REFLEKSI ALKITAB, MINGGU 13 FEBRUARI 2022 :
MENEBARKAN DIKSI BERVISI MERAWAT KEMAJEMUKAN
Oleh Weinata Sairin
"Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan lakukanlah apa yang baik bagi semua orang. Sedapat-dapatnya kalau hal itu bergantung padamu hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang." (Roma 12:17, 18)
Ruang-ruang dan koridor dalam bangunan NKRI yang majemuk dalam beberapa waktu terakhir ini agak pengap, bahkan nyaris menyesakkan dada. Iklim seperti itu terasa makin kental dan amat parah terutama di tataran media sosial.Â
Setiap detik, begitu banyak informasi yang memenuhi medsos yang sebagian besar nadanya tidak menyejukkan. Ada ujaran kebencian yang vulgar dan tidak pantas keluar dari figur tokoh berkelas.Â
Hasutan, ancaman, provokasi, pelecehan, penistaan, dan berbagai bentuk postingan yang semuanya amat kontraproduktif dalam konteks NKRI yang majemuk gentayangan di medsos.Â
Seorang pejabat kepolisian pernah menyampaikan informasi ke tengah publik, bahwa memang ada kelompok cyber yang secara khusus membuat informasi yang menyesatkan untuk disebar di medsos dengan tujuan memecah-belah persatuan bangsa dan atau membunuh karakter lawan politik.Â
Sinyalemen tersebut menandakan bahwa ada penyalahgunaan teknologi informasi untuk kepentingan negatif yang berbahaya bagi keutuhan NKRI.Â
Udara pengap dan menyesakkan, baik dalam ruang publik maupun di dunia maya, terjadi karena koinsidensi beberapa hal yang dianggap belum memuaskan publik (tertentu), yang kemudian secara kolaboratif meledak ke permukaan. Di sana ada masalah politik (sisa-sisa rezim yang lalu, kontestasi Pilpres, Pilkada, dan lain-lain), masalah ekonomi, dan masalah agama yang dijadikan pemicu.
Ujaran kebencian, gambar dan meme menghujat/melecehkan, gaya manusia arkais dan barbar memenuhi dunia maya dan terekam dalam memori kolektif seluruh warga bangsa.Â