Mohon tunggu...
Wemmy Al-Fadhli
Wemmy Al-Fadhli Mohon Tunggu... gembel -

Orang pintar mikir ribuan mil, jadi terasa berat. Saya gak pernah mikir karena cuma melangkah saja. Ngapain mikir kan cuma selangkah. (Bob Sadino)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pernak-pernik Hidupku

19 Februari 2011   01:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:28 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah Islam agama yang anti kekayaan dan kemakmuran? Tidak tentunya. Tapi dalam Islam kekayaan itu adalah sekedar titipan dan tidak mempunyai kekayaan bukan berarti menjadikan seseorang kurang bernilai apalagi tidak bernilai. Berbeda dengan kedudukan orang berilmu dengan orang bodoh yang memang dibedakan sebagaimana ketakwaan. Bahkan dalam sejarah Islam ulama-ulama soleh kebanyakannya hidup dalam kekurangan secara material.

Kenyataan masa berabad-abad belakangan ini menunjukkan negeri-negeri muslim dalam keadaan sebaliknya dari negeri-negeri kafir yang penuh kemakmuran. Kemudian ini dihubungkan dengan intelektualitas. Betul, memang ada kaitannya namun bukan variabel tetap. Alasan kemiskinan tidak bisa dijadikan indikasi bahwa negeri muslim sedang tidak beriman sebagaimana alasan kekayaan juga tidak berarti negara-negara makmur telah mengimani Tuhan.

Perkembangan ilmu pengetahuan yang berpusat dari Barat sekarang ini telah membuat doktrin kesejahteraan duniawi juga meracuni intelektual Islam. Kemudian dari sinilah timbulnya ideologi menyandingkan keimanan dengan kesejahteraan. Akibat terburuknya status tidak kaya kemudian divariabel-tetapkan dengan kemunduran iman. Inilah konsekuensi terburuknya yang dalam pandangan saya bisa jadi telah terjatuh kepada syirik matrilinial atau syirik harta. Menyekutukan Allah dengan materi yang lebih kongkrit. Sebagaimana ini terjadi pada kaum pagan yang pandir-pandir sehingga kesulitan mencerna Tuhan yang tidak riil lalu membutuhkan simbol-simbol materi dan tuhan yang berdaging, nyata, bungkus, munafik.

Pada masa kini mulai banyak yang mengelaborasi ajaran kezuhudan dalam Islam dengan misi kapitalistik modern. Orang Islam yang tidak tahan miskin butuh ilmu Barat untuk kaya. Gayung bersambut dengan perkembangan ilmu materialistik Barat yang memang butuh adaptasi dengan pasar kultural Timur. Saya hanya bisa menasehatkan bahwa jika ada dan banyak pendakwah, da'i, motivator masa kini yang mengagung-agungkan tata nilai materi sebagai fokus amal manusia Islam maka itu adalah penyelewengan yang sangat berbahaya, fatal, dan makin melembagakan akhlak alwahn. Karena sudah seyogyanya bagi seorang muslim yang berserah mestilah percaya bahwa kaya miskin itu adalah ketetapan. Manusia hanya berbuat maksimal tanpa keculasan sesuai keadaannya masing-masing dan hanya menjadikan banyak sedikitnya ketetapan materi baginya sebagai total sarana, bukan sama sekali tujuan dan untuk berbangga-banggaan. Dalam perspektif kehidupan kaum atheist dan golongan munafikun dalam tubuh Islam hanya kejayaan materi dan imbasnya pada status politis inilah jiwa raga mereka dipersembahkan.

Pertanyaan saya, apakah doktrin Islam harus kaya dan Islam miskin itu hina ini sebagiannya apa lewat tokoh-tokoh yang sengaja disusupkan ke tubuh jajaran panutan umat Islam?

judul asli: Da'i Alwahn Menyusupi Islam

oks

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun