Nun di sebuah hari yg ganas, aq mendudukkan pantat di sebuah kursi tdk begitu lembutnya sebuah kereta ekonomi jurusan purwakarta - jakarta kota. Dengan setelan semi-gelandangan dan muka bertabur debu tayamum dan tentu saja bau badan tiga hari tak dibilas air yang ditutupi dgn tisu basah sekedarya. Sembari berkhayal kapan gw bisa hidup mapan, memiliki steady job, being normal as same as regular sleepy people in lego the movie, tetiba gw terlibat sebuah percakapan dgn sesosok gadis asing di sebelah hati (eh, kursi maksudku).
Saya sudah tdk ingat siapa yg memulai percakapan. Yang jelas gw bukanlah tipe pria kuntul aktiv yg tak tahan berdiam diri jika melihat ada betina manis sedang menganggur. Meski bkn jg pendiam, tapi klo gw ngajak ngobrol org asing pasti bukanlah krn faktor ia perempuan menarik dan akal bulus seksual macam itu; dan gw jg tdk menyalahkan pria2 berkarakter gitu nih yee, toh sebagian/banyak wanita memang senang diburu dan digombali. Dan spy gw tak terkesan munafik, bukan tak mungkin jg aq terkadang begitu jg buat having fun atau mungkin mood maskulinnya sedang hot dan aktif.
Percakapan gw dengan seorang gadis asing di kereta di maksud tadi akhirnya berlangsung cukup lama dan intens rasa2nya--tentu saja saya sudah tdk ingat persis skrg, sudah lewat sekitar 5 atau 6 tahun berlalu dari saat kumenuliskan ini--yg diakhiri dgn ia memberikan kartu nama berisi lengkap telepon, alamat rumah, hingga alamat kantornya di bilangan sudirman sana. Bagaimanakah akhir hubungan kami? Ah, sepertinya aq harus bikin tulisan khusus ttg ini nanti; yg jelas utk promonya saya kasih clue nih: sampai sekarang sy masih menyimpan kartu namanya itu hihihi.
Selanjutnya saya akan membahas topik tulisan kali ini. Biasalah bro, walau tak ada kompensasi material sesegera mungkin tapi menulis kan bermanfaat utk melatih otak kita agar tdk cepat melupakan apa2 saja yg sudah pernah ia pelajari dari kehidupan ini. Menurut pendapat (mudah2an "original") dari saya, yg tdk harus pembaca setujui, ada empat jenis tipe hubungan antar manusia.
Pertama adalah hubungan tdk ada hubungan. Ahayy, belum apa2 gw sudah bikin bingung pembaca dgn teoriku yg obscurd; yaa pada kabur dehhh.... Begini, maksudku disini adalah sikon dimana antar manusia sedang tidak ada urusan sama sekali. Nanti akan jelas setelah aku sampaikan dulu tiga tipe berikutnya. Kedua adalah hubungan permusuhan atau saling berlawanan. Ketiga adalah hubungan saling menguntungkan atau simbiosis mutualistis. Keempat adalah hubungan baik nirpamrih atau ikhlas 100%.
Nah ini, poin terakhir ini.... Bagi kebanyakan orang mungkin poin yang keempat itu absurd dan platonis sehingga mereka hanya membagi hubungan manusia kepada ketiga poin sebelumnya atau yang lebih disimplifikasikan lagi menjadi dua saja: saling menguntungkan atau saling merugikan? Tapi bagi gw hubungan tanpa pamrih ini bukanlah sesuatu yg abstrak dan tdk ada realitanya. Jarang terjadi mungkin ya tapi menurutku bukan tdk mungkin utk ada.
Contoh paling dekat bagi teori/konsep gw tentang hubungan nirpamrih ini pd realiti/kenyataan atau dunia praktis adalah hubungan antara orang tua dan anak, terlebih seorang ibu dan anak kandungnya sendiri. Memang pd kenyataannya bisa ada pamrih juga tapi juga tdk 100% begitu karena ketika tercipta kerugian pun dlm sebuah hubungan ini toh mereka tetap berusaha mempertahankannya. Berbeda tentunya dengan hubungan berbasis pamrih 100% seperti di dunia relasi bisnis yang tentunya akan "cerai" jika sudah tdk lagi saling menguntungkan, apalagi kalau sampai merugikan bisa2 berubah mereka ke kategori dua: hubungan saling bermusuhan.
Memang pd praktis bisnis ada jg hubungan yg tdk mutualistis ketika sebuah grup usaha/jaringan pemilik usaha saling menyokong unit2 bisnisnya, namun ini big picture tetap hubungan berbasis interest atau laba. Kecuali ketika unit bisnis yg merugikan tetap disubsidi krn faktor emosional/spritual dr ownernya barulah ia keluar dari tipe hubungan kategori tiga ini. Tapi kita jgn terkecoh krn kadang sesuatu yg kelihatannya tdk ada keuntungan kongret dan segera sebetulnya oleh pengusahanya sudah punya visi keuntungan juga jauh ke depan yg mungkin ditargetkan kpd generasi penerusnya atau keuntungan posduniawi bila kita mulai berbicara agama. Jadi ya pamrih juga dan wajar saja dalam dunia "bisnis".
Hubungan saling merugikan rasanya tdk perlu lagi dibicarakan panjang lebar krn sejarah manusia adalah sejarah konflik usaha saling mengenyahkan satu sama lainnya atau sandiwara kebersamaan jika bisa ditemukan posisi yg sama saling menguntungkan bagi semua. Sementara hubungan yang tdk ada hubungan ini maksudnya adalah ketika antar manusia saling tidak ada urusan. Jika kita ikuti konsep dlm teori efek sayap kupu2 bahwa setiap pixel dlm struktur semesta ini terkoneksi dan punya urusan maka pengertian kategori ini memang tdk ada contoh kongkritnya alias pure konsepsi "ideal" belaka. Makanya dlm praktiknya untuk contoh real kategori ini kita maksudkan bagi hubungan antar manusia yg tdk punya "hasil" signifikan terlihat ada.
Yang paling menarik adalah hubungan keempat yang saya teorikan. Hubungan yg tanpa pamrih, adakah dalam kenyataan? Sebagaimana kucontohkan di hubungan ortu-anak maka pd prakteknya ia memang baur dgn kategori hubungan benefit tapi dlm kadar tertentu ia tetap ada. Per orang per karakter mungkin akan berbeda2 level nirpamrih atau ikhlasnya ini dalam berhubungan dgn org2 di lingkarannya. Namun sebagai contoh bukti nyata bahwa kategoriku ini tdk hanya teori tapi ada di kenyataan adalah bagaimana aku akan plong begitu saja ngasih duit berapapun (kalau ada) kepada saudara2 kandungku jika mereka butuh yang mana itu sangat sulit dan mungkin mustahil kulakukan pd org lain tanpa berharap secuil pun punya motif untuk dapat apa2 (bahkan mungkin "pahala" pun tdk, yg jelas ngasih aja begitu aja nggak perlu mikirin krn apa dan supaya dapat apa).
Terakhir, karena sudah kepanjangan, spt biasa kupending dulu kaitan tipe2 hubungan manusiawi versiku ini kali ini disini ini dan kaitannya dgn dunia percintaan. Maklum aq menulis spontan krn ketemu judul ciamik melintas bgt sj di kelapa... sekaligus hitung2annya yaa latihan menalar belaka yg semoga ada manfaatin juga. Lagipula ini kaji agak berat memang karena membuat kita berputar2 dlm labiran bahasa, pengertian, pengartian, makna, tafsir, logika, bahkan sentimen dan perasaan.Â
Membahas ini akan membuat kita berbicara bulak-balik mbulelet sebagaimana sebuah tulisan bingung sendiri oleh penulis di situs titit radikal paling senior eratitit dot xom yang bertitelkan ikhlas tapi pamrih itu yg saling ping pong dgn dasar berpikirnya sendiri di atas bumi datar yg matahari berputar mengelilingi titit. Dan lagi pula lagi, bukan tdk mungkin akan ada kaum yg tersungging krn kita menyentil pemahaman mapannya selama ini yg ternyata sangat rapuh fundamental logiknya karena memang kebenaran tertingginya bersemayam di dalil/postulat: pokoknya dan katanya.... Yukkk aq permisi dulu yuaaa!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H