Kata Uda Koin, di sini biasanya anak-anak bangsawan selain bermain juga makan-makan, atau bahkan diadakan pertemuan keluarga. Masuk ke samping, baru ada kuburan batu di dalam goa batu juga. Kepala kuburan ditutupi kain kafan putih, dan beberapa sesajen terletak di beberapa kuburan.
Ternyata penduduk sana masih suka juga pergi “meminta” sesuatu ke tempat-tempat yang dianggap keramat ini, padahal di depan cagar sudah ditulis agar menjauhi syirik dan jika tetap melakukannya maka orang tersebut harus siap dengan segala risikonya. Saya sendiri tidak sampai masuk ke dalam karena tidak tahu kenapa bulu kuduk saya merinding berdiri di depan kuburan itu, belum lagi ada asap-asap dupanya.
Menuju ke istana, kami diajak melewati Pariangan di Kabupaten Tanah Datar dan Tanah Datar ini merupakan lokasi favorit saya dalam perjalanan ini. Tanah Datar dipenuhi sawah, sawah, dan sawah! Dan ketika saya berada di Sumbar kebetulan sedang musim panen sehingga sawah dihiasi warna keemasan dengan petani bercaping di sana-sini sibuk memanen padi.
Orang-orangan sawah dan dangau juga terlihat di mana-mana, kerbau dengan berbagai burung di punggungnya menjadi pemanis pemandangan. Betulan deh, ini tepat seperti bayangan saya selama ini kalau membaca buku pelajaran zaman saya SD dulu! Tanah Datar indaaaaah banget! Sayang sekali kepulangan saya tepat seminggu sebelum acara pacu jawi (pacu kerbau).
Pacu jawi biasanya diadakan pada hari Sabtu di minggu setelah sawah selesai dipanen seluruhnya, sebagai ucapan syukur atas hasil panen dan sekaligus untuk menggemburkan tanah lagi maka diadakanlah acara pacu jawi. Ah, suatu saat nanti saya akan kembali ke Sumbar dan menghabiskan lebih banyak waktu di Tanah Datar sambil menonton pacu jawi.
Uda Koin mengajak saya ke sepetak sawah yang ada ibu petani pemiliknya lagi duduk-duduk melepas lelah habis menyiangi gulma, kemudian membuatkan saya “pupuy”, semacam alat musik tiup (seruling) terbuat dari batang padi yang tengahya dibersihkan dan dibuat lubang-lubang untuk memainkan nadanya.
Untuk melihat dan mendengar suara “pupuy” bisa dilihat di instagram saya =D. Sedikit informasi tentang persawahan di Tanah Datar dan daerah sekitar sini, sebagian besar sawahnya organik. Maksud dari organik adalah diolah secara alami, tidak menggunakan pupuk kimia sama sekali. Karena itu tanahnya hanya bisa ditanami padi setahun sekali dengan pupuk paling hanya kompos atau pupuk kandang.
Setelah panen seperti saat ini maka tanah akan diistirahatkan dengan ditanami tanaman jenis lain misal jagung. Pantas saja harga bahan makanan organik lebih mahal ya, karena ternyata membutuhkan waktu lebih lama untuk memperoleh hasilnya. I left my heart at Tanah Datar!
Istana ini sudah 3x terbakar, yang terakhir adalah tahun 2007 akibat tersambar petir. Ketika itu istana terbakar sampai tinggal tiang-tiangnya jika saya lihat di film, isi istana pun hanya sedikit yang bisa diselamatkan. Jadi sebagian besar perkakas, mahkota, baju-baju adat, kain-kain yang mengisi istana sudah tidak asli lagi. Sayang sekali ya! Musibah yang menimpa istana ini bisa dilihat di dalam istana di pojok kiri bila kita menghadap panggung.