Mohon tunggu...
Weni Suryandari
Weni Suryandari Mohon Tunggu... -

Seorang peremppuan biasa yang berusaha tegar, menulis adalah katarsis jiwanya...\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Perjalanan Senja

22 Juli 2011   07:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:28 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Siang tadi, aku menukar spidol bersama huruf-huruf

yang bermunculan dari kepalaku dengan dua kantong beras

Dalam suara-suara tak bergema untuk batu jiwamu

Telah kutanak beras bersama luka yang marem di setiap ruas waktu.

Gula di sarang semut, bubuk kopi di dasar toples,

telah kau pilih, kau seduh bersama didih peluhku.

Ini hidup bukan sembarang hidup.

Tapi sebuah perjalanan yang meredup

dari sepasang kaki dan tangan dipanggang matahari.

Sungai jernih mengalir dari bola mata anak-anak.

Itu alir luka, Tuan.

Anak-anak kita mengunci Shubuh

dengan darah di pepat dada, membukanya di jelang malam.

Dengan nina bobok dongeng, matanya tetap bahasa luka

Belum purnama umur belia, masih perlu tetes peluh dari sepasang tubuh menua.

“Engkau melenggang ke Timur, aku terbang ke Barat”

debur galau itu sembunyi dalam tirakat pedih.

Juli 2011

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun