Mohon tunggu...
Welly
Welly Mohon Tunggu... Relawan - Indonesia Baik

Merindukan terwujudnya cita-cita luhur kemerdekaan: rakyat adil makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Sanksi untuk Parpol di Indonesia

3 Desember 2022   18:01 Diperbarui: 4 Desember 2022   01:55 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari gelap...

Menjelang hajatan besar 2024 nanti, beberapa partai politik (selanjutnya: parpol) di Indonesia mulai bersolek ria untuk mempesona rakyat dengan figur-figur eksotis berikut janji-janji (gombal) mereka. Figur-figur yang selama ini hidup di alam glamour penuh hokya-hokya mendadak muncul sebagai figur bersahaja yang hadir memberi bantuan kepada masyarakat miskin. Foto-foto dan video mereka mulai tersebar di berbagai platform media sosial dengan efek dramaturgi, exposure, dan proporsi sempurna hasil kerja para profesional. Saat ini sih baru beberapa saja yang tampil. 

Tapi di 2023 nanti seluruh wilayah Indonesia akan dilanda gelombang tsunami promosi figur-figur selebriti politik yang akan berjejal menjajakan diri sebagai sampah visual di jalan-jalan, di tempat-tempat umum, di sekitar kampus, di tempat ibadah, pada alat transportasi, pada kemasan alat ibadah, pada kemasan beras, minyak goreng dan gula, pada kalender dan kaos, iklan di televisi, radio, koran, dan semua platform yang dapat mereka gunakan sebagai topeng untuk menutupi ketidakmampuan dan ketidakhadiran (baca: ketidakperdulian) mereka selama ini di tengah rakyat. 

Sementara itu, di area panggung belakang saat ini sudah, sedang, dan akan terus berlangsung operasi senyap dari satgas-satgas yang bergerak sesuai dengan spesialisasinya. Ada satgas yang secara khusus bertugas untuk "peduli dan mendukung" pelayanan pimpinan-pimpinan agama dan tokoh-tokoh masyarakat (adat). Pimpinan agama dan tokoh masyarakat adalah sasaran empuk dan gemuk. Pada umumnya mereka mudah dimanipulasi karena orang-orang baik cenderung akan berpikir orang lain juga baik. 

Mereka menjadi sasaran karena mereka punya massa! Syukur-syukur ada anak atau saudara mereka yang mau dibujuk agar bersedia menjadi calon anggota dewan atau calon eksekutif dari parpol tersebut karena itu secara otomatis akan membuat mayoritas jamaah dan masyarakat (adat) tersebut akan memberikan dukungan suaranya. Masalah orang tersebut bisa dan mau kerja untuk rakyat atau tidak itu bukan urusan parpol. Bagi parpol, yang penting adalah mendapatkan dukungan suara sebanyak mungkin.

Keberhasilan memanipulasi pimpinan-pimpinan agama dan tokoh masyarakat adalah paket mudah-murah-meriah untuk mendulang dan menyelewengkan suara dari kelompok ini. 

Sebagian satgas bertugas memperbaharui "perjanjian kerja sama saling menguntungkan" dengan para bohir lokal, nasional dan internasional yang punya kepentingan (ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan) di Indonesia.  

Sebagian satgas lainnya lagi akan bertugas untuk mendekati dan merayu bohir-bohir baru dengan tawaran "perjanjian kerja sama yang menguntungkan dan menggiurkan." Bohir lama harus tetap di maintain. Bohir baru perlu terus ditambahkan. Ini wajib hukumnya karena para bohir tersebut adalah sumber dana yang sangat dibutuhkan untuk menutup biaya kampanye mulai dari pengadaan APK, operasional timses, pembangunan/perbaikan ini-itu, pengadaan barang ini-itu, acara ini-itu, dan yang paling penting: amplop serangan fajar untuk membeli murah suara rakyat. 

Dengan cara kerja yang sedemikian transaksional, maka sudah bukan rahasia lagi jika partai politik di Indonesia menjadi kontributor utama tumbuh suburnya budaya korupsi dan disfungsinya lembaga dan aparatus sipil negara dari pusat sampai ke daerah. Kog bisa? Bisa, pertama karena elit parpol yang hanya mau mementingkan diri, keluarga, dan kelompoknya sendiri tahu persis bahwa dengan menguasai sumber mata air di hulu, maka mereka dapat menguasai dan mengendalikan seluruh warga di sepanjang aliran sungai sampai ke muara! 

Bahwa dengan menguasai partai politik maka mereka dapat menguasai harkat hidup bangsa ini! Tinggal pintar-pintaran melakukan negosiasi dan berbagi kapling dengan kawanan elit parpol lain, maka sempurnalah rencana jahat mereka untuk menguasai segenap sumber daya alam dan manusia Indonesia! Fakta tingginya angka korupsi, kemiskinan, stunting, dan masih banyaknya daerah-daerah miskin dan tertinggal di usia 77 tahun Indonesia merdeka adalah potret sesungguhnya jiwa dan wajah mayoritas elit-elit parpol selama ini: 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun