"Pengenalan nilai-nilai luhur melalui literasi budaya sangat penting untuk dilakukan  di tengah maraknya arus teknologi yang kadang membuat kita lupa akan budaya kita sendiri. Saya pikir Jambi sangat kaya akan tradisi. Tinggal bagaimana  semua pihak bekerja cerdas untuk memaksimalkan potensi yang ada," papar Novi tentang pesannya setelah mengikuti makan merawang.
Ani sangat terkesan dengan rangkaian kegiatan  dan tradisi makan merawang yang digelar di Taman Sakat Lebung Panjang ini. Baginya, makan merawang  itu selain asik sambil senda gurau , makanannya juga khas Jambi.Â
" Ada kopi air nira atau kopi tuak, terus alam dan cuacanya juga mendukung. Lingkungannya juga masih asri, tapi sayang makannya di bawah pohon sawit hehe. Ani baru pertama mencoba kopi tuak dan mendengar  musik gambang tradisi  Jambi Tulo. Unik sih alat nya, bisa dari kayu yang beda bunyi gitu," ungkap Ani.
Ia menambahkan bahwa yang terpenting itu kebersamaan ketika makan merawang, karna satu sama lain yang terlibat pada acara ini dipandangnya ada upaya pendekatan emosional walau pun lintas usia.
"Semoga tradisi makan merawang tak hilang dari Jambi,  terutama di kalangan anak milenial  yang malu kalau makan pakai tangan dan tak mau makan bersama. Terus juga soal lingkungan, semoga kawan-kawan senantiasa giat melakukan edukasi sayangi ibu bumi, tidak mencemari air  dan merawat lingkungan hidup kita bersama," pesan Ani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H