Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menghormati Kemajemukan

22 November 2021   15:36 Diperbarui: 22 November 2021   16:19 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MENGHORMATI KEMAJEMUKAN

kehidupan itu penuh sesak dengan kemajemukan
kebinekaan
pluralitas
kemajemukan
berarti perbedaan
ketidaksamaan
ketidakseragaman
kemajemukan atau kebinekaan atau pluralitas
samasekali bukan berarti
permusuhan
yang satu meniadakan yang lain
yang satu menindas
atau membunuh yang lain

di keluarga kita masing-masing
ada kemajemukan
keberbedaan pendidikan, profesi, asal-usul, suku, almamater, hobby
ada juga suku dan agama
kita mengelola kemajemukan keluarga itu dengan hati-hati dan dengan baik dan adil
agar tidak meruntuhkan
bangunan keluarga

kemajemukan itu memperkaya visi dan perspektif kita
sehingga hidup tidak monoton
dan stagnan
kemajemukan menghadirkan
banyak angle
banyak dimensi
banyak lapisan
yang mengalirkan kesegaran dalam menjalani kehidupan
yang panas,rumit, sulit penuh luka dan duka
tanpa mesti diartikan mereduksi makna
kemajemukan
itu bisa kita andaikan kita masuk ke supermarket
atau masuk
ke toko beras
di supermarket
banyak yang di lihat dan menghadirkan sebuah resonansi indah dalam kehidupan
ditoko beras
kita memang bertemu dengan beras merah, ketan hitam, rejolele, cianjur dan sebagainya
tapi wujudnya semua bulir-bulir beras
yang memantulkan nuansa monoton dan stagnan

bangsa dan negara kita ini adalah bangsa yang majemuk
banyak suku, agama, ras, golongan, bahasa
yang kesemuanya berbeda-berbeda
sebab itu amat cerdas ketika bapak bangsa
menetapkan Pancasila sebagai dasar negara
merumuskan Bhineka Tunggal Ika
dan tidak menjadikan.NKRI.sebagai negara agama
yang ditata dan diperintah oleh aturan berbasis satu syariat agama
negara berdasarkan Pancasila tidak mengenal diksi agama resmi atau agama negara
semua agama berpeluang hidup dan berkembang di negeri ini
berdasarkan hukum nasional
yang non diskriminatif

keberbedaan yang ada dalam hidup membangsa dan menegara
tidak berarti para warga bangsa yang berbeda itu bermusuhan
atau berusaha saling meniadakan
dengan mewujudkan hal itu
secara konsisten dan kontinyu
maka NKRI makin kuat, terhormat dan bermartabat
di pentas global!

Jakarta 22 November 2021/ pk.6.22
Weinata Sairin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun