Delapan karya artikel utama, aktif menulis belum lama, tiba-tiba dipanggil masuk "stoples warna-warni" Kompasianival 2024: Kompasiana Awards. Seketika badanku melemas! Berkali-kali "hah" tak percaya. Wajah dan namaku terpampang begitu saja. Hei, kamu! Sejak kapan kamu di situ?!
Hari Jumat, 18 Oktober 2024 hampir jam sepuluh pagi, pemberitahuan pesan grup whatsapp KOKOBER yang diasuh kak Billy Steven Kaitjily ramai berdentingan. Pengasuh grup itu malah belakangan mengetahui dan terkaget luar biasa. Tautan pada pesan itu berbunyi Kompasianival 2024. Mengetuknya, langsung diarahkan menuju microsite, menyorot kategori-kategori yang tersedia. Rupanya, Kak Billy masuk dalam nomine Best in Opinion!
Gulung ke bawah, HAH? Saya menemukan foto profil akun Kompasiana, foto berlatar baliho sobek di tepi jalan menanjak menuju gunung. Sejak kapan dia, si kerudung hitam berkacamata itu di situ, dan oh! Ada namanya juga! Saya menjadi senyum-senyum tak karuan karenanya, menemukan wajah dan nama saya tertulis di situ. Bagaimana hal ini terjadi, tentu sistem di balik layar yang bekerja. Semesta Kompasiana dan konstelasinya sedang berkedip-kedip rahasia: kejutan!
Hari Senin, 21 Oktober 2024 siang, sebuah e-mail dari Pengelola Kompasiana masuk mengabarkan bahwa saya termasuk dalam kompasianer nomine Kompasiana Awards 2024 kategori Best in Fiction dan sangat boleh menyampaikan secara tersurat "pilihlah aku". Vote segera! Apakah ini mimpi? Ah, ini terlalu nyata untuk disebut ilusi!
E-mail itu sekaligus menginspirasi saya untuk membuat artikel sederhana mengenai "peristiwa" ini. Tentu hal rinci semacam ini akan terlalu puisi jika ditulis dalam bentuk puisi. Ya, meskipun bisa, hehe.
*
Memasang tulisan pertama baru awal Januari 2024, tepatnya tanggal empat (meski akun "on" sejak 2 Oktober 2022), menulis dua ratusan puisi (tujuh di antaranya golongan headline), beberapa cerpen (sebuah menjadi AU). Maka total semua artikel headline saya hingga pemberitahuan via e-mail itu turun, berjumlah 8 buah. Syukur Alhamdulillah!
Karya-karya tersebut, antara lain:
Tujuh puisi;
Gigil Jawaban (entah mengapa saya jadi merinding karena belum lama ada yang serupa terjadi pada pesohor kulit putih; jembar kubure, lepas parane, Gusti Allah Mengasihinya!)
Hari Jumat, Air Mata dan Lelaki Kecil yang Bertanya
Sebuah Gambar pada Cangkir Putih
(dan yang semalam naik menjadi Artikel Utama; Telah Memiliki)
Juga sebuah cerpen berjudul Puding Es Krim Kacang Almond
*
Menulis bersama Kompasiana, seperti mendapat wadah bagi aliran debur ombak sanubari sambil memberanikan diri menyelam untuk benar-benar basah pada kesadaran diri seutuhnya. Terima kasih telah tercipta. Terima kasih telah mengizinkan patahan kata-kata mendapat ruang terbang yang leluasa.
Sugeng ambal warsa kaping-16, Kompasiana. Selamat hari jadi ke-16. Limpah curah kebaikan untuk "semesta" Kompasiana dan semua sudut jagad maya yang mendapat percik manfaatnya.
*
Kembali kepada gegap gempita dag dig dug surat cinta. Sebelum memilih, tentu pemilih perlu mengamati, merasakan dan menghayati karya-karya nomine. Maka saya sampaikan beberapa yang dapat diamati, dirasakan dan dihayati. Sebab hidup selayaknya dijalani dengan penuh penghayatan. Pemilih yang menggunakan hak pilihnya, tentu boleh mempertanyakan asal muasal, siapa orang yang dipilih ini, dan seterusnya dan seterusnya. Tentu karena hidup yang dipertanyakan adalah hidup yang layak dijalani. Maka banyaklah bertanya, menanyakan, dan mempertanyakan apa maksud puisi-puisi ini.
Hingga tanggal 27 Oktober 2024, dengan penuh kesadaran, silakan memilih di sini.
Selamat memilih, selamat menikmati jamuan Kompasianival 2024. Selamat berbahagia, para nomine. Salam istimewa dari Yogyakarta. Sehat sejahtera, sukses selalu!
Tabik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
