Mohon tunggu...
wenny kurniawan
wenny kurniawan Mohon Tunggu... -

doctor/love traveling, reading, dogs/eager to learn anything new/passionate about life

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengejar Matahari di Gunung Api Purba

27 Desember 2014   06:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:23 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam itu tanggal 21 Desember 2014 hujan melanda kota Yogyakarta dengan derasnya. Bukan cuma deras, tapi juga awet. Saya bolak balik melirik jam di tangan saya, sudah pukul 10 malam. Bagaimana nih, kalau sampai besok pagi tetap hujan, bisa-bisa saya batal trekking di Gunung Api Purba, karena sore itu saja saya sudah batal trekking ke sana akibat hujan deras. Ya, tadinya saya dan adik saya berencana mau sunset di sana. Saya mengambil hp saya lalu mengetik sepotong SMS pendek kepada supir yang akan menemani kami trekking, "mas, kalau besok subuh masih tetap hujan, terpaksa batal ya trekkingnya." Sent. Saatnya tidur dan berdoa semoga cuaca mendukung besok subuh. Alarm saya pasang pukul 2.30 subuh.

Tanggal 22 Desember 2014, pukul 2.30 alarm saya berbunyi dan saya mendengar suara seperti masih hujan di luar guesthouse kami. Sedih dan lemas, tanpa mengecek cuaca di luar lagi, saya ambil hp saya dan mengetik SMS untuk supir kami itu, "mas, batal deh trekkingnya. Masih hujan nih di luar." Dan tidak lama masuk SMS balasan, "masa sih? Di tempat saya sih kering, tapi kalau mau batal ya ndak apa terserah situ.." Kaget membaca pesan singkat itu, saya langsung melompat keluar kamar, dannnn... MEMANG TIDAK HUJAN!! Hore hore!! Ternyata yang saya dengar sedaritadi adalah bunyi kipas angin =DDD Hahahaha.. Secara spontan langsung saya balas SMS pak supir itu, "oh iya kalau begitu kita tancap ke Purba ya mas!" Dan buru-buru saya siap-siap tanpa mandi lagi karena jam 3.30 kami akan dijemput. Akhirnya, jadi juga! Trekking ini akan menjadi penutup yang manis untuk perjalanan saya mengelilingi Jawa kali ini. Ready, get set, GO!!

Sekedar informasi pendahuluan, Gunung Api Purba ini konon terbentuk sejak 60 juta tahun yang lalu, asalnya dari gunung berapi karena itu gunung ini memiliki tumpukan batu yang besar-besar dan menyerupai berbagai bentuk. Lokasinya sendiri sekitar 25km dari kota Yogyakarta yakni di  Desa Nglanggeran, Kecamatan Pathuk, Kabupaten Gunung Kidul. Kalau dari Yogyakarta, kita mengambil jalan ke arah Wonosari nanti akan ada papan petunjuk jalan yang mengarahkan, tinggal diikuti saja. Gunung ini sebenarnya tidak terlalu tinggi, yaitu 700 mdpl, namun jujur saja cukup terjal. Saya sendiri awalnya ketika membaca bahwa ketinggiannya 'hanya' 700 mdpl langsung berpikir bahwa medannya pasti tidak terlalu sulit, tapi ternyata saya salah! Jadi apabila pembaca nanti berniat trekking di gunung ini, saya sangat menyarankan untuk memakai minimal sepatu kets yang tidak licin, membawa cukup air minum, pastikan membawa tas ransel (jangan tas diketekin karena ini tidak terlalu gunung wisata!!), dan apabila ingin mengejar sunrise jangan lupa bawa senter ya minimal senter hp =D

Kami tiba di loket masuk Gunung Api Purba pukul 4.15 subuh, jadi kira-kira perjalanan dari kota Yogya sekitar sejam lah ya, tanpa macet wong ini masih subuh hehehe.. Setelah pipis di bawah dan bayar uang masuk sebesar Rp 10.000,-/orang, berdoa menurut iman dan kepercayaan masing-masing, dimulailah perjalanan saya mengejar matahari! Saya masih punya waktu sekitar 1,5 jam sampai sunrise nih, masih bisa mendaki santai kalau begitu.

Awal perjalanan terasa masih mudah karena pengelola gunung ini membuat tangga-tangga alam dari batu walaupun jarak antar batu tinggi-tinggi. Kira-kira setelah 10 menit, mulailah perjalanan terasa agak susah apalagi karena bekas hujan seharian sebelumnya. Asli deh, tanahnya jadi licin dan di beberapa tempat berlumpur! Belum lagi kami harus memegang senter hp karena masih gelap pisan. Kami jalan lagi, kemudian kami menemukan celah yang super sempit yang hanya bisa dilewati satu orang tok dengan kemiringan di atas 70 derajat!! Berikut gambar di bawah, saya terpaksa mengambilnya dari internet karena foto saya sendiri sangat gelap. Maklum, subuh gelap gulita sihh.

[caption id="attachment_386295" align="aligncenter" width="512" caption="ini celah epic banget! kecil banget dan terjal hanya bisa lewat 1 orang! hati-hati di tengah agak nunduk y ada batu besar di atas kepala"][/caption]

Pihak pengelola lagi-lagi sangat berbaik hati menyediakan tangga-tangga darurat di sana, tapi tetap hati-hati ya karena licin dan jarak antar anak tangga jauh-jauh -.-" Agak stretching dikit bolehh hehehe.. Semangat, ga jauh setelah melewati rintangan yang 1 ini, sudah sampai di pos pertama kok!

[caption id="attachment_386296" align="aligncenter" width="467" caption="terbaca ga tulisannya? kalau sudah ada papan ini berarti sudah sampai di pos pertama dehh"]

141960947318690344
141960947318690344
[/caption]

Oh iya, sepanjang jalur trekking di gunung ini memang banyak sekali peringatan tentang membuang sampah sembarangan. Lihat saja papan di atas, lucu ya kalimat peringatannya, pake bawa-bawa pacar segala hihihih... Tapi memang betul sih. Jangan pernah membuang sampah sembarangan di gunung ya! Kalau makan permen atau penganan ringan lainnya, bahkan minum air botolan, sebaiknya buang di tempat sampah yang sudah ada atau dibawa turun lagi buat dibuang di tempat sampah di bawah. Kan sayang gunung yang bagus dan asri kalau jadi jorok akibat perilaku tidak bertanggungjawab!

Selanjutnya untuk mencapai pos ke2 dan ke3, rutenya menjadi semakin sulit! Saya sampai tidak kepikiran untuk mengambil gambar lagi saking semua tangan dan konsentrasi mengarah ke medan perjalanan. Gunung Api Purba ini betul-betul kecil-kecil cabe rawit deh! Ada batu super besar dan licin dengan seutas tali bersimpul, jadi silakan menaiki batu besar itu dengan bantuan seutas tali saja. Ada jeram kecil yang harus diseberangi dengan bantuan kayu-kayu yang disusun. Dan mendekati puncak rute makin menanjak, dan saya ingat sekali ada bagian yang di sisi kiri saya batu besar dan melengkung tinggi licin, di kanan saya jalan sangat sempit yang juga licin kemudian langsung jurang. Hahahaha, jangan membayangkan yang terlalu seram dulu, bagi saya yang kurang seimbang sih agak sulit medan seperti itu, mendingan manjatnya sambil duduk biar seimbang. Dan bisa jadi medannya menjadi makin sulit karena licinnya itu loh habis hujan.. berlumpur sekali! Sol sepatu saya saja sampai copot ketika turun gunung ini =P

Setelah mendaki kira-kira 75 menit, tampak papan yang sangat menyenangkan dan melegakan! Akhirnya sampai juga kami di puncak Gunung Api Purba!

[caption id="attachment_386297" align="aligncenter" width="350" caption="ini dia plang yang dinanti-nanti! Yeiyyy.. ternyata bisa juga melewati si kecil cabe rawit iniii"]

14196099961767714899
14196099961767714899
[/caption]

Jangan kelewat senang dulu karena tepat di samping papan ini kami masih harus menaiki potongan kayu yang dibikin jadi tangga tapi di tengah-tengahnya ada anak tangga yang patah jadi lagi-lagi stretching hahaha... Naiknya cukup menantang lagi karena tangganya cuma sampai 3/4 puncak. Sisanya? Ya beneran mendaki pakai tangan donk, nanggung banget soalnya.

[caption id="attachment_386298" align="aligncenter" width="467" caption="sedikit gambaran medan mendekati puncak. ini tanahnya licin loh, mendingan pegangan pakai tangan aja deh gapapa kotor daripada jatuhh"]

1419610141579355459
1419610141579355459
[/caption]

Tiba di puncak, semua keringat saya sepanjang jalan rasanya terbayar lunas. Beneran keringetan deh sama rutenya itu! Kami tiba di atas masih dapat sunrise juga. Rasanya kepingin berlama-lama di atas kalau saja tidak harus segera turun mengejar kereta ke Jakarta. Belum lagi, seperti biasanya di puncak bertemu dengan orang-orang baru yang sama-sama excited dengan alam. Rasa senang dan puasnya terasa dobel-dobel deh!

[caption id="attachment_386299" align="aligncenter" width="467" caption="mengejar matahari!! "]

1419610331992602274
1419610331992602274
[/caption]

[caption id="attachment_386300" align="aligncenter" width="467" caption="sepatu kets yang sama yang menemani saya ke kawah ijen. di sini riwayat sol nya tamat :"]

14196103652120111223
14196103652120111223
[/caption]

[caption id="attachment_386301" align="aligncenter" width="467" caption="gundukan batu di depan saya itu namanya bukit 4 jari. kalau dilihat dari angle lain memang bentuknya seperti 4 jari sih"]

14196104262021793672
14196104262021793672
[/caption]

Setelah ngaso kira-kira 15-20 menit kami memutuskan untuk turun. Sedih deh rasanya belum puas, apa daya harus mengejar kereta api. Inipun saya sudah bersyukur karena jadi mengejar matahari pagi di Purba hari itu, karena saya pikir akan batal akibat hujan. Rute pulang kami agak berbeda di beberapa titik dengan rute naiknya. Di rute pulang ini kita bisa melihat pemandangan ke bawah dan sekitar Gunung Purba yang cantik namun dihiasi menara-menara pemancar signal hp. Perjalanan pulang rasanya lebih cepat daripada naiknya =D seperti biasa selalu begitu yaa..

Kesan dan pesan saya dalam pengalaman trekking kali ini adalah, jangan pernah meremehkan gunung apapun yang akan didaki. Cari informasi selengkap mungkin tentang gunung itu dan pandai-pandailah menilai kemampuan diri sendiri. Jangan pernah memaksakan diri, dan kalau sudah bersedia untuk trekking di gunung, jangan pernah menyerah di tengah jalan sesulit apapun medannya. Mintalah tolong kepada orang-orang seperjalanan, manfaatkan fasilitas yang disediakan pihak pengelola, dan sebaiknya banget sih jangan trekking kalau habis hujan seharian karena bakal licin banget kecuali terpaksa kaya saya karena sudah hari terakhir dan akan pulang hehehe.. Satu lagi yang paling penting, jagalah kebersihan lingkungan! Jangan pernah bahkan berpikir untuk buang sampah di alam! Semua perjalanan trekking gunung baik yang mudah maupun sulit akan memberi kesan tersendiri dan menempa mental menjadi lebih tabah =)

Mengejar matahari di akhir pendakian adalah hal yang sangat manis untuk dilakukan. Saya selalu menganggap langit yang berubah warna dari hitam pekat menjadi orange menjadi kebiruan diikuti dengan munculnya bola orange besar adalah hadiah utama dalam setiap perjalanan saya ke gunung. Sekian dan semoga tulisan ini membawa informasi bermanfaat bagi pembaca. Selamat malam!! =))

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun