Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hidup Nir Aib Hidup Nir Nila

2 Oktober 2022   20:59 Diperbarui: 2 Oktober 2022   21:08 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah profil|sumber: id.goodsalt.com

HIDUP  NIR AIB
HIDUP NIR NILA

sohibku yang lugu
dari desa tugu
selalu saja membanggakan
anak perempuannya
yang  cerdas, cantik mempesona
" bro anakku itu
bernama nila
bukan neila
bukan pula ni luh
ia kini kelaa satu sma
ia cerdas sopan
menjadi kebanggaan sekolah"

ada peribahasa  populer yang kita kenal sejak zaman baheula
"sebab nila setitik rusak susu sebelanga'
akibat keburukan yang hanya sedikit
maka seluruh bagian terkena
dampak negatifnya

diksi nila dalam bahasa kita
memamg bisa menjadi nama diri
nama ikan
atau dalam makna "tanaman perdu untuk memberi warna pada tekstil" atau
dalam peribahasa
"sebab nila setitik rusak susu sebelanga"
keburukan yang hanya sedikit
bisa berpengaruh negatif
kepada hal-hal yang lebih luas

dalam hidup ini
kita berjuang
agar bisa menjadi nila-nila yang  cerdas, sopan, membanggakan
seperti sosok anak perempuan
sohibku ya g lugu dari
desa tugu
dan tidak menjadi penebar
penular, penjalar
sebuah keburukan
yang merusak keseluruhan realitas yang ada

hidup kita umat beriman
mestinya hidup yang melawan aib dan cela dalam bentuk apa pun juga
agar kita benar-benar layak disebut
imago dei
atau khalifatullah

di era digital sekarang ini
kita sungguh prihatin menyaksikan dengan mata telanjang bahwa
keberagamaan kita hanya sebatas formalistik, apendiks dan kosmetik
keberimanan kita belum mampu menjadi roh yang menapasi gerak hidup manusia
belum berhasil melumuri seluruh tubuh  kita yang berangkat uzur, kumuh lusuh penuh peluh dan keluh

kita harus berkomitmen kuat untuk melakukan tobat nasuha
tobat menyeluruh
tidak parsial
tidak tempo-tempo
kita harus berani
melakukan metanoia
pertobatan menyeluruh
perubahan pola pikir, sikap hidup
agar hidup kita nanti
husnul khotimah
dan umat beriman memperoleh mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu
lalu menghidupi
era keabadian
selamanya
selamanya.

Jakarta, 29 September 2022/pk.3.46
Weinata Sairin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun