Mohon tunggu...
Welhelmus Poek
Welhelmus Poek Mohon Tunggu... Konsultan - Foto Pribadi

Welhelmus Poek seorang aktivis NGO yang sangat intens advokasi isu-isu Hak Asasi Manusia terutama hak-hak kelompok marginal, secara spesifik memperjuangkan hak-hak anak muda, gender dan keadilan sosial lainnya. Lahir di Pulau Rote, 17 Juni 1981. Mengawali karir NGO di Plan International Indonesia tahun 2004 hingga 2015. Kemudian bergabung dengan Hivos International tahun 2016 untuk program energi terbarukan di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Tahun 2018-2019 melanjutkan study Master of International Development di University of Canberra. Tahun 2020 kembali bergabung dengan Hivos International untuk program energi terbarukan di Pulau Sumba. Welhelmus juga aktif di Forum Akademia NTT dan masih mensupport aktivitas Institute of Resource Governance and Social Change (IRGSC) Kupang, NTT hingga kini.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Trump yang Dihina, Trump yang dipilih

9 November 2016   16:59 Diperbarui: 9 November 2016   17:08 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Trump...Trump...Trump... Sorak-sorai pendukung bergema dimana-mana. Amerika sudah punya Presiden baru. Ya, hari ini (9 November 2016 waktu Indonesia atau 8 November 2016 waktu Amerika) sejarah Amerika Serikat mencatat Donald Trump sebagai suksesor Barack Obama Januari 2017 nanti.

Donald Trump unggul dengan 276 Electoral Vote, sementara Hillary mengumpulkan 218 Electoral Vote. Hasil ini sudah cukup bagi Trump untuk memenangkan Pemilu Presdien 2016. Dalam pidato singkatnya, Trump mengatakan Ia akan menjadi Presiden bagi seluruh rakyat Amerika Serikat.

Namun, bila kita kembali melihat apa yang terjadi selama masa-masa seleksi, kampanye dan teranyar Debat Kandidat Presiden, baik Hillary maupun Trump sama-sama saling menyindir "tingkat dewa". Berbagai tuduhan, skandal diungkap. Tak jarang banyak pihak menggunakan kesempatan ini untuk saling "menyerang". Trump dianggap akan membawa malapetaka bagi Amerika dan dunia, tatkala dia sempat "anti Islam" yang menuai banyak protes. Sebaliknya, Hillary "dituduh" lebih mendukung Perang ketimbang perdamaian. Sebut saja, konflik Amerika dan Rusia.

Banyak meme, patung dan aneka art design yang jelas-jelas menghina Trump. Banyak simpatisan Trump yang kemudian beralih ke Hillary. Namun, 2 minggu sebelum Pemilihan, ketika FBI mengatakan akan mengungkap skandal email Hillary, disinilah terjadi pergerakan pengalihan dukungan. Sepertinya pendukung-pendukung Hillary ada yang "terpaksa" beralih memilih Trump.

Dan terbukti, Trump unggul 58 suara dari Hillary. Perbedaan yg tidak begitu mencolok. Hillary pun mengakui kekalahannya dan menyampaikan selamat atas kemenangan Trump. Inilah ciri demokrasi Negeri Paman Sam. Saling hujat, tapi endingnya adem banget.

Trump telah terpilih sebagai The Next President for USA. Dia yang dihina, dia pula yang dipilih.

Selamat atas kemenangan Trump sebagai Presiden baru bagi Amerika Serikat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun