3. Promosi mati-matian sesuai budget. Spanduk sudah, promosi lewat BBM sudah, promosi ke teman-teman sudah, bagi-bagi voucher gratis sudah (yang mengambil cuma satu orang, hehe)
4. Hal-hal di luar teori kemanusiaan seperti meminta doa restu orangtua, berdoa, bersedekah dsb.
Namun yang terjadi adalah tetap sepi-sepi saja. Manusia selalu butuh sesuatu untuk menjawab pertanyaannya, akhirnya setelah kami sepakati bersama penyebab hal ini semua adalah persepsi masyarakat. (hipotesis sementara sampai kami menemukan kambing hitam yang lain yang patut disalahkan, hehe)
Ada beberapa hal yang menjadi dasar kami memutuskan untuk mengkambinghitamkan persepsi masyarakat, yaitu :
1. Ada yang berkomentar kenapa berjualan menu sarapan pada malam hari.
2. Ada yang mengusulkan untuk membuka kedai pada pagi hari karena masakannya enak, pasti dicari.
3. Ada yang bertanya, itu masakan kapan dimasaknya. Mungkin mereka menduga masakan pagi hari yang tidak habis dijual pada malam hari, hehe
Begitulah, ketika persepsi kita begitu kuat terhadap sesuatu maka kita cukup sulit untuk untuk merubahnya. Persepsi yang lain seperti belum makan rasanya kalau belum makan nasi, juga menentukan pola hidup masyarakat. Padahal sumber karbohidrat yang lain banyak tersedia seperti jagung, ubi dan kentang misalnya.
Kami tidak tahu kapan akan menyerah terhadap situasi ini, padahal modal kami sudah sangat menipis hampir ke tetes terakhir. Ya namanya juga berusaha, tidak gampang memang. Di sela-sela kesepian kedai kami saya menyempatkan diri ke warnet untuk sedikit meramaikan kompasiana. hehe
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H