Mohon tunggu...
Welem Novi
Welem Novi Mohon Tunggu... -

just another Umar Bakhri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Racun Kekuasaan

27 Maret 2017   20:17 Diperbarui: 28 Maret 2017   05:00 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kekuasaan menari-nari dihadapan para pemburu aktulisasi diri, seperti  permen gulali merayu anak-anak dengan busananya yang ceria. Ia mendendangkan suaranya ditelinga para pencarinya, Ia bernyanyi bahwa ia akan  mewujudkan semua mimpi-mimpi mereka. Kekuasan membuat kita lupa siapa diri kita, iIa menipu kita ,bahwa  kita adalah Tuhan; bahwa kitalah yang menentukan garis tangan orang lain, bahwa kita dapat memberikan masa depan kepada mereka                                                               

Pada akhirnya waktu yang akan memaksanya untuk hijrah dari hidup kita dan tinggal dengan tuannya yang baru, Namun manusia lain didalam diri kita memberontak. Manusia itu berkata bahwa kita adalah pemilik tunggal kekuasaan itu. Namun apapun usaha yang dilakukan, kita  gagal menghentikan waktu. Kesadaran kemudian menyelimuti diri ini takala kita bercermin;  Tangan yang lemah,  kulit yang keriput dan Tubuh yang membungkuk.  Semua mengisyaratkan bahwa kita tidak lagi pantas untuk menunggang kekuasaan

Kita terdiam merenungi masa keemasan kita, Sementara di depan pintu ruman Berdiri sesosok bayangan yang wajahnya mengajak ikut dengannya  Dialah sang ajal. Pada saat itulah kita menyadari bahwa kita tidak pernah menunggang kekuasaan, Kitalah orang yang ditungganginya. Kita bukanlah orang yang memiliki nafsu : Kitalah nafsu itu sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun