Konsumsi informasi yang salah oleh masyarakat mengenai penanganan, bahaya dan penyebaran Virus COVID-19 dari media cetak, elektronik maupun media sosial yang tidak dapat dipertanggungjawabkan menyebabkan ketakutan yang berlebihan hal ini ditambah dengan kurangnya sosialisasi pemerintah.
Alasan ini jelas dan secara "gamblang" terekam dalam beberapa video penolakan yang beredar di Medsos.
Alasan kedua, yaitu krisis legitimasi.
Dalam orasi penolak diberbagai video yang beredar, saya menggarisbawahi kata: "pembuangan" yang disampaikan oleh masyarakat disana.
Dalam video itu mereka menyampaikan aspirasi bahwa daerah mereka tidak ingin dicap sebagai tempat pembuangan.
Perlu diketahui bahwa kedua kecamatan ini memang pernah menjadi tempat pembuangan sampah akhir (TPA). Sebelumnya Kecamatan Gunungsitoli Alo'oa dan kemudian dipindahkan ke Kecamatan Gunungsitoli Utara (TPA sampai sekarang).
Sampah-sampah diangkut dari Kota Gunungsitoli dan dibuang didaerah ini.
Saya beranggapan bahwa alasan "Pembuangan" adalah alasan utama atas terjadinya penolakan pemakaman jenazah COVID-19 di Kota Gunungsitoli.
Ungkapan "pembuangan" itu mewakili rasa kekesalan mendalam atas kurangnya perhatian pemerintah pada daerah itu.
Masyarakat menganggap bahwa tempat mereka bermukim sekarang hanya dijadikan sebagai tempat pembuangan, yang sebelumnya sampah dan sekarang jenazah COVID-19.
Sedangkan dalam kondisi yang sama pembangunan sarana dan prasarana oleh pemerintah juga terkesan biasa-biasa. Akses jalan yang tidak terawat dan rusak adalah keluhan menahun masyarakat sekitar.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!