Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menabur Cinta Kasih di Dunia yang Terluka

26 Mei 2021   10:00 Diperbarui: 26 Mei 2021   10:09 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Omnia vincit amor, et nos cedamus amori. Cinta mengalahkan segalanya (maka dari itu) marilah kita tunduk kepada cinta itu". 

Salah satu hal yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia adalah "rasa cinta" dengan berbagai kata turunannya dan makna spesifiknya. 'Cinta' tidak mengenal perbedaan; keragaman etnik, agama, budaya, status sosial, tetap memiliki perasaan cinta kasih, yang mengaliri tubuh dan kemudian mewujudnyata dalam berbagai bentuk. Cinta kasih menghubungkan manusia dengan manusia, cinta kasih melahirkan simpati dan empati, melahirkan inovasi dan kreatifitas, menghadirkan hidup yang damai, penuh kebahagiaan. Cinta ada dan hadir dalam kedirian setiap orang, roh cinta kasih itu yang melahirkan perdamaian dan kerukunan yang amat dibutuhkan dalam membangun peradaban masyarakat majemuk dimanapun.

Menurut Erich Fromm, cinta adalah suatu seni yang memerlukan pengetahuan serta latihan. Cinta adalah suatu kegiatan dan bukan merupakan pengaruh yang pasif. Salah satu esensi cinta adalah adanya kreatifitas dalam diri seseorang. Cinta mewujud terutama dalam aspek memberi dan bukan hanya menerima. Dalam cinta kasih, berlaku pemikiran bahwa 'terlebih berkat memberi dari pada menerima'. Memberi, bersimpati, berempati, menunjukkan kepedulian adalah ekspresi sebuah cinta kasih yang standar.

Cinta kasih yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia bisa mengubah mindset seseorang dari seorang yang abai, tak peduli menjadi orang yang sangat peduli terhadap orang lain dan siap berkurban untuk siapapun juga yang memang membutuhkan. Adalah Francis dari Asisi yang pada suatu saat melakukan perjalanan dengan berkuda. Dalam perjalanan itu ia bertemu dengan seorang penderita kusta yang kemudian memegang mangkuk kayunya. Melihat hal itu tentu saja Francis mundur ketakutan. Ia melemparkan dompetnya yang penuh uang kepada si kusta dan ia pun segera berlalu. Ya itu tindakan manusiawi. Ia kuatir jika mesti bersentuhan dengan orang kusta. Ia memacu kudanya agar berlari kencang meninggalkan lokasi penderita kusta. Namun tiba-tiba ia menarik kekang kudanya dan menghentikan kudanya. Ia malahan kembali ke wilayah yang tadi ia lewati; sesudah tiba ditempat itu ia segera turun dari kudanya.

Francis mendatangi sang penderita kusta itu, lalu ia memeluknya erat-erat seperti ia memeluk saudaranya sendiri. Sebuah perubahan besar telah terjadi didalam hati Francis. Cinta kasih telah dianugerahkan Tuhan kepadanya, spirit itu menguasai dirinya sehingga mendorong Francis mendatangi sang penderita kusta itu dan memeluknya penuh cinta kasih.

Agama-agama telah mengajarkan dengan jelas bahwa umat manusia harus mempraktikkan cinta kasih dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sebenarnya secara garis besar ada dua tugas dan kewajiban manusia yang utama dalam menjalankan kehidupan mereka di sepanjang zaman, hingga ia tiba di terminal yang penghabisan, yaitu tatkala ia meninggal dunia. Kedua tugas besar itu adalah sebagai berikut :

Pertama, manusia harus mengasihi Allah dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap akal budi.

Kedua
, manusia harus mengasihi sesama manusia seperti mengasihi diri sendiri. 

Tatkala manusia berbohong, menipu, menyuap, korupsi, melakukan mark up proyek, membuat "anggaran siluman", mendiskriminasi orang lain atas dasar Sara, melanggar HAM, melakukan persekusi, melakukan ujaran kebencian, melakukan kejahatan seksual, perdagangan orang, mengganggu ibadah agama, menghujat agama yang dipeluk masyarakat, dan sebagainya, dan sebagainya maka umat manusia sudah meniadakan kedua hukum kasih yang disebutkan diatas tadi.

Pepatah yang dikutip dibagian awal tulisan ini mengingat dan menyadarkan kita semua bahwa "cinta itu mengalahkan segalanya sebab itu kita harus tunduk kepada cinta". Kita harus merajut terus menerus benang-benang cinta tanpa kenal lelah, kita mesti melahirkan dan menebar benih-benih cinta ditengah dunia yang sangar, penuh dusta, berlumur dosa. Kita cintai dan kasihi para pendosa yang tamak dan tegiur dengan barang dunia fana, kita sadarkan mereka untuk bertobat dan kembali ke jalan lurus yang Tuhan telah tunjukkan.

Cinta kasih itu sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak menyombongkan diri, tidak melakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah, tidak menyimpan kesalahan orang lain. Cinta kasih tidak bersukacita karena ketidakadilan tetapi karena kebenaran; menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih yang kita peroleh atas anugerah Tuhan itu, kekal, abadi tiada berkesudahan. Mari kita tundukkan diri kita kepada cinta kasih, dan mari kita mengasihi tanpa henti.

Di era Corona yang membuat banyak orang merana, di zaman pandemi tatkala hidup  normal di intervensi dan dinterupsi oleh virus yang menggerus kehidupan,maka Kasih kepada sesama da Kasih kepada Allah mesti menjadi bagian integral dari kedirian manusia. Mari menabur cinta kasih tanpa lelah, hingga maut merenggut.

Sesudah menunaikan ibadah Puasa, merakayan Idulfitri, menghayati makna kenaikan Yesus ke surga maka kita semua umat beragama dan umat Berkepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa memiliki tugas panggilan utama yaitu menabur cinta kasih, merawat dunia yang luka dan berbalut duka.

Selamat Berjuang.
God Bless.

Weinata Sairin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun