Sejenak menonton program BBC yang inspiratif di pagi hari mengulas kisah seorang warga di London yang berprofesi sebagi supir melakukan perjalanan sejauh 10.000 Km, ke kota terpadat di Asia yaitu Manila.Di kota Manila ini hidup seorang supir yang hidupnya pas-pasan. Warga London ini akan tinggal di rumah sang supir. Warga London ini tinggal di pemukiman kumuh yang padat penduduk selama 10 hari persis seperti di Jakarta.
Mereka berdua berganti peran, warga London ini mengambil peran sementara menjadi supir bis di Manila. Warga Filipina itu mengatakan, " saya bisa bekerja 24 jam sehari untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga ku tetapi kami tidak mengalami perubahan kehidupan yang cukup baik" (sambil menangis ) dan warga London itu menjawab dengan rasa empati, " Kita sama-sama berprofesi sebagai sopir tetapi nasib kita berbeda, Saya dilahirkan di London dan kamu dilahirkan di Manila "
Kebersamaan yang terjalin selama 10 hari membawa mereka menjalin ikatan persaudaraan yang cukup kuat dan satu sama lain memanggil "brother ".Namun, waktu yang memisahkan mereka dan warga London kembali ke negara asalnya.Warga London itu terpanggil untuk membantu temannya yang jauh disana.
Dia pun menggalan dana dinegaranya dan mendapatkan 10.000 Poundsterling untuk membantu sahabatnya. Dana ini digunakan untuk membiaya sekolah kedua cucunya selama 12 tahun. Warga Filipina pernah berujar ," Saya tidak ingin mereka mengalami nasib yang sama seperti saya, saya ingin mereka mendapatkan pendidikan terbaik agar hidupnya berubah"
Bagaimana pendapat sahabat ? Keduanya berprofesi sebagai sopir tetapi mengapa kehidupannya berbeda ? Intinya ada di PENDIDIKAN. PENDIDIKAN memutuskan rantai kemiskinan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H