Ketika kendaraan mulai melaju, bapak pengemudi berkata, "Saya tadi tanya lokasi soalnya, takutnya, Mba ke arah stasiun. Stasiun lagi banjir, Mba."
Baiklah. Taksi yang saya tumpangi ini jenis mobil sedan. Kalau terendam banjir, habislah.
Lalu saya kembali bertanya soal kerjasama itu. Dia pun bilang, sudah. Namun, kerjasama ini berbeda dengan kerjasama antara Go-car dan Bluebird. Dia bilang, kerjasamanya dengan koperasi pengelola taksi lokal tersebut.
 Sebenarnya, tanpa ia berkata pun, perbedaan bentuk kerjasama itu cukup terasa. Pertama, nama Bluebird tertera jelas di aplikasi, sementara nama perusahaan taksi lokal ini tidak tertera. Dan kedua, jika hanya armada Bluebird yang tersedia, sistem aplikasi akan memberikan pesan pop-up yang berisi informasi bahwa kita akan dijemput dengan taksi Bluebird.Â
Tentunya masih dengan tarif yang tertera saat kita memesan kendaraan. Sementara dengan taksi lokal ini, tidak ada pemberitahuan dari sistem kalau kita akan dijemput dengan taksi lokal. Di profil pengemudi pun tak tertera.
Lalu apa ruginya? Toh sama-sama kendaraan dan sama-sama diantar sampai tujuan.
Memang benar, taksi itu akan mengantar kita sampai ke lokasi tujuan namun kadang saya merasa dibohongi saja. Jenis armada taksi lokal ini termasuk kendaraan tahun lama. Bukannya Go-car mensyaratkan pengemudinya memiliki armada kendaraan keluaran minimal lima tahun ke belakang?
Selain itu, saya juga memiliki sedikit trauma dengan taksi lokal. Dulu, ketika masih duduk di bangku SD, saya sekeluarga selalu menyempatkan mudik ke kampung halaman. Karena belum memiliki kendaraan pribadi, kami menggunakan bus umum antar-kota. Bus itu hanya berhenti di terminal. Â Jarak terminal ke rumah kami masih sangat jauh. Karena enggan berdesak-desakan di bus lagi, ibuk memililh menggunakan taksi lokal. Taksi lokal "itu"-lah pilihannya. Ia termasuk taksi bergengsi kala itu.
Namun, saya ini mabuk kendaraan. Jadi setiap turun dari bus kota langsung dapat jackpot. Begitu selesai menuntaskan jackpot, kami langsung menaiki taksi lokal itu. Sedikit tergesa-gesa karena taksi itu banyak peminatnya. Siapa cepat dia dapat.
Di dalam mobil, perasaan saya campur aduk. Antara menahan perut yang limbung, menghindari terpaan angin AC yang kuat, dan menahan badan yang terhempas ke depan-belakang karena pengemudi yang nge-rem mendadak. Perasaan itulah yang terbawa hingga kini, setiap kali saya menaiki taksi lokal. Apalagi taksi lokal "itu".