Temu Teater Se-Sumatera pada tahun 2021 ini kembali dihelat di Taman Budaya Jambi dari 15 sd 20 November 2021. Senin, 15 November 2021 merupakan hari  pertama acara tersebut dibuka .  Teater Tonggak dari Jambi sebagai tuan rumah yang mengawali pertunjukkan pertama pada malam hari pembukaan acara tersebut. Setelah pertunjukkan Teater Tonggak, acara dilanjutkan dengan pelantikan pengurus  Koordinasi Daerah Yayasan Pelaku Teater Indonesia cabang Jambi, yang dihadiri tokoh di dunia peran dan teater, yaitu Slamet Rahardjo Djarot, Embi C Nor dan Kiki Narendra serta lainnya.
 Teater tonggak pada pertunjukkan kali ini memilih naskah berjudul Tanda Silang dengan sutradara Didin Siroz. Naskah ini hasil terjemahan W.S Rendra, yang disadur dari  karya  Eugene O`neill (1918) dengan judul asli Where the Cross is Made.Â
Tanda Silang menampilkan cerita dengan aspek kejiwaan pada satu keluarga kapten kapal. Sang kapten mengalami depresi dan halusinasi paska kapal kesayangannya yang diberi nama sama dengan nama almarhum istrinya, Marlini, karam dan hancur diterjang badai. Ia bersama anak buahnya yang tersisa kemudian terdampar pada sebuah pulau. Mereka bertahan beberapa hari sebelum akhirnya mendapat pertolongan. Tetapi sepertinya hanya Sang Kapten yang berhasil selamat keluar dari pulau itu.
Peristiwa ini sungguh tragis dan mengguncang kejiwaan Sang Kapten. Ia kemudian mengalami depresi dan berhalusinasi bahwa ketika terdampar itu, ia dan anak buahnya menemukan harta karun yang luar biasa nilainya. Lelah, kelaparan dan depresi membuat mereka memutuskan untuk menyimpan kembali harta karun itu. Mereka berpikir akan berlayar kembali menjemput harta karun tersebut. Maka untuk itu lah mereka kemudian membuat peta yang diberi tanda silang sebagai penanda tempat harta karun tersebut terpendam. Peta ini kemudian diumumkan oleh Sang Kapten sebagai warisan yang diterima Darpo anak lelakinya.
Darpo sendiri memendam kebencian kepada ayahnya. Baginya, ayahnya adalah pelaut sombong yang ambisius menjadi pelaut besar dan juga mendorongnya untuk mengikuti jejaknya. Ambisi ini membuat Darpo tak dapat kesempatan meneruskan pendidikannya. Ia malah menjadi korban ambisi ayahnya selama ia dipaksa hidup di kapal dan pada akhirnya sampai mengalami kehilangan tangan kanannya.
Adik perempuan Darpo, yaitu Nani, paska ayahnya mengalami peristiwa tragis itu dan mengalami depresi serta halusinasi, ia tumbuh menjadi gadis yang tertekan juga secara mental. Ia lah yang merawat ayahnya yang mengurung diri di bagian ruangan rumahnya yang dibuat seperti geladak kapal.
Setiap hari Sang Kapten mengurung diri di ruangan itu. Jika malam hari ia akan mondar-mandir dan berteriak-teriak melambai-lambaikan tangan. Ia berpikir sedang menunggu kapal Marlini beserta anak buahnya kembali dan membawa harta karun.
Darpo tak tahan melihat kelakuan ayahnya. Ia berpikir ayahnya telah gila. Maka dari itu ia memanggil dokter jiwa untuk memeriksa dan menjemput ayahnya agar dibawa ke rumah sakit jiwa.
Nani tak setuju jika ayahnya dibawa ke rumah sakit jiwa. Ia bersikeras ingin merawat ayahnya dan juga kakaknya. Mereka pun berdebat panjang. Perdebatan ini didengar oleh ayahnya yang kemudian turun dari ruangannya. Sang Kapten mengatakan bahwa Darpo lah yang gila dan tak mempercayai kebenaran kapal Marlini akan datang bersama anak buahnya, serta membawa harta karun. Ia mengatakan Darpo pengkhianat.
Darpo yang tak mau terlihat melawan ayahnya kemudian mengiyakan perkataan ayahnya dan halusinasi ayahnya. Ia terus memotivasi ayahnya bahwa benar ia juga melihat kapal Marlini datang bersandar dan anak buah ayahnya turun membawa harta karun. Nani yang melihat ini terus berusaha menyadarkan Darpo bahwa apa yang mereka lihat tak benar dan tak nyata. Tak ada kapal Marlini yang datang, tak ada anak buah ayahnya yang turun dan membawa harta karun.