apalagi seorang perempuan yang baru masuk ke dalam kehidupannya. Tidak akan pernah mudah mengubah tabiat seseorang. Jadi jangan terlalu naif dengan mengatakan,

 "Ah paling nanti ia akan berubah,"

"Mungkin memang akulah sosok yang bisa membuatnya berubah,"

dan lain-lain.

Ingatlah bahwa kita bukanlah psikiater. Kita juga bukan psikolog. Kita hanyalah manusia yang ingin menjalani kehidupan berumah tangga, bukan malah menjadi tempat rehabilitasi. Jadi untuk siapapun kamu, berhentilah bersikap naif dan mulailah berpikir realistis. Hidupmu bukanlah bagian dari drama korea sehingga tak semua hal bisa berjalan dengan indah.

Dalam kehidupan berumah tangga diperlukan dua sosok yang sama-sama sehat jiwa dan raganya. Kalau salah satunya sakit, maka sembuhkan dulu sebelum ikatan pernikahan dimulai. Bukan malah mengambil resiko berobat jalan dalam pernikahan. 

Pada intinya, jika kamu sudah melihat ada red flag di diri calon pasangan kamu. Stop dulu. Kesampingkan persoalan cinta-cintaaan karena cinta itu mudah sekali hilangnya jika tidak ada komitmen kuat untuk jadi pribadi yang lebih baik. 

Coba minta pendapat orang tua dan orang terdekatmu. Tanyakan ke diri kamu sendiri, apakah kamu benar-benar sudah yakin dengan calonmu dengan segala resikonya? Karena jika sejak awal kamu sudah tahu calonmu bermasalah dan kamu tetap mempertahankan itu, bukan hanya kamu yang akan terkena dampaknya. Tapi calon anak-anakmu, orang tuamu, keluargamu, mereka juga bisa merasakan akibatnya. Jadi berpikirlah dengan bijak. Jangan sampai  timbul penyesalan setelah masalah besar itu telah terjadi. Nanti penyelesaiannya akan lebih rumit lagi. 

Jangan lupa pula minta pendapat Tuhan. Berdoa dengan sungguh-sungguh agar diberikan petunjuk terbaik dalam memilih pasangan hidupmu. 

Ingat, ketika perempuan sudah menikah, hidupnya akan sangat berubah. Ia juga harus taat pada suaminya. Jadi, jangan sampai kamu taat pada orang yang salah. Berhati-hatilah dalam memilih pasangan, jangan sampai menyesal seumur hidup. Saya juga menuliskan artikel di blog tentang pemilihan pasangan. Silakan berkunjung jika berkenan : Cek hal berikut sebelum tentukan pasangan hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun