Mohon tunggu...
Weni Fitria
Weni Fitria Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan Pembelajar

Memperkaya pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Mari Berdamai dengan Keadaan, #JanganMudikDulu

21 Mei 2020   10:48 Diperbarui: 21 Mei 2020   10:54 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustasi mudik dalam bentuk sebuah tas untuk bepergian| Foto: Pexels (Daria Shevtsova)

"Minta tolong banget untuk tetap di rumah. . Jangan mudik dulu..Bantu Kami..Kami sudah lelah..Kami juga pengen ketemu sama orang tua"

"Tolong.. tolong sedikit aja hargai Kami.." (Sebuah postingan )

Begitu isi sebuah postingan yang dibagikan dan beredar disalah satu group whatsapp saya baru-baru ini. Disana dinyatakan bahwa kalimat itu berasal dari jeritan hati tenaga medis yang tengah berjuang menjadi garda terdepan penanganan Covid-19.

Sungguh saya merasa miris. Terlepas dari apakah kata-kata  tersebut memang benar ditulis oleh curahan hati seorang tenaga medis. Atau bisa jadi cuma tulisan seseorang yang belum tentu berasal dari tenaga medis. Namun tetap saja saya merasa prihatin.

Kenapa? Jawabannya sederhana, karena pada kenyataannya banyak orang-orang yang masih melakukan aktifitas mudik menjelang Idul Fitri ini. Atau paling tidak tengah mengusahakan untuk bisa lolos melakukannya.

Sebuah tindakan yang tentunya tidaklah tepat apalagi jika dihubungkan dengan kondisi pandemi  Covid-19 yang belum jelas ujungnya. Termasuk masih diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) disebagain besar wilayah Indonesia.  

Belum lagi penderitaan Tenaga kesehatan (Nakes)  dalam berperang di garda terdepan melawan Covid-19. Bagaimana mereka berjibaku di rumah sakit membantu menyelamatkan para korban, ditengah kekhawatiran mereka sendiripun bisa menjadi korban.

Ditambah  intimidasi yang kadang mereka terima dalam bentuk pengucilan bahkan pengusiran dari tempat  tinggal, karena masyarakat takut mereka juga ikut membawa virus tersebut sepulang dari bekerja. Tentu saja masih banyak lagi kisah heroik sekaligus mengharukan lainnya terkait perjuangan mereka.

Juga berkaca kepada jumlah korban yang belum bisa dikatakan mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Setidaknya, hal ini dapat menjadi pertimbangan mendasar untuk dihentikannya mudik lebaran untuk tahun ini.

Dikutip dari situs berita kompas.com, tentang data Covid-19 di Indonesia update terakhir  pada tanggal 20 Mei 2020, tercatat sebanyak 19.189 kasus terkonfirmasi Covid-19. Dimana angka tersebut sudah mencatatkan penambahan sebanyak 693 kasus pertanggal tersebut.

Artinya, jika kita cermati penyebaran Covid-19 masih menunjukan tren peningkatan. Belum lagi kekhawatiran terhadap adanya kasus positif  Covid-19 yang tidak atau belum terkonfirmasi. Sekalipun saya termasuk awam dalam masalah ini, namun justru saya  mengkhawatirkan banyaknya kasus yang tidak terkonfirmasi ini.

Kembali ke permasalahan mudik. Ditengah berbagai kenyataan di atas, yakni mulai dari keprihatinan para Nakes yang tengah berjuang sampai dengan kenyataan masih tingginya angka penyebaran Covid-19 saat ini, maka mudik lebaran merupakan sebuah tindakan yang tentunya harus dipertanyakan.

Sekalipun demikian, ternyata kita masih saja mendapati berbagai pemberitaan tentang adanya anggota masyarakat yang masih melakukan mudik lebaran. Paling tidak, mereka masih mengusahakan untuk melakukan mudik dengan berbagai cara. Sekalipun dalam hal ini pemerintah telah berusaha untuk membatasi hal tersebut.

Sebagaimana baru-baru ini  dilansir dari kompas.com, bagaimana Dinas Perhubungan DKI yang melaksanakan pengawasan dan patroli lebih ketat menyusul adanyanya larangan warga melakukan mudik lokal.  

Di daerah saya sendiri Sumatera Barat, seiiring dengan masih diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), maka pintu-pintu masuk menuju propinsi ini masih dijaga dengan ketat, terutama menjelang  lebaran ini.

Hal ini tentunya bertujuan untuk menegakkan aturan selama PSBB serta upaya membatasi keluar masuknya orang-orang di wilayah ini. Salah satunya tentu dimaksudkan juga dalam rangka mencegah arus mudik lebaran. Namun, tentu saja masih ada saja yang berusaha untuk bisa melewatinya dengan berbagai cara dan juga alasan.

Berdasarkan berbagai kondisi tersebut, bagaimana mungkin sebagian orang masih memaksa untuk tetap melakukan mudik lebaran? Sekalipun ada berbagai alasan yang mungkin dapat membenarkan tindakan mudik tersebut, tetap saja hal ini tidak layak dilakukan.

Sungguh sebuah kenyataan yang sangat ironis. Di tengah masih berlanjutnya pandemi Covid-19 saat ini, bagaimana mungkin kita masih tetap memilih mudik sebagai sesuatu yang wajar untuk dilakukan.

Harus diakui bahwa mudik lebaran adalah sebuah tradisi yang bisa dikatakan telah mendarah daging bagi sebagaian besar masyarakat kita. Terutama menjelang lebaran tentunya. Tradisi ini bahkan merupakan salah satu tradisi unik yang mungkin hanya ditemui di Indonesia.

Mudik pada dasarnya bertujuan melepas kerinduan untuk berkumpul bersama keluarga besar dan handai taulan di kampung halaman. Sejatinya ini membawa kebahagiaan bagi orang yang melakukannya maupun bagi sanak saudara yang berada di kampung halaman.

Sekiranya dipaksakan untuk dilakukan ditengah kondisi pandemi saat ini, alangkah tidak tepat dan sangatlah merugikan siapapun. Resiko penularan Covid-19 akan semakin terbuka lebar. Bukan tidak mungkin arus mudik dan arus balik nantinya menjadi titik balik tidak terkendalinya penyebaran Covid-19 di negeri tercinta ini.

Stop mudik lebaran, itulah yang rasanya paling bijak untuk dilakukan dalam kondisi saat ini. Setiap orang harus mau bersabar dan berdamai dengan keadaan. Bahwa keadaan negeri ini yang masih berada dalam kondisi pandemi, menjadikan kita harus mau menghentikan tradisi mudik ini . Baik itu mudik nasional  (antar wilayah)  maupun mudik lokal (dalam suatu kawasan wilayah).

Tetap berada di rumah adalah sikap yang paling elok dan tepat untuk ditempuh dalam masa pandemi ini. Toh, mengunjungi keluarga dan sanak saudara dapat dilakukan dihari lain pada waktu-waktu mendatang.

Apalagi dengan adanya kemudahan alat komunikasi dan internet saat ini. Sangatlah terbuka berbagai cara untuk dapat terhubung dengan sanak famili. Mudik online misalnya, merupakan salah satu solusi yang dapat ditempuh untuk menggantikan tradisi mudik yang biasa dilakukan selama ini.

Ada baiknya  kita berdamai dengan keadaan. Sebuah sikap yang bijak, untuk tetap tinggal dirumah dan menunda  keinginan untuk melakukan tradisi mudik untuk saat ini. Demi kita, demi orang lain dan demi bangsa ini tentunya. ##JanganMudikDulu

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun