Mohon tunggu...
Weni Fitria
Weni Fitria Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan Pembelajar

Memperkaya pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Harga Bawang Merah dan Gula Pasir yang Bikin Ibu-ibu Meringis

29 April 2020   22:41 Diperbarui: 29 April 2020   22:57 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua hari yang lalu saya pergi ke pasar dekat komplek tempat tinggal saya. Ketika itu saya  memang tengah membutuhkan beberapa bahan makanan untuk dimasak sebagai menu berbuka. Saya sebetulnya sudah agak lama tidak berbelanja ke pasar karena disamping menghindar dari keramaian disebabkan kondisi pandemi Covid-19, kebetulan kesehatan saya agak kurang baik hampir dua minggu ini.

Jadi selama itu, tugas berbelanja ke pasar akhirnya diambil alih suami yang mau tidak mau harus menggantikan saya berbelanja berbagai kebutuhan keluarga kami. Namanya bapak-bapak, tentulah tidak "secerewet" kita para ibu. Setiap kali pulang dari pasar, suami hampir tidak pernah mengeluhkan apa-apa. Termasuk ketika saya tanya apakah harga barang kebutuhan pokok di pasar masih normal atau mungkin mengalami lojakan akibat terdampak pandemi.

Biasanya suami hanya tersenyum dan menyuruh saya bersyukur karena kami  masih diberi rezeki dan kesempatan untuk berbelanja memenuhi kebutuhan dapur. Suami malah mengingatkan saya  tentang banyaknya  orang diluar sana yang justru sangat kesulitan secara ekonomi di masa pandemi Covid-19   ini.

Ramadan kali ini memang berbeda. Jika tahun-tahun sebelumnya bulan suci Ramadan datang dalam situasi yang cenderung normal, maka tidak untuk tahun 2020 ini. Dimulai merebaknya Covid-19 kurang dari sebulan yang lalu, akhirnya Ramadan kali ini terpaksa kita lalui dalam kondisi yang serba sulit.

Beberapa waktu sebelum bulan Ramadan datang, salah satu yang paling saya cemaskan adalah masalah harga berbagai bahan pokok. Sekalipun saya awam dalam masalah ekonomi, namun saya memilki kekhawatiran tersendiri tentang hal itu. Kekhawatiran terbesar naiknya harga barang kebutuhan pokok  dikarenakan pandemi. Dimana banyak orang akan menimbun barang sehingga akan berdampak terhadap harga di pasaran. Belum lagi biasanya harga-harga cenderung naik saat akan memasuki bulan Ramadan.

Kembali pada cerita saya diawal,  yakni pertama saya mulai menginjakkan kaki kembali di pasar setelah lebih kurang dua minggu hanya di rumah saja. Ketika itu saya langsung berbelanja kebutuhan dapur untuk menu  berbuka. Saya tak ingin berlama-lama di pasar karena memang himbauan pemerintah seperti itu, yakni keluar rumah untuk hal yang penting saja dan usahakan tidak berlama-lama.

Beberapa bahan makanan yang saya beli ketika itu adalah beberapa jenis sayur mayur, buah-buahan, ikan dan ayam serta beberapa bumbu dapur. Hampir semua yang saya beli tidak mengalami kenaikan harga sebagaimana kekhawatiran saya sebelumnya. Jikapun ada beberapa kenaikan harga itu tidaklah terlalu mencengangkan.

Misalnya harga ikan dan ayam  yang mengalami sedikit kenaikan. Termasuk kenaikan harga beberapa jenis sayuran segar dan buah-buahan. Saya masih menganggap sesuatu yang wajar. Apalagi jika dikaitkan dengan suasana Ramadan.  Dimana biasanya memang ada kenaikan harga beberapa jenis makanan pokok.

Nah, yang membuat saya tercengang adalah harga bawang merah  yang ternyata sangat tinggi. Beberapa minggu yang lalu memang bawang merah mengalami kenaikan, ketika itu kisaran 35 ribu rupiah  sampai 40 ribu rupiah perkilonya. Sekarang harganya ternyata semakin melonjak drastis yakni telah mencapai harga Rp. 60 ribu rupiah perkilonya.

Saya memang sempat mendengar berita tentang kenaikan harga bawang merah ini. Namun ketika itu saya tidak terlalu memperhatikannya.Ditambah lagi dengan pemikiran tidak mungkin daerah saya mengalami kenaikan harga bawang merah yang cukup tinggi. Toh daerah saya  bukan kota besar, ditambah lagi  daerah kami  cukup dekat dengan wilayah yang pemasok bawang merah di provinsi kami.

Jadilah hari itu saya membeli bawang merah seperlunya saja. Biasanya saya membeli cukup banyak untuk dijadikan stock selama bulan puasa. Ketika berbelanja bawang merah itu saya bahkan mendengar beberapa Ibu yang juga tengah berbelanja bersama saya, mengeluhkan  harga bawang yang semakin melangit itu.

Sebelum berlalu pulang saya mampir terlebih dahulu ke toko kelontong untuk berbelanja berbagai kebutuhan rumah tangga lainnya. Diantara yang saya beli ketika itu adalah beras yang memang sudah hampir habis di rumah saya. Kebutuhan lainnya adalah sabun mandi dan sabun cuci, termasuk beberapa jenis bahan membuat penganan untuk berbuka dan gula pasir tentunya.

Nah, saat menanyakan harga gula pasir ini saya kembali tercengang. Harganya ternyata berada pada posisi 20 ribu rupiah. Seingat saya dulu harga normalnya ada dikisaran 13 ribu rupiah saja. Betul-betul kenaikan yang cukup tinggi.

Sama halnya dengan bawang merah, saya memang sempat mendengar berita  di televisi tentang harga gula pasir yang makin naik. Kenaikan itu sejak hampir sebulan yang lalu, tepatnya sejak pandemi Covid-19 mulai menghampiri negeri ini.

Namun lagi-lagi saya kurang memperhatikannya. Penyebabnya adalah saya termasuk orang yang jarang membeli gula pasir. Untuk bulan kemarin saja, saya  tak berbelanja kebutuhan yang satu ini karena masih ada sisa bulan sebelumnya. Hal ini dikarenakan keluarga saya jarang mengkonsumsi gula. Saya dan suami bukan penyuka minuman manis.  Saat bulan puasa barulah saya agak rutin berbelanja gula pasir untuk kebutuhan berbuka dan membuat kue-kue kecil.

Saya pulang ke rumah hari itu dengan perasaan yang agak terganggu. Dikarenakan kepikiran tentang harga dua jenis bahan makanan pokok yang mengalami kenaikan harga tersebut. Kenaikan yang sudah cukup lama namun tak juga kunjung turun.

Ditengah situasi sulit akibat pandemi Covid-19 saat ini, tentulah hal tersebut terasa cukup memberatkan. Terutama bagi mayarakat golongan ekonomi menengah ke bawah. Apalagi bagi orang-orang yang memang sudah mengalami kesulitan hidup selama ini.  Wajar kalau ada yang mengatakan  kenaikan harga tersebut bikin ibu-ibu meringis.

Saya berharap semoga harga bawang merah dan gula pasir  segera mengalami penurunan,  bahkan kembali ke harga normal. Setidaknya, jika semua harga barang  di pasar normal, maka masyarakat tidak akan terlalu terbebani. Apalagi mengingat tingginya beban hidup yang dialami sebagian besar masyarakat saat ini yang disebabkan oleh dampak pandemi Covid-19 yang belum juga berakhir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun