Mohon tunggu...
Weningtyas TrisHandayani
Weningtyas TrisHandayani Mohon Tunggu... Mahasiswa - pelajar

manjadda wa jadda

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cepetan Alas Tarian Khas Kebumen

1 November 2021   16:21 Diperbarui: 2 November 2021   13:26 4433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tari cepetan alas merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari Kecamatan Karanggayam, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Tari cepetan alas mempunyai makna tersendiri bagi masyarakat Karanggayam. Berasal dari kata cepet dan alas, cepet yang berarti sejenis makhluk halus di Jawa dan alas yang berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti hutan.

Tari ini awalnya berkembang mulai abad ke XIX. Tari ini bercerita mengenai penjajah yang membuka lahan permukiman secara besar - besaran di Karanggayam. Lahan – lahan permukiman ini banyak yang berubah menjadi onderneming atau perkebunan yang luas. Pada saat itu, warga Karanggayam pun mengalami penderitaan dan kekeringan  serta dilanda wabah mematikan. 

Akibat dari itu, warga tidak bisa mengandalkan lagi sektor pertaniannya karena mengalami kekeringan dan kondisi yang sangat memprihatinkan.

Hal ini membuat warga Karanggayam tidak bisa tinggal diam atas penderitan tersebut. Akhirnya warga Karanggayam berinisiatif untuk menyamar menjadi cepet alas dengan menggunakan topeng. 

Ini bermaksud untuk metakut – takuti penjajah sehingga membuat penjajah tidak kerasan sehingga memilih untuk pergi meninggal karanggayam.

Dari cerita tersebut lahirlah tarian cepetan alas ini sebagai bentuk perlawanan non-fisik warga Karanggayam kepada penjajah. Para penari memakai topeng yang dilukis dengan ekspresi wajah yang menyeramkan, ditambah dengan menggunakan rambut ijuk yang panjang yang memberikan efek horror terhadap penampilan penari.  

cepetan-alas-6180d8fa154a6401ec52c072.jpeg
cepetan-alas-6180d8fa154a6401ec52c072.jpeg
Tari cepetan alas ini biasanya terdiri 11 sampai 17 pemain yang memakai topeng dengan tiga karakter yang berbeda – beda. Karakter pertama berupa manusia yang berarti baik, karakter kedua berupa hewan – hewan seperti monyet, harimau, dan gajah, dan karakter ketiga berupa makhluk halus yaitu cepet.

Tarian ini di iringi menggunakan gamelan sederhana dan beduk. Pada saat adegan perang para penari mengalami kesurupan. Dimana ini melibatkan makhluk halus yang dimasukkan ke dalam tubuh sang penari sehingga ia kehilangan kesadarannya. Hal tersebut disebut dengan istilah trance, yaitu kondisi kehilanan kesadaran yang disebabkan oleh eksistansi lain. 

Namun, inilah yang menjadi daya tarik tari cepetan ini dan adegan yang paling di tunggu – tunggu oleh para penonton.  Karena pada saat adegan ini para penari melakukan atraksi – atraksi yang ekstrem seperti jungkir balik, memakan bunga, menggigit kelapa, dan atraksi lainnya yang membuat penonton berkeerenyit saat melihatnya.

Saat ini Pemda Kabupaten Kebumen melibatkan tari cepetan alas sebagai bagian dari festival peringatan hari jadi Kebumen setiap tahunnya.  Selain itu, tarian ini juga dipentaskan di alun – alun Kebumen ketika ada acara – acara penting di Kebumen. Langkah ini dinilai sangat efektif karena saat ini sudah banyak orang – orang tahu mengenai tari cepetan ini, serta mereka akan tertarik untuk mempelajari lebih jauh mengenai kesenian tari cepetan ini.

Diharapkan untuk masa yang akan datang, tari cepetan alas ini dapat lebih dikenal oleh masyarakat luar. Tidak hanya warga Kebumen saja, tetapi juga seluruk masyarakat Indonesia bahkan sampai mancanegara dapat mengenal tarian ini. Agar dapat meningkatkan potensi pariwisata di Kabupaten Kebumen sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan bagi warga kebumen dan sekitarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun