Tidak ada alasan sebenarnya untuk tidak menaati kepemimpinan pemerintah yang dinakhodai Presiden Jokowi saat ini, apalagi sampai memberontak.
Di bawah ulil amri saat ini, toh tidak ada larangan syariat Islam bagi pemeluknya di Indonesia. Setiap lima waktu masjid-masjid di seluruh penjuru tanah air bebas mengumandangkan azan dan mendirikan shalat berjamaah. Bukankah untuk perkara haji, pemerintah juga bertindak sebagai fasilitator untuk memudahkan muslim Indonesia melaksanakan rukun islam itu.
Terlepas dari tuduhan pencitraan oleh lawan-lawan politik dan sebagainya, alhamdulilah, kita masih melihat beliau mendirikan shalat, berkurban dan ber-umrah ke tanah suci.
Dari Auf bin Malik radhiallahu'anhu, Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda, "Sebaik-baik pemimpin kalian adalah kalian mencintai mereka dan mereka mencintai kalian. Kalian doakan kesejahteraan bagi mereka dan mereka doakan kesejahteraan buat kalian. Dan sejelek-jelek pemimpin kalian adalah kalian membenci mereka dan mereka membenci kalian. Kalian melaknati mereka dan mereka melaknati kalian."
Kami, para sahabat, bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah mereka boleh kita perangi ketika terjadi demikian?"
Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam menjawab, "Tidak, selama mereka masih salat bersama kalian. Ketahuilah, barangsiapa urusannya diurusi oleh ulil amri (sultan) kemudian dia melihatnya berbuat maksiat kepada Allah, maka hendaklah dia benci terhadap maksiat yang dia perbuat dan sungguh jangan cabut tangan ketaatan padanya."(HR. Muslim 3/1482)
Jika ada berbagai isu hitam yang tidak diketahui kebenarannya, seperti misalnya, Jokowi bisa melemahkan Islam atau tidak pro-Islam, dan bla bla bla, maka kita berserah diri pada Allah.
Khalid Basalamah, seorang pengajar agama mengatakan, seandainya tuduhan terhadap Jokowi itu benar, umat Islam tidak perlu khawatir.
"Mau disamakan Pak Jokowi dengan Firaun, ya gak bisa. Firaun, Allah tenggelamkan di laut, Namrud Allah bunuh dengan seekor lalat. Apa yang mau dikhawatirkan? Biarkan memimpin lihat hasilnya," nasehat da'i ber-manhaj salaf itu.
 Hari ini cara terbaik mewujudkan cinta tanah air, NKRI harga mati, adalah dengan mendoakan pemimpin yang sudah terpilih. Bukan dengan mencerca dan mencela yang tidak ada hasilnya. Sedangkan lewat doa, bisa saja Allah kabulkan. Doa itu adalah senjata kaum muslimin. Begitulah hendaknya, meskipun di 2019 mendatang Indonesia memilih presiden baru. []