Sebagai langkah awal, saya perlu datang ke Lombok sebelum ajang ini dimulai. Setidaknya saya perlu melakukan semacam survei awal lokasi sehingga bila tiba waktunya, sudah ada gambaran awal perkembangan kota Lombok menyambut balapan motor tersebut.
Beberapa bulan sebelumnya, Pulau Lombok berduka karena dihantam bencana alam yang cukup besar. Bencana alam yang begitu memilukan menghancurkan sendi-sendi kehidupan sosial ekonomi masyarakat setempat. Kerugian materil dan imateril cukup besar. Simpati dan empati datang dari berbagai kalangan. Termasuk kami, PPIA. Kami menggalang dana dari Australia untuk disumbangkan ke para korban bencana ini. Lewat jaringan yang saya miliki, dana yang terkumpul kami kerjasamakan dengan teman-teman Forum Academia NTT (FAN) dan jaringan lapangan yang ada di NTB. Bersyukur kami bisa terlibat dalam aksi solidaritas ini.
Apa yang mau saya sampaikan adalah ketika tiba di Lombok, sambil menikmati keindahan alamnya, mata saya tertuju pada beberapa lokasi termasuk bangunan yang sementara dalam proses perbaikan. Entah itu bagian dari renovasi rutin atau bagian dari dampak bencana, saya masih merasakan sisa-sisa dampak bencana tersebut. Saya bisa merasakan apa yang terjadi saat bencana waktu itu.Â
Namun, ada sesuatu yang membuat saya tersenyum. Aktivitas masyarakat. Melihat senyum mereka dan hilir mudik di jalanan, seakan memberi pesan bahwa duka itu telah pergi. Mereka sudah kembali pada kehidupan normal dan menatap masa depan yang lebih baik. Bencana hanyalah bencana. Itu sudah berlalu. Itulah pesan yang saya tangkap dari apa yang saya lihat.
Senang? Tentu. Saya pun ikut senang melihat masyarakat yang tangguh. Masyarakat yang selalu survive walau duka nestapa melanda. Masyarakat yang tidak memikirkan masa lalu. Masyarakat yang selalu berpikir maju. Aktivitas ekonomi dan sosial kembali kesediakalanya. Saya termasuk sangat beruntung datang ke Lombok kali ini dalam situasiyang tepat. Sebuah pembelajaran hidup kembali masuk dalam sanubariku.Â
Hal serupa yang pernah saya dapatkan pasca gempa Padang beberapa tahun silam. Inilah nilai-nilai kehidupan yang amat sangat tak ternilai dan kita yang beruntung akan mengalaminya disaat yang tepat. Saya sangat beruntung. Lebih beruntung lagi, karena diundang Ajeng pada saat yang tepat. Once again, million thanks for this special invitation, Ajeng :-). Hopefully, we can keep maintaining our friendship, forever. Big hug for you, my dear buddy.
Bali, 15 Desember 2019
Moezt Poek
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H