Dikarenakan lingkungannya yang masih marak perlakukan stereotip gender, mimpi atau cita cita murid bisa terancam. Sebagai korban diskriminasi gender sendiri saya sangat menyayangkan pegawai pendidikan yang masih belum tahu sebesar apa dampak stereotip gender ini.Â
Dan juga tidak hanya pegawai pendidikan saja yang bergerak memerangi stereotip gender ini, orang tua murid dan teman satu lingkungannya juga harus ikut bergerak. Saya yakin jika kita tahu dampak dan cara menangani fenomena bias gender ini, kita bisa berhasil menghapus atau bahkan mengganti budaya buruk ini dengan budaya yang lebih baik lagi.
Mimpi seseorang adalah sesuatu yang membuat hati kita berdetak. Seharusnya tidak ada halangan dari orang lain di dalam pencapaian mimpi. Maka, sebagai murid. Diharapkan sekolah membuat upaya untuk mencegah ketidakadilan gender. Sekolah bisa mengadakan sebuah seminar tentang kesetaraan gender bagi para murid muridnya.Â
Dengan adanya upaya tersebut, diskriminasi gender bisa berkurang dan para murid bisa fokus mengejar mimpinya tanpa pernah khawatir perkataan orang lain. Dengan begitu, saya berharap bahwa Indonesia bisa mencetak anak anak yang berprestasi di bidang nya masing masing tanpa harus ada rasa terpaksa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H