Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Narasi Bervisi Merindu Pemimpin yang Memimpin

27 Oktober 2022   19:11 Diperbarui: 27 Oktober 2022   19:20 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

NARASI BERVISI MERINDU PEMIMPIN YANG MEMIMPIN

Oleh Weinata Sairin

"Leadership is an action, not a position." (Donald H. McGannon)

Pemimpin", "pimpinan", dan "kepemimpinan" adalah kata-kata yang amat dikenal dalam kehidupan masyarakat sejak lama.
Mengapa istilah itu amat populer? Ya, karena pemimpin adalah figur yang memandu dan mengarahkan sekelompok orang dalam suatu  organisasi untuk mencapai tujuan organisasi itu. 

Di rumah ada pemimpin, yaitu ayah-ibu; di lingkungan ada pemimpin: ketua rukun tetangga, ketua rukun warga, lurah, ketua karang taruna; di sekolah ada pemimpin: ketua kelas, kepala sekolah; di kantor ada pemimpin dengan beragam nama: ada kepala seksi, kepala bagian, kepala subbagian, direktur. Di mana-mana ada pemimpin; hanya nama dan pola rekrutmennya saja berbeda-beda.

Ya, di kelompok atau institusi mana pun, baik kuno maupun modern, selalu ada pemimpinnya; orang yang diangkat menjadi pemimpin atau yang menyodorkan diri untuk menjadi pemimpin. Pemimpin di level masing-masing mempunyai kriteria sendiri dalam pengangkatannya. Ada yang menggunakan persyaratan kualifikasi pendidikan, umur, pengalaman, kompetensi tertentu dalam merekrut pemimpin. Keragaman sistem rekrutmen, keberbagaian dalam persyaratan, memang amat tergantung dari
peraturan di setiap organisasi. Lembaga-lembaga berbasis keagamaan tentu saja memberikan persyaratan yang besar pada bobot keagamaannya.

Nama-nama pimpinan yang beragam itu, entah ketua, kepala, direktur, direktur jenderal, atau panglima, kesemuanya berdasarkan pada tradisi dan/atau diatur dalam peraturan organisasi dan memiliki batas waktu tertentu.

Tidak ada pemimpin yang tugasnya berlangsung seumur hidup, khususnya pada organisasi modern, kecuali ada orang-orang tertentu yang mengutak-atik peraturan yang ada untuk memberikan "dasar hukum" yang melegitimasi kepemimpinannya seumur hidup atau sekian periode melampaui ketentuan perundangan 

Seorang pemimpin, apa pun namanya, akan berusaha keras menoreh-kan sejarah dan mengukir karya terbaik di masa kepemimpinannya. Benjamin Franklin pernah menuangkan gagasannya dalam buku Poor Richard's Almanac. Ia mengatakan, "Seseorang yang banyak berbuat, banyak pula melakukan kesalahan." Namun, ia tidak pernah melakukan kesalahan
besar, yaitu tidak melakukan apa-apa. Pemimpin tidak boleh tidak melakukan apa-apa karena takut salah.

Pemimpin harus berbuat berdasar pada visi dan kalkulasi yang ia miliki. Pemimpin tidak boleh berdiam diri saja, apalagi dalam waktu yang lama. Ia harus berkata, berbuat, berdasarkan hasil pemikiran dan kontemplasinya. Ia tak bisa apatis, abai, masa bodoh, pura-pura tidak tahu. Ia mendorong dan memotivasi umat yang ia pimpin; ia terus memonitor dan sewaktu-
waktu melakukan pengecekan langsung di lapangan.

Memang, ada pembagian tugas sesuai dengan jobdes, tetapi pemimpin tak bisa berkata, "Wah, saya tidak tahu, itu bukan urusan saya. Itu urusan anak buah saya." Pemimpin harus menjadi orang yang "mahatahu" walaupun global; yang detail dan teknis biarlah anak buahnya yang memberikan penjelasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun