Kuambil gambarmu dari bilik kenangan, saat kesunyian mengepung
Dua tetes sajak menimpa lembaran kertas, pucat tak berwarna
Pendar-pendar waktu menikam angan-angan setengah jalan
Malam malam purna, pagi yang gaduh, meretas perjalanan tanpa musim
Sajak ini mata air matamu, ketika tlah kujahit angan-anganmu
Merenda hari dalam denyut nadi kehidupan, bocah-bocah berlarian
Membawa cita-cita di cahaya mata, di bilik jantung
Meninggalkan usia, melesat di punggung sejarah.
Sajak ini tak bermata, membidik zaman dalam alpa tak berkesudahan
Lelaki berkelamin setengah, bernyali setengah, Ibu! Sedang
perempuan mengemban amanah, merujuk arah,
kembali ke putingmu, menjadi,
paling Engkau!
20 Desember 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H