Mohon tunggu...
wenny ira wahyuni
wenny ira wahyuni Mohon Tunggu... karyawan swasta -

just an ordinary homo social politicus.

Selanjutnya

Tutup

Politik

PPP dan Integritas Ketum

7 Mei 2014   19:48 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:45 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tahun politik 2014 ini, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), sebagai salah satu partai yang mengusung platform keislaman dan mengaku konsekuen terhadap azas keislaman, tampaknya mengalami dinamika yang cukup lumayan. Targetnya untuk mendapatkan sebanyak 12.000 suara pada pemilu legislatif ini, setidaknya pada hasil hitung cepat hanya cukup menempatkannya pada posisi ke-9 dalam sepuluh besar perolehan suara, tidak bergeser sesuai dengan nomer urut partai dalam daftar kontestan pemilu 2014.

Dinamika pada PPP terlihat selain pada kasus yang tengah disorotkan kepada ketua umum partai yaitu Surya Dharma Ali, mengenai dana haji, sekaligus pada isu pengusungan Surya Dharma Ali di bursa calon presiden pada pemilu presiden 2014 beberapa bulan kedepan, upaya manuver politiknya dengan menggaet Gusdurian, terakhir adalah bagaimana keberadaan Surya Dharma Ali yang dikenal dengan sebutan SDA, tertangkap basah tengah berada di kampanye politik partai Gerindra bersama Prabowo Subiyanto.

Hal yang terakhir tersebut, cukup membuat guncangan pada para kader PPP di berbagai daerah. Upaya manuver SDA dipandang sebagai sebuah hal yang tak lazim dilakukan oleh sosok ketua umum partai politik ditengah kerja keras partai mengumpulkan suara. Akibatnya apa yang dilakukan oleh SDA dianggap justru menurunkan perolehan suara PPP dalam pemilu legislatif 2014 yang baru saja di gelar. Selain itu, SDA dianggap mengkhianati khitah PPP yang telah disepakati bersama, untuk menentukan koalisi setelah pemilu legislatif dalam hal bursa pencalonan presiden.

Demi hal tersebut, akhirnya kader PPP diseluruh tanah air bergerak menghadang SDA. Terakhir 26 DPW menandatangani sebentuk petisi yang ditujukan kepada DPP PPP untuk memberikan sanksi kepada SDA terhadap upaya yang telah dilakukannya tersebut. Sementara itu, dilain pihak SDA menanggapi dengan santai aksi yang dilakukan ke-26 DPW PPP dari seluruh tanah air, bahwaapa yang dilakukannya di tengah kampanye politik partai Gerindra bukan suatu bentuk pernyataan koalisi.

Terlalu dini memang jika apa yang dilakukan oleh SDA tersebut sebagai upaya keputusan koalisi partai dalam bursa pencalonan presiden mendatang. Tetapi setidaknya kemunculan SDA di kampanye politik partai Gerindra tersebut, mulai mengusik pertanyaan yang tidak hanya mengenai integritas PPP sebagai partai politik, tetapi juga integritas ketua umum (ketum) yang mengomandoi kapal bernama PPP, menjelajahi samudera politik bangsa Indonesia.

Publik tidak hanya kader kemudian akan bertanya, kepentingan apakah yang diusung ketua umum PPP tersebut yang secara berani dan gembira riangmuncul ke tengah kampanye politik partai lain? Sedemikian mudahnya jika memang terdapat faktor kepentingan, menukarkan integritas sosok ketua umum PPP dan citra PPP dengan kepentingan jangka pendek, sementara PPP adalah partai yang berjargon sebagai rumah besar umat islam. Tidak tahukah SDA dan semua elit partai yang hadir pada kampanye politik Gerindra tersebut, bahwa platform keislaman tengah membangun kesadaran kolektifnya sebagai sebuah kotak paltform penting ditengah krisisnya ketokohan dari partai islam, dan juga kerja keras umat islam untuk membangun kembali partai islam yang selama ini tercabik-cabik dalam berbagai kasus korupsi, dan amoral.

Sebagai partai islam yang telah lama hadir dalam arena politik Indonesia, kapal PPP seharusnya dijalankan sesuai jargonnya sebagai rumah besar umat islam yang dapat mewadahi kepentingan umat, bukan kepada kepentingan pribadi perseorangan dan ambisinya. Dalam hal ini, integritas PPP dibangun karena pengaruh integritas ketua umumnya, dimana jargon, harapan umat terhadap partai, termanifestasi kedalam langkah dan kebijakan yang diambil oleh ketua umum partai selaku kapten yang dipercayai mengemban amanat menahkodai kapal bernama PPP, supaya selamat sampai ditujuan.

Senioritas barangkali juga di idap oleh partai politik, jika demikian, setidaknya PPP dan SDA dapat berkaca kepada partai-partai islam yang baru bertumbuh ketika reformasi. Meskipun terhitung masih bayi dalam arena kancah politik Indonesia, beberapa partai islam lainnya dapat tampil menyaingi partai nasionalis yang selalu memenangkan kontes pemilu. Kesolidan mereka membangun integritas, baik dari sisi elit maupun kader, berhasil menempatkan mereka sebagai saluran aspirasi umat islam alternatif yang diperhitungkan, PKS, PAN, dan PKB misalnya, dan berkembang sesuai dengan dinamika umat islam di masyarakat, serta yang terpenting adalah dukungan dari para kader militan meskipun berbagai cobaan menerpanya.

Tentu saja, apa yang dilakukan oleh SDA untuk muncul ditengah kampanye politik partai Gerindra, sangat melukai umat islam yang berafiliasi secara politik kepada PPP. Perilaku yang tidak etis ini, telah menyulut mundurnya dukungan golongan umat islam dalam bentuk berbagai organisasi yang selama ini bernaung dibawah PPP. SDA dan beberapa elit yang hadir dalam kampanye politik partai Gerindra, setidaknya kedepan dapat berpikir panjang, bahwa setidaknya seorang wali kerap harus memperhatikan pendapat dan perasaan yang menunjuknya sebagai wali. Ada jejaring integritas bersama yang dibangun dalam rumah besar umat islam yang bernama PPP.

Integritas memang sesuatu yang absurd dalam kancah perpolitikan. Akan tetapi,integritas jua sebagai sesuatu yang cair ibarat oase ditengah gurun. Jika ideologi telah mati suri dalam partai politik untuk dapat dijadikan sebagai sesuatu yang terdekat kepada konstituen maupun kader, karena dinafikkan demi kepentingan jangka pendek, setidaknya integritas masih harus wajib dimiliki dan dipunyai sebagai totem terakhir yang hidup dalam spirit partai politik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun