Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidup Itu Wajib Menginvestasikan Kebajikan

11 Mei 2022   21:20 Diperbarui: 11 Mei 2022   21:23 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

HIDUP ITU WAJIB MENGINVESTASIKAN KEBAJIKAN

Oleh Weinata Sairin

"Bene agere et laetari. Berbuat baik dan bergembiralah."

Agama-agama ataupun kearifan lokal, tradisi kultural, dan nilai-nilai yang hidup dalam sebuah masyarakat selalu mengarahkan umat manusia agar dalam hidupnya mereka selalu berbuat baik. Dengan melakukan perbuatan baik maka manusia sebenarnya mengejawantahkan hakikat kediriannya sebagai manusia, yaitu "imago Dei" dan "khalifah Allah".

Predikat manusia, yang bersumber dari Kitab Suci agama Kristen dan agama Islam, sebagaimana disebut di atas itu, memberikan bukti nyata bahwa peran manusia sangat penting dan sentral dalam membangun sebuah dunia yang berkeadaban. Manusia itu adalah "gambar Allah"---imago Dei. Manusia adalah "khalifah Allah"---wakil Allah di bumi. Manusia bukan makhluk biasa; ia memiliki privilese dari Allah. Bahwa kemudian, dalam kenyataan praktis, manusia gagal atau tak mampu mewujudkan peran itu, itu karena manusia tidak melaksanakan perintah Allah, tidak berjalan sesuai dengan rambu-rambu yang Allah tetapkan.

Manusia diciptakan Allah bukan sekadar untuk hadir tetapi untuk melakukan aksi, untuk bergerak, bertindak melakukan perbuatan baik, menabur kebajikan. Dalam konteks bertindak itu Allah menganugerahkan manusia berbagai bakat dan talenta untuk dikembangkan dan dibagikan dalam kehidupan ini.

Membagikan talenta di ruang-ruang kehidupan itu tidak pernah dibatasi oleh usia, tetapi dibatasi oleh napas hidup. Ada orang yang hingga saat terakhir dipanggil Tuhan tetap dalam posisi membagikan talentanya.

Bukan karena ia memaksakan diri menjadi "pemimpin seumur hidup", melainkan karena ia berpegang pada pemikiran bahwa mendedikasikan seluruh hidupnya bagi kebaikan orang banyak adalah tugas panggilan imaniah. Dalam sebuah organisasi modern yang telah menetapkan batas umur bagi para pemimpinnya, pemikiran sebagian orang tentang "panggilan imaniah" itu mestinya tetap diberi ruang. 

Berbuat baik bagi banyak orang acap membuat kita lupa berapa umur kita. Ada cerita unik tentang seorang tua yang bekerja keras selama hidup. 

Norman Vincent Peale sedang menanti saat untuk bertemu dengan Herbert Hoover. Norman bertanya kepada sekretaris Hoover, "Apa rahasianya sehingga Hoover bisa begitu gesit dan trengginas bekerja? Minum ramuan atau suplemen apa dia?" Sang sekretaris  menjawab, "Ia tidak minum ramuan apa-apa. Ia hanya bekerja keras. Ia bekerja tujuh atau delapan jam sehari!" "Tapi, kan, ia sudah berusia 85 tahun!" Norman menyela. 

"Iya, benar, tapi ia sendiri tidak tahu berapa umurnya!" kata sekretarisnya sambil tersenyum. Orang yang "gila kerja" sering disebut workaholic. Orang seperti ini bisa demam atau sakit jika tidak bekerja atau berdiam diri. Tidak harus bekerja secara struktural di sebuah kantor, tetapi yang penting melakukan aktivitas apa pun, termasuk yang nonstruktural.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun