Mohon tunggu...
Wenny Ira R
Wenny Ira R Mohon Tunggu... Penulis - Kybernan

Peneliti, Akademisi, Militansi Desa, Humanis, Berbudaya, Book Lover

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Seputih Salju Michigan: Sempurna Putihnya Manusia

28 Juli 2017   10:05 Diperbarui: 28 Juli 2017   10:32 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.getscoop.com

Novel berjudul Seputih Salju Michigan karya Dion Ginanto, seorang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi, diterbitkan pertama kali pada bulan Juni 2017 oleh Grasindo, dan saat ini sudah didapatkan di jaringan toko buku Gramedia dan toko buku besar lainnya. 

Novel ini bercerita tentang perjalanan seorang guru SMA di Provinsi Jambi yang menempuh pendidikan masternya di negeri Paman Sam - Amerika. Nama guru itu yaitu Dzaki Ginanto. Pendidikan masternya merupakan perjuangan keras seorang Dzaki Ginanto mendapatkan beasiswa fullbright, yang kemudian berlanjut ke jenjang doctoral. Selama menempuh pendidikan tersebut di sebuah Universitas terkemuka di Amerika, Dzaki menemui riak-riak kehidupan seperti : dilema percintaan, rasisme, penculikan. Namun pada akhirnya, Dzaki menemui happy ending dengan menikahi perempuan yang sekufu dengannya dalam hal agama.

Keunggulan novel ini ditulis dengan bahasa yang ringan dan mengalir. Pengalaman-pengalaman tokoh Dzaki tentang rasisme, toleransi, seluk beluk kampus, organisasi mahasiswa dan beberapa wilayah di Amerika genap beserta gambaran pemandangan yang dideskripsikannya menjadi hal yang menjual, disamping sosoknya yang berhasil lolos beasiswa fullbright di Amerika. Point tersendiri bagi publik Jambi ketika sosok Dzaki digambarkan sebagai suku Jawa yang telah menetap dan lahir di Rimbo Bujang-Tebo-daerah di Provinsi jambi. Setidaknya di novel yang ditulis Dion Ginanto yang juga suku Jawa dan kelahiran rimbo Bujang Tebo ini, juga menggambarkan bagaimana kondisi Jambi.

Dion Ginanto agaknya menuliskan perjalanan hidupnya selama di Amerika dan di Jambi ke dalam novel ini. Fakta dan fiksi tentang penulisnya agak sulit pembaca pisahkan, karena Dion meramunya dengan apik dan ringan. Tak perlu berpikir keras dan menghayati mendalam membaca novel ini. Dalam hitungan satu jam setengah , saya sendiri telah tuntas menyelesaikan membaca novel sebanyak 184 halaman ini. Seringan bentuk fisik novelnya dan tema yang diusungnya ; ke Islaman, Syariat, perempuan dan laki-laki, jodoh.

Sama halnya dengan masa booming novel Ayat-Ayat Cinta, novel ini memiliki nafas yang sama. Penggambaran manusia yang didikotomikan atas Hitam dan Putih, Baik dan Jahat, Saleh-Salihah dan Tidak Saleh - Tidak Salehah begitu mewarnai. Tidak ada manusia yang abu-abu disini, tokoh utamanya pun menggambarkan dirinya sempurna, ideal, saleh, punya kriteria tinggi, punya idealisme tinggi dalam menakar dirinya dan menakar orang lain dalam batas Hitam Putih seperti di atas. Begitu pula tokoh Dzaki yang digambarkan dan menggambarkan dirinya: Shaleh, pria Idaman, tanpa cela dan dosa.

Bagi yang tidak paham bagaimana sastra Islami wal Syariati bertumbuh dan mengedepankan kesadaran religius kepada manusia, akan menganggap novel jenis ini dipenuhi tokoh yang kelewat narsistik dan sombong mengambarkan keputihan dirinya yang seolah-olah tidak menyisakan ruang kepribadian abu-abu, tanpa dosa dan cela. Namun, bagi yang memahaminya hal seperti ini merupakan pemicu menyebarkan ajaran dakwah dan memang selayaknyalah manusia menjadi sempurna, terlepas penilaian orang bagaimana.

Satu lagi yang menjadi ciri utama sastra Islami wal Syariati, penggambaran dan persepsinya terhadap perempuan : peran maupun kedudukan. Perempuan dalam sastra jenis ini merupakan objek perintah keshalihan beragama, dan sekaligus juga objek dilema dalam percintaan yang dialami tokoh berjenis kelamin laki-laki. Tak ada tempat bagi perempuan sebagai subjek, tetapi beruntungnya Dion menambahkan agak sedikit pilihan bagi tokoh perempuan bernama Wati yang memendam cinta padanya dan awalnya tidak kesampaian kemudian menjadi bersatu dalam pernikahan.

Bagaimanapun juga Dion telah berhasil membawa nama penulis Jambi dan tema tentang ke Jambian di panggung sastra nasional dengan diterbitkannya buku ini. Publik di luar Jambi barangkali akan sedikit mengenal salah satu tempat penghasil karet di Jambi yang bernama Rimbo Bujang di Kabupaten Tebo - provinsi Jambi, dan genap dengan kehidupan petani karet yang kebanyakan merupakan orang suku Jawa dan telah lama di transmigrasikan ke Jambi, kemudian telah hidup secara turun temurun.

Buku ini rencananya akan didiskusikan di toko Buku Gramedia Jambi pada 0 Juli 2017, jam 14.00 wib sampai dengan selesai, penulisnya akan hadir pada acara tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun