Si panglima perang merentangkan tangannya mengarah ke pintu masuk kelenteng, mempersilakan para dewa itu masuk. Satu per satu dewa melewatinya sambil mengangguk. Di akhir rombongan, ia turut masuk.
Di teras kelenteng sudah diletakkan dua meja dan kursi-kursinya. Para dewa duduk mengitari meja itu. Dewi Kuan Im dan Panglima Perang duduk di bagian paling ujung.
Gelas-gelas kecil dikeluarkan dan ditata di hadapan masing-masing Dewa -- tiga gelas seorang. Kecuali Dewi Kuan Im yang hanya meminta satu gelas saja.
Pengiring lantas menuangkan arak di masing-masing gelas. Saat Panglima Perang mengangkat kembali tangannya, semua dewa mengambil gelas dan menenggaknya. Kepala mereka bergoyang-goyang seperti tengah berbincang, namun mulut mereka terkatup.
Jamuan minum arak itu akan berlangsung tak sampai lima menit. Usai menuntaskan tiga gelas arak itu, rombongan para dewa akan meninggalkan kelenteng. Sebelum beranjak pergi, mereka akan masuk ke kelenteng dan berdoa sebentar. Dewi Kwan Im dan Panglima Peran akan ikut berarak bersama rombongan, mengunjungi kelenteng-kelenteng lainnya.
Perantara Itu BernamaTang Ki
Jamuan minum arak para dewa itu hanya berlangsung setahun sekali. Yaitu, saat Festival Chue Lak di Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti -- Riau. Festival ini digelar untuk merayakan hari ulang tahun Dewa Cho Se Kong. Tepatnya, di hari keenam setelah Imlek.
Hanya Selatpanjang yang menggelar perayaan tersebut. Sebab, wujud asli Dewa Cho Se Kong hanya ada di sana. Ia bersemayam di dalam Vihara Sejahtera Sakti, vihara tertua di Selatpanjang, bersama dengan Dewa Tua Pek Kong. Nenek moyang mereka membawa keduanya lari dari pemerintahan komunis yang tengah menguasai Tiongkok lebih dari seabad lalu.
Para Tang Ki akan memperagakan para dewa. Mereka akan didandani dengan pakaian para dewa zaman dahulu. Biasanya, busana atasannya saja. Untuk busana bawahan, mereka bebas memilih, hendak mengenakan celana pendek, kain, atau jeans. Mereka juga bebas memilih alas kaki. Ada yang mengenakan sepatu kets, sandal, dan bahkan bertelanjang kaki.
Tubuh sebagian besar Tang Ki ditusuki dengan besi-besi panjang. Ada yang ditusuk di area sekitar mulut, hidung, dada, dan lengan. Dewi Kwan Im, namun demikian, tidak ditusuk-tusuk. Penampilannya anggun.