Mohon tunggu...
Wendie Razif Soetikno
Wendie Razif Soetikno Mohon Tunggu... profesional -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Wendie Razif Soetikno, S.Si., MDM.\r\n\r\nAlumni AIM (Asian Institute of Management), Philippines (MDM 99). Alumni S-1 Kimia IPB (Nrp G26.1748). Alumni D-3 Kimia IKIP Malang (Nrp 24416). Alumni SMA St. Maria, Jl. Raya Langsep No.40 Malang. Alumni SMP St.Josef, Jl.Brigjen Slamet Riyadi No.58 Malang. Alumni Sd St.Josef, Jl.Semeru No.36 Malang\r\n\r\n \r\n\r\n\r\nBlog1 : http://menatapfajar.blogspot.com\r\nBlog2 : http://putrafajar-putrafajar.blogspot.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Money

Target Atau Kualitas, Tantangan yang Tak Pernah Henti

26 Oktober 2011   02:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:30 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Arboretum di Ecopark itu untuk apa? "Dalam proses pembangunan Ocean Ecopark, Ancol akan menambahkan densitas pohon hingga lima kali lipat dari kondisi eksisting sebanyak 2.000 pohon menjadi 10.000 pohon dengan berbagai jenis. Kehadiran Ecopark juga dirancang untuk memperkuat koridor hijau di sepanjang areal Taman Impian mulai dari Marina di bagian Barat sampai ke Pantai Karnaval di bagian Timur". Nampak dari kutipan Siaran Pers TIJA tanggal 25 Agustus 2011 di atas bahwa Ocean Ecopark akan dikembangkan menjadi arboretum (kebun raya mini). Namun arboretum bukan sekedar areal pepohonan yang luas, tetapi arboretum akan mempunyai nilai ekologis bila keterkaitan antara flora dan fauna pendukung ekosistim Ancol diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Tanpa adanya fauna pendukung penyerbukan dan pembuahan (seperti serangga, kelelawar, dan burung), maka arboretum itu tidak lebih dari areal penghijauan lahan gersang yang akan merangggas di musim kemarau dan bertumbuh tak beraturan di musim penghujan. Sebab kibasan kupu-kupu, nyanyian tonggeret atau garengpung (Dundubia manifera), kilau samber lilen (Strobilanthes dyerianus) atau kicau burung dan kepak kelelawar akan menjadi penanda penting kelestarian rantai makanan pada ekosistim arboretum. Oleh sebab itu, kalau Ocean Ecopark hendak dipersiapkan sebagai konten edutainment flora dan fauna seperti deer island, bird park, hingga mengakomodir kebutuhan mempelajari keaneka ragaman tanaman dengan berbagai kegiatan menanam tanaman pesisir, maka konsep "paru-paru hijau" ini tidak bisa disandingkan dengan fasilitas multi fungsi untuk permainan petualangan terbuka seperti wahana Green Mission Paintball, wahana Ancol Outbondholic dengan flying fox sepanjang 48 meter itu (yang diklaim akan menjadi flying fox terpanjang di Indonesia). Apa sebabnya? Kehidupan satwa itu akan terusik dan Kenyamanan di Ecopark Terganggu. "Golf car" menyalip warga yang tengah berjalan santai di kawasan Ecopark, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara, Sabtu (22/10). Walau berjalan pelan, keberadaan mobil listrik yang berlalu lintas di area pejalan kaki itu mengganggu pejalan yang ingin berolahraga atau sekedar menikmati indahnya taman. Lintasan bagi pejalan kaki yang tidak terlalu lebar itu harus berbagi dengan "golf car". (KOMPAS, Minggu 23 Oktober 2011 halaman 4) Bila strategi penataan Ocean Ecopark adalah bagian dari tujuan untuk mewujudkan konsep Green Ancol & Blue Ancol yang berbasis green lifestyle, yang dilengkapi dengan eco island, eco energy, eco adventure dan eco art, maka kegiatan apapun yang dilakukan di sana, harus memperhatikan keberlangsungan (sustainability) dari kehidupan fauna pendukung arboretum tersebut. Hendaknya diingat bahwa salah satu daya tarik Kebun Raya Bogor adalah adanya kalong (Pteropus vampyrus) dan aneka burung di areal Kebun Raya itu. Setelah aneka satwa itu menghilang dari Kebun Raya Bogor, maka lokasi Kebun Raya itu sekarang tidak lebih dari sekedar taman di tengah kota Bogor. Ocean Ecopark yang dibangun di bekas area golf Ancol hendaknya tidak tergelincir menjadi sekedar taman seperti Kebun Raya Bogor dewasa ini. Jauh lebih baik kalau ecopark (sesuai dengan namanya) mengadopsi konsep cagar alam, sehingga kritikan seperti yang dimuat di Kompas Minggu 23 Oktober 2011 di atas tidak muncul lagi. Sebab kalau ecopark tetap disandingkan dengan fasilitas multi fungsi untuk permainan petualangan terbuka, maka orang akan lebih memilih pergi ke Bandung Tree Top di Tangkuban Perahu atau ke camping ground Taman Safari Cisarua. Disamping itu, ada cukup banyak saingan ecopark murah meriah yang lain di sekitar Jakarta, misalnyaStudio Alam TVRI Depok, Desa Wisata TMII, Taman Wiladatika Cibubur, Taman Suaka Margasatwa Muara Angke, Zoo Waterpark Ragunan, Taman Situ Lembang Menteng, Taman Buah Mekarsari, dll. Tanpa memperhatikan keaneka ragaman hayati ekosistim arboretum ecopark, maka Ocean Ecopark itu akan kehilangan daya tarik ekologisnya. Kepengapan metropolis Jakarta hanya dapat dikendurkan dengan aura back to nature, mendengarkan kicau burung, bunyi tonggeret atau garengpung di tengah desah angin, atau berkejaran dengan kupu-kupu dan belalang sembah di tengah sejuknya udara, akan menjadi selingan yang dicari warga untuk kembali merasakan suasana alam pedesaan yang terlanjur hilang dari memori kolektif mereka. Kalau suasana itu tidak ada di Ocean Ecopark, pada gilirannya, nasibnya akan sama dengan lapangan golf dan drive in theater TIJA yang lebih dulu tergusur (lihat kritik Kompas di atas).

Lalu bagaimana kalau arboretum itu sudah terlanjur dikemas bersama fasilitas multi fungsi untuk permainan petualangan terbuka? Alternatif satu-satunya adalah mengemas ocean ecopark itu menjadi area family adventure, yaitu menyediakan pilihan camping dengan layanan bintang lima. Pengelola dapat menyediakan peralatan, seperti kantong tidur, matras, tenda, bahkan catering. Kenapa family adventure ini menjadi rujukan? Karena ketersediaan layanan kamar mandi dengan fasilitas shower air panas dan air dingin di ocean ecopark ini sudah cukup memadai. Begitu juga dengan ketersediaan layanan makanan cepat saji dan fasilitas outdoor seperti track sepeda, areal jogging dan jalan sehat, serta permainan paintball, dll. Dengan demikian, lahan ini dapat termanfaatkan secara optimal selama 24 jam, break even point (BEP) dapat lebih cepat tercapai. Menghindari kebosanan setelah menonton wisata budaya malam

Fantastique Magic Fountain Show adalah wahana baru dalam wisata budaya malam yang menghadirkan sebuah pertunjukan yang didukung beragam teknologi dengan setting sebuah benteng kerajaan di tengah danau, yang mengangkat musical theater Ancol Paradis, dengan cerita rakyat Timun Mas dan Buto Ijo. Menurut Budi Karya, Dirut PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. "Bekerjasama dengan seniman terbaik bangsa, N. Riantiarno, Ratna Riantiarno, Djaduk Ferianto, cerita rakyat Buto Ijo dan Timun Mas diangkat menjadi sebuah pertunjukan dengan teknologi canggih, penataan apik, sebagai upaya untuk memberikan pembelajaran dan rasa bangga anak-anak tentang kearifan lokal Indonesia". Budi Karya menambahkan : "Fantastique Magic Fountain Show merupakan sebuah atraksi malam dengan konsep edutainment dengan mengangkat kearifan lokal sebuah legenda Indonesia yang sarat akan pesan-pesan moral". Dari penjelasan Dirut PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. ini nampak jelas bahwa ecopark juga akan dimanfaatkan untuk wisata budaya malam. Untuk wisata jenis ini saingan Fantastique Magic Fountain Show cuma Panggung Maxima (Hall Rama Sinta) di Dufan. Panggung Seni di Pasar Seni atau pentas seni di Pantai Karnaval TIJA yang sifatnya pertunjukan massal, tentu tidak sebanding kalau disandingkan kedua wahana seni avant-grande di atas. Dengan demikian, konsepnya sejak awal adalah memanfaatkan lahan bekas lapangan golf ini (yang kini menjadi area Ocean Ecopark) agar dapat termanfaatkan secara optimal sampai malam hari. Harap diingat bahwa konsep wisata budaya malam ini juga sudah lama diterapkan dalam pentas Sendratari Ramayana (Ramayana Ballet) di Candi Prambanan dan pentas Legenda Mahakarya Borobudur (The Masterpiece Borobudur Dancer) di Candi Borobudur. Namun pentas ini hanya diselenggarakan sebulan sekali, tepat saat purnama penuh, maka membuat Fantastique Magic Fountain Show dapat ditampilkan setiap week end tentu memerlukan penerapan konsep cluster (keterpaduan).

Kalau gagasan awalnya adalah cluster, maka alternatif satu-satunya adalah menggabungkan konsep ecopark bersama dengan fasilitas multi fungsi untuk permainan petualangan terbuka. Dengan kata lain, mengawinkan konsep ekowisata dengan family adventure yang dilengkapi dengan sarana hiburan malam Fantastique Magic Fountain Show. Banyak pihak akan memetik keuntungan dari perkawinan konsep ini, mulai dari larisnya saung-saung makanan di area ecopark sampai ke pemakaian fasilitas outbond, mulai pemassalan olahraga kebugaran (sekedar jalan santai atau bersepeda mengelilingi ecopark) sampai ke permainan paintball, dll. Namun penerapan konsep cluster ini, sekali lagi, akan mengorbankan pengembangan ecopark ini menjadi cagar alam. Perubahan macam apa yang harus dilakukan? Pembangunan wahana-wahana baru seperti Ocean Ecopark yang dilengkapi dengan wisata budaya malam Fantastique Magic Fountain Show adalah upaya Ancol untuk menghindari one day trip (and never come back again). Seperti tempat-tempat wisata lain atau tempat-tempat hiburan lain, TIJA menghadapi suatu pilihan sulit : change or die (pengunjung hanya berkunjung sekali lalu tidak pernah kembali lagi) Setelah kegagalan drive in theater dan wisata golf, maka kegagalan yang membayang-bayangi Ancol berikutnya adalah upaya untuk menjadikan Ancol sebagai area wisata konvensi. Banyak seminar, lokakarya, dan diskusi ilmiah justru tidak dilakukan di hotel-hotel di kawasan Ancol, karena kendala jarak dan kemacetan yang menghadang. Menjadikannya sebagai tempat wedding atau gala dinner juga menghadapi kendala yang sama. Maka pilihan alternatif satu-satunya adalah menjaga arus (flow) pengunjung agar mau berpindah dari satu wahana ke wahana lain, dari satu kawasan ke kawasan lain. Misalnya rombongan yang datang ke Sea World diupayakan agar mau menghabiskan waktu sampai malam di arena lain (tidak terus pulang). Maka harus ada sesuatu yang menjaga agar arus orang terus mondar-mandir di kawasan Ancol. Dengan demikian Ancol dapat menjadi "arena pasar malam yang besar" atau sarana baru untuk JJS (jalan-jalan sore). Misalnya di berbagai koridor antar wahana jangan dibiarkan sepi dan temaram, diupayakan di setiap penghubung antar koridor itu ada drum band, capoeira, akrobatik sepeda, skate board, sepatu roda, komunitas menggambar manga, latihan musik akustik, dll Mereka selalu kesulitan mencari tempat berlatih di Jakarta yang sumpek ini, maka Ancol dapat memfasilitasi mereka untuk mengisi ruang-ruang kosong antar wahana.

Apakah hal ini mungkin diwujudkan? Bisa, contohnya adalah komunitas musik ensemble yang rutin berlatih seminggu sekali di Taman Suropati (Komunitas Taman Suropati Chamber), yang telah mengubah citra taman itu dari tempat gelandangan menjadi area tempat expatriate bersantai. Apa untungnya bagi TIJA? Ancol tidak perlu membayar untuk "keramaian" yang mereka timbulkan dan kelompok-kelompok itu mendapat tempat latihan yang memadai dan aman. Apa artinya TIJA menyediakan tiket masuk gratis untuk mereka, dibandingkan keuntungan yang ditimbulkan dari kebutuhan makan minum mereka (yang akan mereka bayar sendiri) atau "kemeriahan" yang ditimbulkannya. Bisa jadi setelah puas berlatih, mereka akan menonton salah satu wahana di Ancol. Impas kan ??? Referensi : 1.  TIJA, Press Release, 25 Agustus 2011 2. Kompas, Minggu 23 Oktober 2011 halaman 4 : Kenyamanan di Ecopark Terganggu 3. Foto : http://megapolitan.kompas.com/read/2011/08/26/1940206/Fantastis.Kolaborasi.Ancol.dan.Jember.Fashion.Carnaval. http://www.tribunnews.com/2011/08/26/ancol-gelar-fantastique-magic-fountain-show ______________________________________________________________________________________ Facebook : http://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=281284705226913&id=100000979464756  Wednesday, October 26, 2011 at 10:05 am Twitter : http://twitter.com/#!/wendierazifs/status/129030480514396160  10:03 AM Oct 26th _______________________________________________________________________________________

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun