Pepatah kita mengingatkan bahwa semua yang manusiawi itu pendek dan akan lenyap, musnah. Kita semua apapun agama kita sedang berjalan dari civitas terena menuju civitas dei.Dari kota dunia menuju kota Allah. Semua yang ada dibumi akan lenyap dan musnah, termasuk umat manusia. Kita mesti menyadari kefanaan kita dan waktu yang terbatas. Mari melakukan yang terbaik bagi semua orang.
Manusia fana adalah manusia yang acap gagap dalam berhadapan dengan sesuatu yang baru, sama gagapnya dengan seorang kakek uzur yang takmampu berkomunikasi dengan cucunya di lokasi yang lain dengan menggunakan aplikasi Zoom atay Skype. Tatkala Covid 19 datang bertandang kenegeri ini ada  yang menganggap sebagai flu biasa yang bisa diusir dengan menenggak beberapa butir Neozep forte atau Mr Bodrex, atau Rhinos. Ternyata Covid 19 bukan flu biasa tapi virus baru yang track recordnya belum bisa di lacak di Google.Orang-orang di Wuhan juga tidak terlalu faham. Covid melahirkan Delta, Omicron dan entah apa lagi.
Kemudian kita semua nyaris kelu dan gagap untuk mengusir virus jahanam itu.
Covid 19 meneguhkan dengan legitim bahwa manusia itu fana, dan fana.Mari dalam kefanaan itu kita menabur kebaikan demi mempersiapkan kekekalan yang akan kita raih pada saatnya. Di masa pandemi ini maut seakan  menghantui kehidupan kita, maut terus menguntit perjalanan hidup kita. Kita harus berada pada posisi siaga, dan dihati kita harus tertulis jelas Iman,Harap dan Kasih sebagai "paspor" menuju era baru, era keabadian.
Selamat berjuang. God bless!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI