Mohon tunggu...
Wemmy Al-Fadhli
Wemmy Al-Fadhli Mohon Tunggu... gembel -

Orang pintar mikir ribuan mil, jadi terasa berat. Saya gak pernah mikir karena cuma melangkah saja. Ngapain mikir kan cuma selangkah. (Bob Sadino)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

D.I.V.A

21 Maret 2010   23:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:16 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Masih tentang: perempuan, namun
- ia tak cantik
langit gelap
bumi berderak
alam gelisah, harmoni: lenyap
tapi izinkanlah kali ini
aku menuliskannya
dalam sebuah puisi
- ia tak cantik
duduk di pojok angkot
dan sekawan pemuda jadi saling pandang
- terpesona
sesambil, berusaha menahan gelak di dada
- karena dia begitu unik
- menor, nyentrik
menarik perhatian
untuk justru ditertawakan
oleh sekawanan lelaki belasan
yang terlihat semakin saling berusaha
mnutup, menyembunyikan muka
menghindari saling pandang
tapi tetap terlihat saling berusaha menahan: tawa,

ia tak seperti diva, ya
tak bagai senandung para pujangga
tidak seperti mitos tentang puteri-puteri raja
tidak seperti selebriti
yang saban hari menggoda kita lewat kaca televisi
ya,
ia bahkan, pun barangkali kurang
dari yang secukupnya
apalagi ketika,
air mukanya mengerut murka
menyadari sekeliling, matanya melotot
saksikan olok-olok dunia
atap seperti mau membelah
roda seakan hendak pecah
kaca-kaca seolah retak
dan sekawan pemuda terlihat,
makin tergelak, makin tergelak
berusaha menyembunyikan muka
ke dalam baret dan kerah baju mereka
- kekejaman mengakak-ngakak
- di atas kenyataan

aku tak akan bicara tentang keadilan
yang terlalu nisbi, untuk diusai oleh sebait puisi
namun izinkanlah aku wahai para puan
- yang selama ini merangkai
- macam-macam keindahan
untuk mencatatnya
dalam puisi ini
tidak akan sanggup
hukum alam ini disirna
meski semak ini semakin terasa
menyebak dalam dada
pun aku lelaki
yang hampir tak sanggup melawan
nilai rasa: yang senyatanya
pun aku hanya bisa berkata
dan sepertinya hanya akan sanggup
memberi tempat pada kata-kata, yang hanya
- yang cuma
namun di dada ini
di hati ini
ada sebak
makin menyesak,
makin menyesak
- perempuan tak cantik
- sangat tak
engkau makin tersudut
dunia terbahak
tambah terbahak
maka, wahai dewi keindahan dan puisi
izinkan aku yang hanya sanggup mencintainya
lewat bait-bait sajak ini
cium sayang untuknya
dari sebagian rasa di hati ini
yang makin terpuruk
tambah terpuruk
- untuknya,
bagiku sebuah diva.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun