9 dari 10 Orang Indonesia
iri dengan orang lain dan suka tidak realistis. Mereka sangat tidak percaya diri pada kemampuan dan potensi serta bakat pribadi yang dimilikinya. Apapun yang dikerjakan orang lain ingin disaingi, bahkan tak boleh melebihi apa yang ada pada dirinya. Bahkan segala cara dikerjakan untuk menjegal orang lain yang akan menuju hal baik dan mengungguli dirinya. Istri-istri bertingkah aneh ketika melihat suaminya melihat orang lain yang lebih menarik, atau mereka sibuk ingin menggaet suami orang lain yang dianggapnya baik untuk dirinya karena pasangannya lebih memble. Suami-suami overakting ketika melihat tetangganya punya mobil baru atau istri tetangganya seperti sedang menawarkan diri padanya. Semua orang berlomba-lomba memoles penampilan luar fisiknya membabi buta tanpa pernah menggosok kepribadiannya sebagai jatidiri. Kecantikan disandarkan pada jimat susuk dan jampi-jampi dukun palsu yang memanfaatkan kepribadian labil cenderung bodoh para wanita yang tak suka menjadi orang pandai dan berkarakter. Kewibawaan disandarkan pada kekuatan preman untuk mengintimidasi, menguasai dan memaksa orang lain sesuai kehendaknya, serta pada benda-benda keramat seperti topeng Gajahmada yang dikejar hingga ke pelosok negeri. Jika mengalami kesulitan, bukan introspeksi dan membenahi diri, tapi lari dari kenyataan dan mencari dukun, 'orang pintar', kiai, ilmu gaib, kuburan, dan tempat sumber mistik lainnya.
9 dari 10 Orang Indonesia
tak punya integritas. Apa yang diucapkan, dikerjakan dan status yang disandangnya tak pernah nyambung. Semua orang ingin kaya dengan segala cara dan segala daya, meski melanggar norma sosial ataupun agama. Semua orang ingin tampak hebat dan lebih dari orang lain meski sebenarnya bodoh, tak punya kemampuan, tak berbakat dan harus melawan hati nuraninya sebenarnya yang tak ingin membohongi realita dan Tuhan.
1 dari 10 Orang Indonesia
muak dengan segala perilaku munafik masyarakat dalam kehidupan di negara yang digembar gemborkan sebagai negeri kaya dan berbudaya nyatanya maling sandalpun bertebaran (apalagi maling negara) dan menjadi orang baik sangat sulit.
10 dari 10 Orang Indonesia
tampaknya mengakui dan sepakat, bahwa hukum dan disiplin sangat sulit ditegakkan dan manusianya senang menggampangkan sesuatu. Nyawa di jalan melayang karena jalanan diatur oleh para penegak hukum yang justru mengakali hukum. Anak didik tak betah di sekolah berhamburan tawuran karena pendidiknya cuma sibuk berbisnis harga bangku dan gedung, bukan memikirkan dia digaji untuk apa. Seminar-seminar diselenggarakan hanya untuk mencari uang, bukan menyebarkan ilmu yang berguna bagi masyarakat banyak yang membutuhkan.
*Â intisari dari pembicaraan panjang dengan seorang teman yang WNA
* bukan merupakan gambaran pasti dari wajah manusia Indonesia sesungguhnya, tapi bisa jadi catatan (penting atau tidak, terserah!)Â tentang sebagian besar karakter dari manusia Indonesia umumnya yang terjadi belakangan ini. Ini bukan statistik, tapi kesan yang ditemukan pada orang terdekat yang berada dalam masyarakat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H