Membayangkan agama sebagai sebuah kelompok sosial an sich, tanpa 'tedeng aling-aling' tuhan dan tujuan akan lebih mudah, karena perdebatan filosifis agama selalu pada; causa prima, dan kebahagiaan, sebagai tujuan dari hadirnya agama.
Ritual-ritual anggaplah hanya penyerta, sebagai bentuk inisiasi atas ketaatan terhadap yang kuasa, sedang kotbah hanyalah sugesti pengingat bahwa berbuat kebajikan, dan menyayangi sesama adalah kewajiban agar hubungan dengan sesama pemeluk agama bersifat mutualisme.
Ada prinsip insurance disini, sedekah adalah jaminan bahwa orang lini terendah tidak teraniaya, dan pengingat bagi si kaya, tentang perlunya social responsibility terhadap masyarakat.
Sehingga jika persaingan antar agama adalah bagaimana anggota-anggota kelompok keagamaan berlomba-lomba berbuat kebajikan untuk sesama, dengan berbagi sedekah atau kolekte agar dapat dimanfaatkan sebesar-besar kemanfaatan pemeluknya.
Saya kira jika persaingannya adalah pelayanan, sebagaimana persaingan antar toko dalam memberi jasa layanan, maka sebelum meninggalpun kita sudah serasa di suwarga.
Rakyat jelata, sibuk menolak pertolongan orang lain karena begitu banyaknya orang yang berkeinginan menolong mengurangi penderitaannya,
Orang kaya, merasakan nikmatnya berbagi, karena berdasar hirakhi kebutuhan, kebutuhan kelompok the have adalah aktualisasi diri. Dengan menolong sesama maka mereka dapat mengaktualisasikan diri mereka di masyarakat,
Mungkin ini bagian rencana Tuhan menciptakan banyak agama, agar manusia dapat lebih leluasa berbuat kebajikan…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H