Pepatah yang dikutip di bagian awal tulisan ini menyatakan bahwa "kemauan itu baru diperhitungkan karena ada perbuatan". Ya, kemauan atau keinginan baru diperhitungkan jika ada perbuatan atau tindakan.
Seorang pejabat, misalnya,  menyatakan keinginannya agar dalam pilkada tidak dikedepankan isu SARA. Selama hal itu baru keinginan  dan belum dituangkan ke dalam peraturan, keinginan itu belum diperhitungkan.  Isu SARA terus digoreng dan mengguncang Nusantara.
Semua keinginan yang baik dan positif  mesti terwujud dalam tindakan nyata dan konkrit. Mari kita ungkapkan keinginan positif kita demi kemajuan komunitas, organisasi, masyarakat, dan bangsa kita dalam tindakan nyata dan konkrit.
Bersama umat Buddha tanggal 26 Mei 2021 ini kita merayakan Hari Raya Waisak, sebuah hari raya keagamaan  yang sangat penting bagi umat Buddha. Hari raya keagamaan selalu menghadirkan inspirasi baru bagi umat untuk membangun kesetiakawanan sosial, memperkuat talisilaturahim, menabur kebajikan dan cinta kasih.
Buddha Gautama pernah berpesan:"janganlah berbuat jahat,perbanyak perbuatan baik,sucikan hati dan pikiran".
Resonansi ucapan Buddha ini bisa kita temukan dalam berbagai agama bahkan dalam khazanah spiritual umat manusia dari zaman ke zaman.
Ajakan untuk berbuat baik harus kita sambut dan kita wujudkan dalam praksis kehidupan.Â
Di tengah cengkeram pandemi dan ketakutan akan merebaknya varian-varian covid 19 yang baru, telah menimbulkn ketakutan bagi masyarakat luas; berita dampak vaksinasi yang merenggut nyawa secara telanjang hadir didepan mata, yang makin menambah deposit ketakutan dalam tubuh kita.
Perbuatan baik dari para profesional: dokter, psikolog, psikiater, pedagog dan sebagainya amat dibutuhkan karena sangat membantu proses penyembuhan mereka yang terpapar. Perbuatan baik kepada tetangga, komunitas, mereka yang diisolasi mestinya menjadi bagian dari agenda kira di hari-hari ke depan.
Selamat Merayakan Hari Raya Waisak bagi umat Buddha Indonesia
God bless Walubi dan Umat Buddha Indonesia. God bless NKRI!
Weinata Sairin