Mohon tunggu...
wenny kurniawan
wenny kurniawan Mohon Tunggu... -

doctor/love traveling, reading, dogs/eager to learn anything new/passionate about life

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia

24 Mei 2016   13:47 Diperbarui: 24 Mei 2016   19:50 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mumpung masih segar dalam ingatan, saya akan melanjutkan bagian terakhir yang akan menjadi penutup  ulasan tentang Sumatra Barat. Semua catatan perjalanan siap, internet siap, let’s go!

HARI 2

Sebelum meninggalkan Bukit Tinggi, saya dan suami mampir lagi ke Sianok hanya untuk mencicipi Gulai Itiak Lado Mudo Ngarai yang terkenal. Bayangkan, kemarin saya sudah kemari untuk makan siang dan baru jam 1 siang, itik maupun ayamnya sudah ludes terjual! Dan that’s it, begitu habis langsung lapak tutup.

Pagi ini saya tiba di rumah makan ini jam setengah 9, dan meja baru terisi 2. Menunya sebenarnya ya itik rebus dengan bumbu cabe ijo yang super gondrong. Cukup menggoyang lidah untuk menu pagi hari, haha. Rumah makan ini juga menjual gulai tunjang sapi yang rasanya kok lebih enak ketimbang itiknya ya? Namun jika Anda kebetulan berada di Bukit Tinggi, sempatkan makan di tempat ini karena rumah makan ini sudah terkenal di mana-mana.

Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Usai makan, kami langsung menuju ke arah Batu Sangkar karena rute hari ini adalah Istana Baso Pagaruyung dengan tujuan akhir adalah Lembah Harau di Payakumbuh. Uda Koin mengajak kami melewati desa perajin tenun sikek atau lebih dikenal dengan nama songket, letaknya di Kabupaten Agam.

Perajin di sini masih menggunakan alat tenun tradisional, rumahnya pun rumah-rumah panggung kayu, namun dalamnya bersih dan adem. Baru sekali ini saya masuk ke dalam rumah panggung yang biasanya hanya saya kenal melalui novel-novel Tere Liye, itupun saya tidak yakin bisa masuk ke dalam kalau tidak diajak sama Uda Koin berhubung perajin ini kenalan Uda.

Meskipun demikian, saya sama sekali tidak dipaksa untuk membeli hasil tenunan ibu ini, malah beliau dengan ramah mau mencontohkan cara menenun. Melihat pengerjaannya, pantas saja kalau songket dijual mahal! Detil dikerjakan sangat teliti, dimasuk-masukkan dalam sulur-suluran benang yang diregang. Benang yang dipakai juga bagus, pilihan warnanya bagus! Dalam sehari paling kemajuannya hanya 5 cm! butuh kesabaran tingkat tinggi.

Ibu ini biasa ikut Inacraft juga lho dan menerima pesanan, kira-kira 3 bulan sebelum hari H jika ingin memesan, dan pengirimannya bisa lewat JNE sehari sampai =D. Jika ingin melihat video proses penenunan walaupun singkat, bisa lihat di instagram saya.

Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Batu Sangkar merupakan kota bekas kerajaan-kerajaan zaman dahulu sehingga berbagai prasasti memenuhi sudut kotanya. Beberapa prasasti yang saya kunjungi adalah prasasti Adityawarman, kuburan keluarga raja-raja Minang, dan prasasti Kubu Rajo. Batu-batu prasasti dari zaman megalithikum ini yang sering saya baca di buku pelajaran sejarah waktu sekolah, ditulis dengan huruf Pallawa kuno dan bahkan ukirannya sudah aus di beberapa tempat.

Anda tentunya pernah mendengar bukan, prasasti Adityawarman yang isinya tentang irigasi atau menghadiahkan banyak sapi kepada raja lainnya? Ternyata semua ada di kota kecil ini, masuknya tidak dipungut bayaran, namun ada sedihnya. Seperti biasa, tangan-tangan gatal manusia suka usil mengambili beberapa properti di cagar budaya untuk dijual sebagai barang langka, secara penjaga cagar budayanya juga tidak ada!

Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Cagar budaya kuburan keluarga raja Minang cukup spooky menurut saya. Bagian depannya sih tidak seram, merupakan arena bermain anak-anak bangsawan. Ada pelataran main congklak dari batu yang dibuat ceruk-ceruk, di depannya sekumpulan bangku batu kecil pendek-pendek disusun melingkar.

Kata Uda Koin, di sini biasanya anak-anak bangsawan selain bermain juga makan-makan, atau bahkan diadakan pertemuan keluarga. Masuk ke samping, baru ada kuburan batu di dalam goa batu juga. Kepala kuburan ditutupi kain kafan putih, dan beberapa sesajen terletak di beberapa kuburan.

Ternyata penduduk sana masih suka juga pergi “meminta” sesuatu ke tempat-tempat yang dianggap keramat ini, padahal di depan cagar sudah ditulis agar menjauhi syirik dan jika tetap melakukannya maka orang tersebut harus siap dengan segala risikonya. Saya sendiri tidak sampai masuk ke dalam karena tidak tahu kenapa bulu kuduk saya merinding berdiri di depan kuburan itu, belum lagi ada asap-asap dupanya.

Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia

Menuju ke istana, kami diajak melewati Pariangan di Kabupaten Tanah Datar dan Tanah Datar ini merupakan lokasi favorit saya dalam perjalanan ini. Tanah Datar dipenuhi sawah, sawah, dan sawah! Dan ketika saya berada di Sumbar kebetulan sedang musim panen sehingga sawah dihiasi warna keemasan dengan petani bercaping di sana-sini sibuk memanen padi.

Orang-orangan sawah dan dangau juga terlihat di mana-mana, kerbau dengan berbagai burung di punggungnya menjadi pemanis pemandangan. Betulan deh, ini tepat seperti bayangan saya selama ini kalau membaca buku pelajaran zaman saya SD dulu! Tanah Datar indaaaaah banget! Sayang sekali kepulangan saya tepat seminggu sebelum acara pacu jawi (pacu kerbau).

Pacu jawi biasanya diadakan pada hari Sabtu di minggu setelah sawah selesai dipanen seluruhnya, sebagai ucapan syukur atas hasil panen dan sekaligus untuk menggemburkan tanah lagi maka diadakanlah acara pacu jawi. Ah, suatu saat nanti saya akan kembali ke Sumbar dan menghabiskan lebih banyak waktu di Tanah Datar sambil menonton pacu jawi.

Uda Koin mengajak saya ke sepetak sawah yang ada ibu petani pemiliknya lagi duduk-duduk melepas lelah habis menyiangi gulma, kemudian membuatkan saya “pupuy”, semacam alat musik tiup (seruling) terbuat dari batang padi yang tengahya dibersihkan dan dibuat lubang-lubang untuk memainkan nadanya.

Untuk melihat dan mendengar suara “pupuy” bisa dilihat di instagram saya =D. Sedikit informasi tentang persawahan di Tanah Datar dan daerah sekitar sini, sebagian besar sawahnya organik. Maksud dari organik adalah diolah secara alami, tidak menggunakan pupuk kimia sama sekali. Karena itu tanahnya hanya bisa ditanami padi setahun sekali dengan pupuk paling hanya kompos atau pupuk kandang.

Setelah panen seperti saat ini maka tanah akan diistirahatkan dengan ditanami tanaman jenis lain misal jagung. Pantas saja harga bahan makanan organik lebih mahal ya, karena ternyata membutuhkan waktu lebih lama untuk memperoleh hasilnya.  I left my heart at Tanah Datar!

Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Perjalanan dilanjutkan, kami pun mulai memasuki daerah Padang Panjang, di kota Payakumbuh untuk melihat istana Baso Pagaruyung yang sudah tersohor itu. Tiket masuk istana IDR 7.000/orang, tempat parkir terletak tepat di seberang jalan istana dan sudah ramai ketika saya tiba di sana. Istana Baso Pagaruyung ini sempat ditutup karena direnovasi akibat kebakaran.

Istana ini sudah 3x terbakar, yang terakhir adalah tahun 2007 akibat tersambar petir. Ketika itu istana terbakar sampai tinggal tiang-tiangnya jika saya lihat di film, isi istana pun hanya sedikit yang bisa diselamatkan. Jadi sebagian besar perkakas, mahkota, baju-baju adat, kain-kain yang mengisi istana sudah tidak asli lagi. Sayang sekali ya! Musibah yang menimpa istana ini bisa dilihat di dalam istana di pojok kiri bila kita menghadap panggung.

Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Untuk masuk ke dalam istana kita harus melepas alas kaki yang dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diletakkan di sepanjang tangga rumah panggung. Istana ini seluruhnya terbuat dari kayu, dengan atap dari daun pohon kelapa. Itulah mengapa istana ini sangat mudah terbakar walaupun di gonjongnya sudah dipasangkan penangkal petir.

Nilai istimewa dari istana ini adalah ukirannya! Seluruh istana sebesar itu dipenuhi ukiran kecil-kecil, warna-warni, dengan corak yang sama. Bisa dibayangkan yang memahat dan mengukir matanya pasti kuat banget ya! Seluruh dinding luar istana, dinding dalam, bahkan sampai langit-langit dipenuhi ukiran. Ketika saya bertanya berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengisi istana ini, jawabannya adalah 3 tahun. Wow! Lantai 1 berisi panggung tempat raja, ratu, dan putrid-putrinya duduk-duduk.

Tepat di belakang kiri-kanan adalah kamar para putri yang disekat dengan kain berwarna meriah, plus memanjang ke belakang adalah dapur. Lantai ke-2 isinya ruang pingitan para putri, dan lantai ke-3 kecil saja isinya senjata tombak dan lemari. Istana ini makin ke atas makin kecil ruangannya. 

Ketika saya bertanya, “Jadi putra-putra raja tidur di mana? Kok kamarnya hanya kamar putri?”, jawabannya adalahhh, “anak laki-laki tidur di luar, biasanya di surau atau masjid.” Wah ternyata tidak mudah menjadi putra Minang ya, walaupun tujuannya baik sih, supaya anak lelaki banyak belajar mengaji di masjid dan belajar hidup mandiri dan merantau.

Uda Koin dan Uda Ujang juga masih merasakan tidur di surau lho, walaupun kata mereka makin ke sini tradisi tersebut sudah tidak sekental dulu lagi. Oh iya, bagi yang penasaran kenapa rumah gadang memiliki gonjong atau tanduk di atapnya, ternyata jumlah gonjong melambangkan banyaknya anak perempuan yang dimiliki sang ayah. Makin banyak gonjongnya, berarti anak perempuannya makin banyak =D

Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Hari tahu-tahu sudah sore saja, kami pun mampir ke Pondok Flora untuk makan siang yang sudah telat sebenarnya. Pondok Flora mengklaim dirinya rumah makan dengan “spesifik ikan” hehe..  tapi memang ikan bakarnya enak banget!! Sayang pelayanannya lama, mungkin karena ramai jadi kami duduk lama baru makanan diantarkan.

Pilihan makan di Pondok Flora tepat karena pemandangannya sawah, jadi serasa makan di tengah dangau dikelilingi kolam ikan dan bebek. Lagi-lagi sayang seribu sayang.. orang-orang membuang sampah sembarangan ke dalam kolam! Bahkan bukan cuma membuang puntung rokok, tapi juga bungkus rokoknya!

Saya sampai kepikiran, kalau ikan atau bebek di sini suatu saat mati dan dilihat isi perutnya, jangan-jangan isinya puntung rokok! Sedih sekali T.T. Untuk masalah harga, Pondok Flora termasuk tidak mahal. Makan ber4 dibanderol harga IDR 204.000, saya sudah pikir lebih mahal lho, karena kami makannya banyak dan kenyang banget!

Langit mulai gelap, Sumbar memang sedang dilanda curah hujan yang tinggi. Buru-buru kami melanjutkan perjalanan ke tujuan akhir yaitu Lembah Harau di Kabupaten Lima Puluh Kota. Saya sudah menanti-nantikan mengunjungi lembah yang santer dengan julukan “Yosemite Valley von Indonesia” ini, yang katanya lembahnya dipenuhi air terjun di kiri kanannya.

Pemandangan masuk ke Lembah Harau memang mengesankan, 2 buah ngarai hijau dengan hamparan sawah di kakinya, serta jalan aspal kecil membelah sawah. Belum lagi di antara lembah terlihat air terjun membelah lembah, pantas saja orang asing suka sekali menyepi kemari.

Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Tujuan utama saya ke Harau adalah ingin menikmati sunset sambil ngopi-ngopi karena saya tidak jadi menginap di Echo Homestay (suami saya belum bisa terlalu menyatu dengan alam). Uda Koin sempat membawa saya melihat air terjun yang kalau dari jalan utama kita membelok ke kanan. Tidak jauh dari jalan utama sudah terlihat jejeran mobil, motor, bahkan bus pariwisata parkir.

Perasaan saya sudah tidak enak dan betul saja, air terjun itu sudah ramai! Bukan hanya ramai oleh manusia, tapi juga warung-warung memadati kiri-kanan sampai ke seberang air terjun! Belum lagi kios-kios penyewaan ban buat pengunjung! Saya sampai tidak bisa menikmati indahnya air terjun, mencari spot buat memotret air terjunnya saja susah. Sampah botol-botol aqua dan pop mie memenuhi pinggiran air terjun. Ternyata Lembah Harau sudah kehilangan sunyinya.

Satu air terjun di depannya lagi kondisinya tidak lebih baik. Saya sempat melihat pengunjung yang sungguhan mandi di sana, pakai sampo dan sabun! Bukan cuma sekedar berendam saja! Saya tidak menghabiskan banyak waktu di sana, rasanya percuma juga mengambil foto di tempat itu. Tadinya saya berencana langsung ngopi di Echo Homestay sekaligus melihat apakah saya rugi karena tidak jadi menginap di sana namun ternyata untung saja saya tidak jadi menginap di Echo.

Jalan masuknya memang bagus, diapit 2 sawah dan menanjak ke atas ke bagian café dan penginapannya tapi penginapan itu juga sudah dipenuhi orang. Ketika kami bilang mau ngopi saja pun, kami ditolak oleh pihak penginapan karena mereka sudah terlalu ramai!

Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Sebagai senjata pamungkas, akhirnya Uda Koin mengajak kami mengunjungi homestay temannya. Lokasinya adalah kalau tadi dari jalan utama belok ke kanan, ini belok ke kiri. Jalan masuknya lebih susah ketimbang yang di sisi kanan, namun ketika sampai di Abdi Homestay, saya langsung terpesona. Akhirnya kami menemukan tempat menikmati sunset sambil ngopi yang pas.

Abdi Homestay hanya memiliki 7 cottage kecil-kecil tapi cantik dan bersih. Di sisi belakangnya tepat terlihat air terjun yang memang belum dibikin aksesnya sehingga masih bersih dan sepi, di sisi depannya terhampar sawah membentang. Tempat ini masih sunyi sepi sehingga suara sunset (ya, sunset juga bisa bersuara lho!) terdengar jelas.

Nyanyian kodok diiringi bebek dan burung-burung terdengar jelas bagaikan nyanyian, pelan-pelan menutup hari yang sibuk. Kopinya juga hitam, pahit, enak, panas! Hehe.. di belakang meja kami ada turis bule dari Polandia sedang duduk sendiri belajar bahasa Indonesia. Ini dia kesunyian Lembah Harau yang saya cari-cari. Kata pemilik Abdi Homestay malah sampai 2 tahun yang lalu tempat ini belum terjamah listrik.

Karena Lembah Harau makin lama makin terkenal, turis makin berdatangan, maka akhirnya listrik pun masuk ke tempat ini. “Kebanyakan dari mereka inginnya bisa charge HP soalnya,” demikian ujar pemiliknya. Saya tadinya sempat tidak mau share nama homestay cantik ini, tapi tampaknya tidak adil buat pemiliknya dan saya rasa pemiliknya cukup bijaksana memilih pelanggan karena dia sendiri pernah menyilakan calon pelanggan pulang ketika pelanggan itu datang dengan gaya “kekotaan”nya dan banyak komplen tidak ada AC, tidak ada wifi, tidak ada pemanas air. Haha.

“Jika ingin menginap di hotel seperti itu, cari saja di Jakarta atau minimal di Padang! Di sini namanya juga homestay, dan di sini mengutamakan alam dan pengalaman kita dengan alam!” wah, salut banget saya Uda! Betul itu, orang yang tidak bisa menghargai dan menyayangi alam lebih baik di kota saja ketimbang datang ke desa dan merusak alamnya!

Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Saya minta diri dari pemiliknya ketika gelap sudah menyelimuti Abdi dan lampu neon 1-2 mulai menyala. Tamu-tamunya yang kebanyakan orang asing juga sudah mulai keluar dari cottage untuk makan malam bersama dengan menu nusantara yang kelihatannya enak. Oh iya, pemiliknya menggratiskan kopi kami lho! Hehehe.. jika Anda ingin mendengar seperti apa nyanyian sunset, bisa dilihat di instagram saya.

Hari sudah malam, kami harus mengantarkan Uda Koin kembali ke Bukit Tinggi baru kemudian kembali ke Padang. Makan malam kami di perbatasan masuk ke Bukit Tinggi, lagi-lagi sate padang dan martabak kubang. Kali ini sate padangnya enakk! Tapi ada yang lebih enak lagi di kota Padang yakni sate padang polot Cipta Rasa =D, namun saya akan menyudahi ulasan saya tentang Sumbar di artikel ini karena bagian dari Sumatra Barat yang mencuri hati saya adalah justru di luar kota Padangnya.

Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Semoga saya diberi kesempatan lagi untuk mengunjungi tempat ini, dan terutama untuk mengunjungi tempat di mana saya meninggalkan hati saya : Tanah Datar!

Ditulis oleh,

Wenny Kurniawan (email : wenikurniawan@yahoo.com / instagram @kurniawanwenny )

Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Nyanyian Sunset di Yosemite Valley von Indonesia
Salah satu momen paling berkesan dalam setiap perjalanan saya adalah bertemu dan berkenalan dengan orang-orang baru tanpa pretensi apapun. Perkenalkan dari depan kiri ke depan kanan : Uda Koin, suami saya Bryant, saya, Uda Ujang. Sampai bertemu lagi, semoga ada kesempatan bersua lagi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun