Pendaftaran rawat jalan di rumah sakit secara manual itu melelahkan. Pasien harus mengantre lama. Akan lebih nyaman bila rumah sakit menerapkan pendaftaran secara online.
***
Mentari belum muncul saat mobil yang kami tumpangi melaju di jalanan. Lalu lalang kendaraan sudah muncul meski belum terlalu ramai. Situasi masih lengang. Maklum, masih pukul 06.00 WIB.
Sepuluh menit kemudian, mobil kami sampai di parkiran rumah sakit. Hari ini jadwal kontrol bulanan ibu. Ia memiliki penyakit jantung koroner. Dokter mewajibkannya kontrol setiap bulan ke rumah sakit.Â
Petugas keamanan sedang bersiap apel pagi. Saya menghampiri seorang di antaranya, menanyakan nomor antrian.
Petugas itu mengantar saya ke lobi pendaftaran yang sudah terbuka. Ia menekan tombol bertuliskan BPJS pada sebuah panel komputer dan muncullah selembar kertas dari mulut pipih si panel. Nomor 34 tertera besar-besar di sana.
"Jam 08.00, pasien sudah harus sampai di sini untuk daftar ya, Mbak," pesannya padaku.
Saya mengambil nomor pendaftaran untuk ibu. Ia menunggu di mobil. Karena nomor antrian sudah di tangan, kami bergegas meninggalkan rumah sakit. Kami memilih menunggu loket pendaftaran buka di rumah kerabat yang tak jauh dari rumah sakit.
Pukul 07.30 WIB, kami merapat lagi ke rumah sakit. Tak sampai sepuluh menit, kami sampai di rumah sakit. Woalaa... ruang tunggu itu sudah penuh orang.
Khawatir nomor sudah terlewat, saya menghampiri petugas keamanan --yang kebetulan petugas yang sama yang memberi saya nomor antrian. Saya tanyakan soal antrian pasien penyakit jantung.
Ia bilang, "Maaf, Mbak, Dokter Sef mendadak ajukan cuti. Jadi hari ini dia tidak praktek."
GUSTI! Mendadak sekali.
"Iya, Mbak. Kami pun baru dapat informasinya jam 07.00 tadi," imbuhnya.
Ibu tampak kecewa. Kami sudah datang pagi-pagi, rupanya tidak bisa kontrol. Bersyukur, stok obatnya masih ada hingga dua hari berikutnya. Mau tak mau kami harus kembali lagi lusa, jadwal praktek dokter tersebut.
***
Kekecewaan itu sudah dua kali kami alami di rumah sakit yang sama. Sebelumnya, saya datang pukul 07.30 WIB dari rumah karena berpikir loket pendaftaran baru buka pukul 08.00 WIB. Ketika kami datang, orang sudah ramai berkumpul di ruang tunggu. Saya dapat nomor antrian di atas 50.
Benar, loket pendaftaran buka pukul 08.00 WIB. Mungkin saya baru dipanggil pukul 09.00 WIB atau pukul 10.00 WIB. Saya sabar menunggu. Hingga kemudian muncul informasi khusus pasien poli jantung dari petugas loket: pasien jantung harap mengumpulkan berkas saat itu juga.
Sembari mengumpulkan berkas pendaftaran, petugas tersebut mengatakan bahwa hari itu Dokter Sef hanya menerima 10 pasien. Sebab, ia harus menghadiri rapat di rumah sakit tempat ia praktek selanjutnya. Sepuluh pasien itu adalah pasien yang sudah mendapatkan kuota dari petugas keamanan. Dengar-dengar, untuk mendapatkan kuota itu, kami harus datang selepas subuh.
Lusa harinya, kami datang selepas subuh untuk mencari kuota tersebut. Alhamdulillah dapat. Walaupun ternyata tidak ada sistem kuota di hari itu. Dokter Sef praktek sesuai jadwalnya.
***
Itulah sulitnya kalau pendaftaran kontrolnya masih manual. Di Semarang, baru tiga rumah sakit yang setahu saya sudah menerapkan sistem online dalam pendaftarannya. Ketiganya, yakni, RSUP dr Kariadi, SMC RS Telogorejo, dan RS Roemani Muhammadiyah.
Setahun belakangan, ibu kontrol di RSUP dr Kariadi. Namun, karena rujukan sudah habis, ibu harus kembali kontrol ke rumah sakit tipe C sebelumnya, RS Nasional Diponegoro (RSND).
Ketika kontrol di RSUP dr Kariadi (RSDK), sehari setelah kontrol, biasanya saya akan menelepon pelayanan pelanggan RSDK. Saya mendaftar jadwal kontrol untuk bulan berikutnya. Enaknya di RSDK, pasien bisa mendaftar mulai H-30 sebelum hari pemeriksaan.
Memang, saya harus bersabar menunggu dering telepon di seberang diangkat. Tapi itu kan bisa dilakukan sambil duduk-duduk atau baring-baring di rumah. Tak sampai sepuluh menit, saya sudah mendapatkan kuota pemeriksaan di hari yang diinginkan.
Di hari H, saya akan datang bersama ibu untuk melakukan daftar ulang. Biasanya kami datang pukul 07.00 WIB, 30 menit sebelum loket pendaftaran dibuka. Antrian tidak terlalu panjang karena masih pagi.
Setelah selesai urusan daftar ulang, kami akan tetap berada di sana sampai jadwal praktek dokter dimulai. Biasanya, dokter baru mulai praktek pukul 09.00 WIB, meskipun terkadang, dokter datang lambat karena ada tindakan operasi atau rapat penting. Kami bisa maklum.
Ada beberapa hal yang membuat pendaftaran online lebih unggul dari pendaftaran manual. Saya list di sini:
- Kepastian Kuota Pemeriksaan
Mendaftar via online memberikan kepastian kuota pada pasien. Pasien jadi tahu, hari itu bisa periksa atau tidak. Kalau memang hari yang dituju penuh, ia bisa langsung mengganti jadwal. Jadwal periksa ini berkaitan erat dengan ketersediaan obat yang dimiliki pasien. Sebab apoteker hanya memberikan stok obat, paling banyak, 30 hari sampai hari pemeriksaan selanjutnya tiba.
- Antrian Tidak Terlalu Panjang
Dengan adanya sistem online, pasien yang datang mendaftar ulang di rumah sakit itu hanya pasien yang benar-benar akan terlayani. Jadi, pasien yang tidak mungkin terlayani --karena tidak mendapatkan kuota, tidak akan datang. Otomatis, antrian pendaftaran tidak akan terlalu panjang.
- Pasien Tidak Lelah
Pendaftaran manual hanya akan berbuah kekecewaan dan kelelahan pada pasien. Memang, mungkin akan ada kebanggaan bila hari itu ia berhasil mendapatkan kuota untuk pemeriksaan. Tapi ini seperti gambling, siapa cepat dia dapat. Pasien --bukan hanya keluarga pasien, harus datang pagi-pagi betul untuk bisa mendapatkan kuota. Padahal, praktek dokter mungkin akan dimulai dua atau tiga jam berikutnya.
Saya jadi ingat, kemarin, ketika kemudian tiba jadwal pemeriksaan ibu, kami datang lagi pukul 06.00 WIB. Sebelumnya, kami sudah minta tolong kerabat untuk mengambilkan nomor antrian. Ia datang pukul 05.30 WIB dan mendapat nomor urut 14. Itu nomor antrian untuk semua pasien. Khusus pasien poli jantung, ibu dapat nomor urut 8.
Kami datang, kerabat itu tak lama kemudian pulang. Kami menunggu di sana hingga loket pendaftaran buka dan si petugas loket memberi pengumuman untuk mengumpulkan berkas pendaftaran bagi para pasien poli jantung. Petugas mengatakan, kuota hari itu hanya 25 pasien. Kalau benar ibu dapat nomor 8, pastilah ibu dapat kuota hari itu.
Kami menunggu dan 30 menit kemudian, proses pendaftaran itu selesai. Benar, ibu mendapat nomor antrian 8 untuk masuk poli jantung.
Perut sudah keroncongan karena kami hanya mencecap semangkok bubur sumsum. Alhasil, kami duduk di kantin untuk kembali mengisi perut. Poli jantung baru buka pukul 09.00 WIB.
Menjelang pukul 09.00 WIB, kami masuk ke poli jantung. Sudah banyak orang yang menunggu di kursi tunggu. Dokternya belum datang, syukurlah.
Sebelum diperiksa, tekanan darah ibu harus diperiksa terlebih dahulu. Ternyata, urutan pengecekan tensi itu sudah sampai nomor 9. Nomor ibu terlewat.
Mata saya tertumbuk pada pengumuman tertulis di dinding ruang tunggu. "Bila pasien tidak ada saat dipanggil, nomornya akan kembali dipanggil setelah 3 nomor berikutnya." Berarti, kalau terlewat, ia harus menunggu 3 pasien untuk bisa dipanggil lagi.
"Sadis," kata ibuku.
Saya hanya berharap-harap cemas supaya nomor ibu tidak dilompati tiga nomor. Alhamdulillah pengumuman itu tidak berlaku untuk pemeriksaan tensi. Ibu tetap mendapat urutan sesuai dengan nomor antriannya.
***
Sudah ada 370 rumah sakit di Indonesia yang menerapkan sistem pendaftaran via online. Semoga ke depan, semakin banyak rumah sakit yang menerapkan sistem tersebut. Aamiin. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H